Jumat, 06 Mei 2011

TAFSIR QUR'AN POLA QISOS DISIPLIN ILMU

Al-Baqoroh 62-66

Tafsir 3c Komponen Pengetahuan dari Dimensi ilmu

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = Dengan nama Alloh yang Pengasih-Penyayang

Ayat 62. Dari keterangan tentang penembusan dimensi-dimensi ruang oleh para nabi dan rosul dalam upaya mencari Pencipta, jelas sekali, batasan keimanan manusia terhadap Alloh terletak pada penganutan kebenaran akal yang tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu sesungguhnya menurut definisi keimanan, manusia yang menyebut diri orang-orang mu’min (penganut agama Islam), penganut agama yahudi, penganut agama nasrani, dan orang-orang (kaum liberal-komunis) yang oleh Muhammad disebut shobiin, bukanlah batasan keimanan.
Sebab bagi Pencipta, siapa saja di antara mereka benar-benar menganut kebenaran akal, dialah yang beriman kepada Alloh. Siapa yang menganut Hukum Akal, dialah yang beriman kepada hari kemudian. Siapa yang selalu berbuat kebajikan dalam hidupnya, dialah yang bermoral pengasih-penyayang. Yang memenuhi tiga persyaratan itu, merekalah penganut definisi keimanan yang akan menerima pahala syurga dari Tuhan mereka. Tidak perlu ada kekhawatiran masuk neraka terhadap mereka. Sebab meski jasadnya mati, mereka tetap hidup dengan akalnya, dan akal mereka yang jadi katalisator penciptaan tidak akan bersedih hati, karena tahu jasad yang diisinya akan jadi penghuni syurga.

Ayat 63. Dari uraian itu jelas sekali, definisi keimanan hanya diperuntukkan bagi para ilmuwan murni dan para nabi (ilmuwan penemu). Kemudian ketika Kami mengambil janji dari kamu para nabi yang berhasil memasuki cermin-CP (perjanjian bukit sebagai syarat gelar nabi) bahwa, cermin-T di atasmu yang memisahkan dimensi ruang halus ke dimensi ruang lembut telah ditetapkan sebagai perjanjian gunung untuk syarat jabatan rosul, maka Kami menyatakan:
“Pegang teguh-teguh gelar nabi yang Kami berikan kepadamu, dan ingat selalu persyaratan yang ada di dalamnya, yaitu membunuh-mengosongkan rasa/nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Syarat itu hanya bisa dipenuhi oleh akal tinggi kamu yang bermoral pengasih-penyayang, yang pada setiap diri selalu memberi peringatan agar membuang kecintaan terhadap fisik-materi, dan meninggalkan perilaku-perbuatan dusta-salah-buruk-jahat-takadil dalam hidupmu, agar kamu jadi orang takwa (tunduk-patuh) kepada Kami Hukum Akal. Sebab untuk menembus cermin-T itu hanya bisa dilakukan jika kamu mampu membuang seluruh massa (rasa/nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad)”.

Ayat 64. Kemudian sebagian di antara kamu berpaling dari persyaratan itu setelah jadi nabi, karena sombong telah memiliki ilmu-ilmu sundul langit pemberian cermin-CP yang tidak terlawan. Dengan anggapan itu ketika memasuki cermin-T, kamu mengetrapkan ilmu-ilmu tinggi yang kamu miliki, sehingga tubuhmu jadi hangus terbakar dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik. Andaikata kamu tidak segera berpegang kepada akal tinggi dengan membuang pamrih-ambisi untuk menyelamatkan diri dari bencana itu, maka tidak akan ada karunia Alloh dan rohmatnya atasmu, sehingga pasti di hari kiamat kamu akan tergolong kepada orang-orang yang rugi meski telah mendapat gelar nabi.

Ayat 65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang (para pemimpin) yang melanggar perjanjian gunung (sumpah jabatan pemimpin atau umroh) diantaramu ketika kamu diangkat rakyat dan dilantik jadi pemimpin pada musyawarah hari sabtu yang digelar Musa. Sebab dalam kedudukanmu sebagai pemimpin itu, mayoritas kamu telah menganut hukum pragmatis agama dan hukum konsistensi politik yang hanya mementingkan diri dan agama-partai-kelompokmu semata. Maka Kami berfirman kepada mereka: “Karena menganut kebenaran ego agama-politik yang diskriminatif berpegang pada kekuatan-jumlah-kekuasaan-kekerasan tanpa landasan ilmu yang benar, berarti kamu menolak akal tinggi yang membuat dirimu jadi manusia mulia, sehingga kamu mayoritas pemimpin jadi bangsa hewan kera yang serakah dan hina”.

Ayat 66. Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Menurut kebenaran Pencipta, seorang pemimpin atau haji harus memiliki syarat sebagai orang ummi penganut kebenaran akal, memiliki ilmu-ilmu andal, dan bermoral pengasih-penyayang. Dia jadi rosul (pemimpin akal utusan Akal) pengemban amanat-amanat Alloh untuk menyelamatkan-mencerdaskan-memakmurkan-memajukan hidup masyarakat-rakyat yang dipimpinnya dengan harta-tenaga-ilmu-waktu yang dimilikinya tanpa pamrih-ambisi. Sebab di alam fitroh dia telah berjanji akan mengabdi hanya kepada Tuhan Alloh (Hukum Akal), dan akan minta pertolongan hanya kepada Akal (Alloh) dalam melaksanakan tugasnya (Alfatihah 4-5, Almu’minuun 8).
Maka pembangkangan para pemimpin Israil di masa kerosulan Musa (yang demikian itu) Kami (Hukum Akal) jadikan peringatan bagi orang-orang (bangsa-bangsa manusia) di masa itu, dan bagi mereka (bangsa-bangsa manusia) generasi selanjutnya (yang datang kemudian), serta jadi pelajaran bagi orang-orang takwa (tunduk-patuh) kepada Kami.


Tanggapan Anda Tata Sugandhi, Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat.

Anta Suga: “Pertama. Meski cermin-CP pada 3c telah dijelaskan alasannya pada 1b, saya minta Anda menjelaskan lagi manusia penembusnya menghantu di pembalikan ruang. Sebaiknya dengan memberi gambar seperti gambar 3-dimensi alam semesta, agar yang membaca mudah menangkapnya. Sebab ternyata gambar itu sangat mudah ditangkap maksudnya.
Kedua. Penembusan cermin-T juga sebaiknya Anda jelaskan lagi, agar pembaca dapat memahami betapa selama 14 abad penganut agama Islam telah menghina rosulnya sendiri sebagai rosul bermoral bobrok.

Jawaban

Sandie: “Pertama. Cermin-CP (hukum pembalikan ruang) yang hadir di pertengahan alam halus, tidak betalian dengan bentuk setengah lingkaran bundar, tetapi bertalian dengan setengah kecepatan pusingan ruangnya. Seperti diketahui, alam fana disebut lubang hitam karena pusingan maksimum ruangnya adalah 300.000 km/detik. Itu berarti. Yang disebut hukum pembalikan ruang adalah kecepatan pusingan ruangnya setengah dari kecepatan maksimum pusingan ruangnya atau 150.000 km/detik.
Kita misalkan Bumi berupa ruang bundar yang berpusing 30 km/detik. Bila sebuah pesawat terbang bergerak dari titik A mengitari ruang Bumi dalam kecepatan 15 km/detik, maka dalam satu detik pesawat itu akan mencapai setengah lingkaran ruang Bumi di titik A’. Tetapi karena pusingan ruang Bumi bergerak dalam kecepatan dua kali lipat dari kecepatan pesawat, maka setiap detik pesawat itu akan dibawa balik oleh pusingan ruang ke titik pemberangkatannya di A, sehingga titik A’ yang ditempuhnya berhimpitan dengan titik pemberangkatannya di A, seolah dia tidak pernah bergerak dari tempatnya. Maka pesawat itu menjadi hantu dan disebut menghantu di pembalikan ruang. Dia berada di alam wujud normal dalam keadaan kosong, karena sesungguhnya tubuh pesawat itu hanya sebesar kaon.
Kedua. Cermin-T (hukum pembalikan waktu) hadir di peralihan alam halus ke alam lembut yang pusingannya bergerak dalam kecepatan cahaya. Untuk bisa menembus dinding tenaga cermin-T hanya bisa dilakukan dengan membuang seluruh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga meskipun berjasad tetapi tidak memiliki massa samasekali. Sebab menurut rumus E = mc2, jika orang menembus kecepatan cahaya masih memiliki massa, maka orang itu akan dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik, sehingga pasti akan mati. Artinya, orang yang menembus cermin-T harus suci bersih dari segala kekotoran rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Dia harus bermoral pengasih-penyayang
Cermin-T adalah perjanjian gunung, sebagai persyaratan bagi jabatan rosul. Artinya, seorang rosul harus suci bersih dari segala kekotoran rasa/nafsu, dan kesucian diri itu menjadi syarat pokok selama jadi rosul. Karena itu dongeng hadits yang menyatakan setelah jadi rosul, Muhammad kawin hampir tiap tahun, kumpul kebo dengan pembantu, menyuruh jihad merusak-membunuh seperti teroris, mengajarkan aturan-aturan keos (dalam hadits dan buku: Muhammad, The Final Mesenger karangan Dr. Madjid Ali Khan), adalah fitnah amat keji dari para pembenci misi Peradaban Islam (bukan agama Islam) rosul yang mulia.
Sebab sesungguhnya agama Islam itu bukan bawaan Rosul Muhammad, tetapi agama Arab jahiliyah penyembah berhala Ka’bah. Agama Islam penyembah Ka’bah adalah hasil pengubahan para pemimpin agama-politik Mekah dari Peradaban Islam Ibrohim-Ismail setelah mereka wafat. Di antara buktinya, penganut agama penyembah api di Iran menyatakan, agama Islam itu di Iran telah hadir 17 abad silam, yaitu dua abad sebelum Rosul Muhammad lahir. Dari sini jelas, Rosul Muhammad bukan pembawa ajaran agama Islam tetapi pembina peradaban Islam, dan setelah Rosul wafat, peradabannya dirobah lagi oleh penganut agama Arab jahiliyah jadi agama Islam”.


Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kabupten Bandung, Jawa Barat

Mahmud: “Tafsir Anda tentang nabi dan rosul ternyata bertentangan dengan dongeng agamawan-ulama. Sebab menurut cerita para agamawan-ulama, sifat kenabian Muhammad diisikan melalui pembelahan dadanya oleh bangsa malaikat ketika baru berusia lima tahun. Bagaimana pendapat Anda?”.

Sandie: “Cerita agamawan-ulama itu diambil dari dongeng hadits. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak tahu arti istilah nabi dan rosul yang sebenarnya. Istilah nabi diartikan mereka sebagai tukang sihir, karena ilmu-ilmu yang dimiliki nabi adalah mukjizat (keajaiban = kemampuan yang tidak terjangkau akal = sihir) yang diisikan bangsa malaikat atas perintah Alloh. Dengan anggapan seperti itu, tanpa disadari mereka telah mendukung tuduhan para pembenci misi nabi dan rosul seperti disebutkan Al-Baqoroh ayat 102 yang menganggap para nabi sebagai tukang sihir, dan rosul diangkat Alloh berdasarkan pilih kasih-Nya jadi utusan Mahapenyihir.
Bukti yang tidak bisa dibantah ialah, para agamawan-ulama Islam memang tidak tahu arti nabi, karena mereka sendiri menyatakan, Rosul Muhammad itu nabi terakhir, ditafsirkan dari penutup nabi-nabi. Padahal jika tahu arti nabi dan rosul berbeda dan menganggap Rosul Muhammad yang terakhir, seharusnya yang disebutkan ayat bukan penutup nabi-nabi tetapi rosul penutup, mengingat untuk memperoleh jabatan rosul lebih sulit dari gelar nabi. Maka sebutan penutup nabi-nabi pasti mengandung arti perumus ilmu seluruh nabi, karena nabi adalah gelar untuk ilmuwan penemu; dan ilmuwan penemu itu di sepanjang zaman akan terus bermunculan.
Kenyataannya, jauh setelah Rosul Muhammad wafat, bermunculan para penemu ilmu dan teknologi seperti teori tentang kebenaran, teori quantum, teknologi listrik, mobil, kapal, televisi, komputer, HP, dan seterusnya. Bahkan di masa hidup Rosul Muhmmad sendiri (di perang Uhud) telah banyak pengikutnya yang jadi nabi, seperti disebutkan Ali Imron 146. Itu berarti, para agamawan-ulama Islam yang menganggap Rosul Muhammad sebagai nabi terakhir = menolak petunjuk Qur’an karena menganut Hadits. Karena itu, MUI dengan fatwanya dan SKB 3-Menteri di Indonesia yang membekukan aliran Ahmadiyah sehingga menimbulkan perusakan-pembunuhan terhadap kepercayaan agama-agama minoritas adalah dosa besar MUI dan 3-Menteri pembuat SKB.
Akibat tidak tahu arti sebenarnya dari nabi (ilmuwan penemu) dan rosul (pemimpin akal utusan Akal), para agamawan-ulama Islam memfitnah Rosul Muhammad sebagai manusia rendah bermoral keos. Sebab menurut mereka, setelah diangkat jadi rosul, dia jadi tukang kawin, kumpul kebo dengan pembantu, pembawa ajaran keos, pembangun jihad perusak-pembunuh seperti teroris.


Ditafsirkan oleh S. Anwar Effendie CS67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar