Minggu, 12 Januari 2014

Runtuhnya Teori Evolusi Darwin

Data Penelitian Homo Sejak Charles Darwin pertama kali menganggap manusia sebagai hasil evolusi dari gorilla, para ilmuwan berusaha mempermasalahkannya. Mereka mengajukan pertanyaan, benarkah manusia berasal dari jenis kera? Sepanjang abad 19 para ilmuwan dengan sungguh-sungguh mulai melakukan penelitian.. Sebab terasa adanya kejanggalan pada teori itu. Mereka berkeyakinan, manusia tidak pernah berubah bentuk sejak penciptaan. Selain itu mereka pun melihat bahwa keanekaragaman tetumbuhan dan binatang baru, dapat dihasilkan dari asal jenis terpilih, karena semakin banyak fosil yang ditemukan, menunjukkan banyak sekli jenis binatang yang telah punah, Teori-teori evolusi. Tahun 1809, Jean Baptise de Lamarck seorang naturalis Prancis, mengemukakan teori evolusi pertama yang menarik perhatian masyarakat. Lamarck berpendapat bahwa semua organisme mencapai kesempurnaan bentuk melalui perubahan. Dia menyatakan, akibat lingkungan pada tubuh cikal-bakal dapat diwariskan pada keturunannya. Proses itu disebut pewarisan ciri-ciri khas yang diperoleh. Teori Lamarck ini secara keseluruhan tidak diterima karena bukti yang mendukungnya hanya sedikit. Tahun 1831 hingga 1836, Charles Darwin melakukan perjalanan ke berbagai belahan Bumi dengan kapal laut bernama Beagle, untuk mempelajari sejarah alam dan mengumpulkan contoh-contoh. Hasil dari pengalaman itu, Darwin mengemukakan teori evolusi melalui pilihan alam. Dia mempertahankan pilihan alam didasarkan pada tiga asas. Pertama, terdapat aneka ragam binatang atau tumbuhan dari jenis yang sama, tepat seperti bersaudara (perempuan dan lelaki dalam keluarga) yang ukuran, kekuatan, atau warna rambutnya berbeda, membentuk setiap anggota spesies tunggal. Kedua, pada setiap generasi, lebih banyak yang lahir daripada yang dapat hidup. Ketiga, individu-individu yang paling dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya, lewat meninggalkan ciri-ciri khas mereka ke generasi berikutnya. Ketika lingkungan berubah, secara perlahan-lahan bentuk kehidupan baru berkembang dari yang lama. Alfred Russel Wallace, naturalis muda Inggris yang bekerja di Indonesia secara terpisah mempunyai kesimpulan yang sama seperti Darwin. Menjelang diterbitkannya buku Darwin, The Original of Species by Natural Selection tahun 1859, Wallace dan Darwin menyajikan makalah bersama dalam topik itu. Dalam The Origin of Species, Darwin mengatakan :”Banyak keterangan akan dilemparkan pada asal orang dan sejarahnya”. Kemudian dari situ Darwin dan para ilmuwan yang menerima gagasannya bekerja untuk memastikan kebenaran turunnya derajat manusia, bukan dari gorilla-gorila modern tetapi dari nenekmoyang gorilla modern dan orang. Satu di antara pendukung teori Darwin adalah Thomas Henry Huxley yang menerbitkan Man’s Place in Nature tahun 1864. Di dalam bukunya dia menunjukkan bahwa tubuh manusia lebih mirip tubuh gorilla modern. Dia berpendapat, jika plihan alam diterima sebagai proses monyet yang berkembang ke gorilla, maka proses itu juga dapat berlaku pada manusia yang berkembang dari nenekmoyang mirip gorilla. Hingga sekarang masih sedikit sekali fosil-fosil yang ditemukan sebagai bukti untuk mendukung hubungan evolusi antara manusia dan primate (mamalia modern). Potongan-potongan bukti manusia yang diketahui adalah kerangka orang Neanderthal (jenis homo yang terutama hidup di Eropa Barat hingga ke Irak) sekitar150.000 hingga 34.000 tahun sebelum Masehi. Tetapi tahun 1889, Dokter muda belanda, Eugene Dubois, berangkat ke Asia Tenggara untuk menyelidiki fosil-fosil orang yang lebih awal. Dia memilih Asia Tenggara, karena kawasan ini merupakan tempat tingal orang utan, yang diangapnya sebagai makhluk paling rapat dengan orang modern. Tahun 1891 Dubois berhasil menemukan fosil manusia yang kini dikenal sebagai Orang Jawa (Indonesia), dan sejak itu mulailah penelitian terhadap evolusi manusia modern. Konsep Dubois bersifat mendobrak, karena kebanyakan ilmuwan waktu itu berpendapat bahwa fosil tersebut adalah fosil siamang raksasa. Evolusi Mamalia Kisah evolusi mamalia dimulai sejak 65 juta tahun yang silam pada akhir jaman geologi yang disebut Messozoic. Sepanjang jaman Mesozoic,dinosaurus menguasai Bumi, dan mamalia, yaitu binatang berdarah panas,secara perlahan-lahan berevolusi. Di antara mamalia itu terdapat nenek moyang primate (segala jenis monyet). Bukti fosil terawalnya adalah gigi mamalia primitif yang ditemukan di Montana Timur, dan disebut Purgatorius ceratops, karena ditemukan di Bukit Purgatory. Perkembangan garis primate lainnya di jaman Cenozoic dibagi dalam tujuh masa: Palaeocene, Eocene, Oligocene, Miocene, Pliocene,Pleistocene, dan Holocene. Bukti kehidupan primate Palaeocene yang lebih awal hanya sedikit, yaitu struktur daerah tulang telinga dan gigi graham. Tetapi di masa Eocene lebih banyak bukti primate primitif modern. Tersier yang hidup di rimba Asia Tenggara, kini diperkirakan nenek moyang gorilla dan monyet. Jejak pertama primate yang lebih maju muncul di jaman Oligocene, dimulai sekitar 36 juta tahun yang silam. Fosil-fosil tengkorak dan giginya diperkirakan sebagai nenekmoyang monyet dan gorilla modern. Kemudian dipertengahan masa Miocene 16 juta tahun yang silam, penelitian menunjukkan, gorilla jelas berbeda dari monyet Afrika dan Asia. Karena itu para ilmuwan menduga, sejarah evolusi manusia mungkin dimulai pada 16 juta tahun yang silam. Sebab fosil gigi dan sedikit potongan rahang yang ditemukan, mirip jenis homo belakangan. Sekitar 4 juta tahun yang silam, garis manusia secara pasti terpisah dari garis yang membawa ke gorilla modern. Dari bukti fosil, jelas sekali bahwa jenis Homo masa Paliocene berjalan dengan dua kaki, sedangkan rahang dan giginya lebih menyerupai manusia daripada gorilla. Pada akhir masa Paliocene ada bukti baik yang menunjukkan bahwa otak jenis Homo telah mulai berkembang, dan jenis Homo awal itu mulai menggunakan alat. Tetapi dari bukti fosil yang diketahui, jenis Homo bentuk modern baru muncul sekitar 100.000 tahun yang silam. Tafsir bukti Para antropologiwan umumnya sependapat mengenai Australopithecus africanus, yaitu Homo tertua dari Afrika Selatan yang berdiri tegak dengan tinggi 1,2 meter dan beratnya antara 30-40 kg. Sebagian ilmuwan percaya bahwa spesies jenis itu tidak memiliki hubungan langsung dengan evolusi manusia modern. Fosil yang ditemukan hadir sekitar 4 juta tahun silam yang kini sudah punah, ditafsirkan sebagai nenekmoyang manusia modern. Para ilmuwan lainnya juga mempercayai bahwa Australopithecus africanus bukan bagian dari orang modern. Mereka berpendapat bahwa Australopithecus africanus hanya bagian satu garis yang membawa kepada Australopithecus robustus dan kemudian belakangan telah punah lagi. Pendapat ilmuwan lainnya menyatakan, baik Australopithecus africanus maupun Australopithecus afarensis (yang dianggap sebagai nenekmoyang africanus) menunjukkan spesies tunggal, dan dinyatakan sebagai Homo awal yang disebut homo habilis. Sebenarnya belum cukup bukti kebenaran penafsiran itu. Tetapi satu hal yang nampaknya pasti: dimulai sekitar 2 juta tahun yang silam. Ada dua spesies jenis homo yang hidup di Afrika Selatan, yaitu Australopithecus robustus dan Homo Habilis. Australopithecus rubustus yang berukuran lebih besar ditafsirkan sebagai jantan, sedangkan Homo awal yang lebih ringan, ditafsirkan sebagai betina. Karena itu punahnya dua spesies tersebut pernah dipercayai sebagai contoh punahnya bentuk seksual. Tetapi analisis modern telah membuktikan bahwa teori itu salah. Sebab perbedaan jenis fosil-fosil itu menunjukkan, mereka memiliki gaya hidsup yang berbeda. Australopithecus robustus diperkirakan tingginya antara 1,5 dan 1,7 meter dengan berat antara 50 dan 70 kg dengan rahangnya besar dan pola penggunaan giginya menunjukkan sebagai pemakan sayuran. Susunan wajahnya yang keras mendukung otot-otot yang mampu mengunyah sempurna. Sedangkan Homo awal Afrika Selatan yang lebih ringan, memiliki geraham lebih kecil dan otak lebih besar, giginya menandakan, makanan mereka beraneka ragam, termasuk jenis daging; sementara otaknya yang lebih besar menandakan sebagai makhluk yang lebih cerdas. Karena itu, kebanyakan antropologiwan sepakat bahwa Homo awal itu mengarah sebagai nenekmoyang orang. Belum berakhir Sejak munculnya buku Charles Darwin tahun 1859, banyak jawaban yang telah diajukan para ilmuwan. Fosil pertama yang diakui secara umum yang sejalan dengan pertanyaan tentang asal manusia, yaitu orang Neanderthal yang ditemukan tahun 1856, merupakan masalah yang menimbulkan perdebatan cukup seru. Sebagian kecil mau menerima status makhluk itu sebagai nenekmoyang, karena pada waktu itu, kepercayaan yang diterima secara umum adalah setiap bentuk manusia yang ditemukan harus mirip dengan diri kita. Setelah puluhan tahun berlalu, fosil-fosil lain ditemukan. Fosil penemuan itu lebih mirip manusia. Tetapi ketika semakin banyak orang yang melibatkan diri dalam penelitian tentang asal manusia, maka teknik-teknik ilmiah yang digunakannyapun semakin beragam. Setiap satu penemuan diperkenalkan sebagai jawaban, antropologiwan lainnya mengemukakan fosil baru sebagai potongan bukti yang berlawanan dengan pendapat alasan yang lebih rasional. Karena itu penelitian terhadap asal manusia masih terus berlangsung. Sejak awal 1960-an, para antropologiwan yang bekerja di India dan Pakistan, Pulau Jawa, Cina, Afrika telah menggali ribuan fosil potongan jenis manusia yang diperkirakan sebagai nenek moyang kita. Semuanya menjadi bahan perdebatan. Kini banyak antropologiwan menyatakan bahwa pengungkapan foil jenis manusia, tidak lengkap untuk menjawab pertanyaan asal manusia. Untuk itu diperlukan kerja gabungan para geologiwan, para anatomis, para palaeontologis, dan para arkeologis, serta beberapa spesialis lainnya. Itulah sebabnya, kini banyak dilakukan kerjasama dan saling tukar pendapat di antara para spesialis. Dengan demikian, keahlian di bidang gigi jenis Homo awal berkaitan dengan penemuan kunci-kunci dari banyak tempat. Penelitian laboratorium yang berasal dari Omo juga berkaitan dengan yang dari Koobi Fora, Lateoli dan Hadar. Selama 20 tahun yang lalu, sejumlah kimiawan dan biologwan molekul telah mempelajari pertanyaan tentang asal manusia tanpa melakukan pengujian terhadap sepotong tulangpun atau batuan berfosil. Para ilmuwan ini percaya, umumnya masalah genetika pada manusia dan binatang yang relatif paling mirip wujudnya. Gorilla dan simpanse, akan memberikan jawaban yang menentukan tentang kapan gorilla-gorila besar terpisah mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Jika penanggalan ini diketahui, maka akan lebih mudah mempersempit bidang nenek moyang yang mungkin. Tetapi ia tidak akan memecahkan pertanyaan tentang asal manusia. Karena selalu ada teori-teori baru yang diselidiki, tempat baru yang digali, bahkan penggolongan kembali fosi-fosil yang telah ditentukan lama melalui pengujian ulang. Sesungguhnya, penelitian tentang asal manusia ini tidak pernah berakhir, karena potongan bukti yang lain selalu membuka pertanyaan-pertanyaan baru. Dalam keadaan demikian, nampaknya para ilmuwan mau tidak mau harus menengok kepada hukum penciptaan alam, mengingat proses evolusi berlangsung dari sebab ke akibat mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) yang terjadi karena bergiatnya gaya-gaya vektor (besaran-besaran yang menghambat ruang pada sudut siku-siku) terhadap medan scalar (gerakan ruang yang berpusing tidak mengarah). Dengan memahami teori skalar tensor, tentunya anda akan mudah memahami kesalahan teori Darwin. Untuk itu sekalian menjawab komentar agan Molecullarafic dalam tulisan yang berjudul Gagasan Pengurungan Einstein teori yang salah, kami akan menurunkan tulisan tentang teori skalar-tensor, karena untuk membuktikan kesalahan Teori Darwin pun salah satu pembuktinya adalah teori tersebut. (Discovering The Origin Of Mankind/Etos/Kelompok Diskusi cs67). Data Penelitian Evolusi Pengembangan Otak Berangkat dari teori evolusi Darwin yang dalam The Descent Of Man (Turunnya Manusia) terdapat kata-kata sebagai berikut : “Saya kira tak seorangpun yang meragukan tentang bagian besar ukuran otak manusia yang menunjang pada tubuhnya, sebanding dengan bagian yang sama pada gorilla atau orang, adalah berhubungan erat dengan kekuatan mentalnya”. Para kosmologiwan merasakan kebenaran teori evolusi Darwin hanya dalam satu segi. Sedangkan di segi lainnya terasa kejanggalan, yaitu Darwin mengatakan manusia sebagai keturunan gorilla. Namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan untuk membantahnya. Karena itu mereka baru dapat mengatakan bahwa manusia adalah antropometrik. Di sisi lain, para biologiwan merasakan kejanggalan itu, namun mereka juga belum dapat mengemukakan alasan yang tepat untuk dikemukakan. Padahal baik para kosmologiwan, biologiwan, maupun para ilmuwan lainnya sudah melihat kejanggalan itu terletak pada kemampuan otak. Sementara andai kata Darwin hidup kembali sekarang, dia tetap akan kukuh dengan yang dikatakannya dulu, seperti pendukungnya (mengakui bahwa dirinya adalah keturunan bangsa monyet) he he. Pernyataan Darwin di atas berkenaan dengan ukuran otak dan tubuh. Penelitian biologiwan menunjukkan bahwa otak manusia, paling tidak berukuran 100 kali dibandingkan ukuran otak semua reptile atau binatang ampibi terawal (kira-kira enam kali ukuran otak simpanse). Namun pernyataan Darwin mengandung dua ramalan. Pertama, yang lebih besar harus lebih cerdas. Kedua, tak dapat disangkal bahwa evolusi otak vertebrata (hewan bertulang belakang) akan maju ke suatu keadaan yang setara dengan otak manusia. Padahal hasil penlitian para biologiwan yang mencoba menyusun kembali sejarah evolusi otak manusia, menyatakan bahwa otak manusia jauh lebih rumit. Dalam rekonstruksi evolusi itu para biologiwan menyusun beberapa tingkat percobaan. Pertama menguji ukuran otak secara keseluruhan melalui perubahan dari vertebrata darat yang hidup sekitar 300 juta tahun yang silam, hingga menjadi manusia sekarang. Selain itu, mereka menganalisis tentang kelakuan baru (sel-sel yang tumbuh kemudian) pada evolusi setiap struktur otak secara global. Pada tingkat yang lebi rinci, yang mungkin bisa disebut ekologi kelakuan dari evolusi otak adalah alasan-alasan sosial dan lingkungan, apa sebenarnya yang membuat otak spesies berubah ukuran dan strukturnya? Sedangkan pada tingkat akhir, penelitian, memyangkut mekanisme sel yang memungkinkan otak berubah struktur dan ukurannya selama evolusi. Satu tetapan untuk semua itu adalah rencana umum sebuah otak. Otak semua vertebrata modern dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak belakang, otak tengah dan otak depan. Ketika teori Darwin dibuka melalui tetapan ini, Ternyata ukuran otak yang dikemukakan Darwin tidak sesuai dengan hasil penelitian ilmu. Sekitar tiga puluh lima tahun yang lalu Hary Jerison dari Universitas California, Los Angeles, mengembangkan gagasan tentang “bagian peradangan otak”, suatu ukuran besar otak sangat relative dengan ukuran besar tubuhnya. Hal itu di dapat dari penjejakan perubahannya melalui sejarah evolusi. Pola yang ditemukan Jerison tampil menguasai semua perdebatan tentang evolusi otak. Jerison menemukan bahwa reptile (binatang melata) berotak kecil pada 300 juta tahun yang silam, tidak berbeda dengan binatang melata yang ada sekarang. Jerison melakukan perbandingan ukuran otak terhadap ukuran tubuh setiap jenis reptil yang dikenal secara logaritmik, baik yang masih ada maupun yang sudah punah, hasilnya menunjukkan garis lurus. Satu di antara yang ditelitinya adalah dinosaurus sebagai reptil bertubuh besar. Itu menandakan bahwa anggapan tentang dinosaurus musnah secara perlahan-lahan tidak benar. Selama 100 juta tahun dalam perkembangannya, otak mamalia relatif berukuran sama. Kemudian ketika mamalia modern berkembang sekitar 65 juta tahun yang silam, terjadi pengembangan yang luarbiasa. Dalam 30 juta tahun peradangan otak, telah meningkat 4 hingga 5 kali lipat. Peningkatan terbesar terjadi serupa dengan evolui hewan menyusui tertinggi. Hewan menyusui tertinggi, yaitu prosimian yang merupakan keturunan modern, diantaranya spesies-spesies seperti kukang dan binatang semak. Perkembangan otak mereka relatif cepat, mendekati ukuran rata-rata mamalia modern. Dan saat itu otak monyet, otak orang utan, dan otak manusia pun berkembang menjadi lebih besar. Dengan mengambil besar tubuh sebagai ukuran, otak monyet kira-kira dua hingga tiga kali besar rata-rata otak mamalia modern. Sedangkan otak manusia adalah sekitar enam kali lebih besar dari otak kera. Namun dalam perkembangan otak ini tidak semua mamalia modern beruntung. Perbandingan otak dengan tubuh untuk jenis serangga dan binatang rawa, setara dengan perbandingan pada mamalia kuno. Walaupun itu merupakan gambaran global, namun pesan utamanya cukup jelas. Kita tahu, sejarah otak melibatkan jangka waktu panjang, yang diselingi oleh ledakan-ledakan perubahan. Bagaimana pola ini ditafsirkan, tergantung pada dua dasar usaha akal, yaitu falsafah dan ilmu. Mereka yang memperdebatkan tentang perubahan maju dalam evolusi seperti Stehen Jay Gould dari Universitas Harvard, menekankan pada tetapan. Sedangkan yang lainnya seperti Allan Wilson dari Universitas California, Berkley, menekankan pada jangka waktu perubahan, yaitu pada batas-batas perangsang dasar. Menurut Wilson, otak menyuluhi evolusinya sendiri. Ketika kelakuan baru muncul pada seseorang, nampaknya dipeoileh melalui anggota-anggota masyarakat lainnya yang secara genetis sangat penting untuk dipelajari. Jika kelakuan itu dianggap bermanfaat, individu tersebut cenderung akan meninggalkan keturunan yang lebih, sekaligus memastikan bahwa kecenderungan genetika untuk perubahan merupakan suatu sifat yang di antaranya diduga sebagai perangkai ukuran otak yang terjadi akibat pilihan alam. Kelakuan, yang bukan perubahahan iklim atau kekuatan-kekuatan luar lainnya, menjalankan evolusinya dari otak besar mengembangkan otak-otak yang lebih besar lagi. Dibalik Penampilan Jika pendapat Wilson benar, mengapa perubah terjadi tidak teratur? Seperti suatu proses yang sinambung? Jerison memandang otak sebagai satu-satunya mesin untuk menciptakan kenyataan pengalaman organisme individu. Itu adalah kenyataan yang selama jangaka waktu evolusi, secara berkala telah tampil dibawah tekanan untuk menyesuaikan dengan permintaan yang dipaksakan oleh keadaan lingkungan khusus. Perubahan gambaran-gambaran dunia pada mental otaknya, mendasari peristiwa-peristiwa besar pada sejarah evolusinya. Lalu, bagaimana perubahan-perubahan tersebut diajukan pada peralihan di antara reptile dan mamalia? Dan apa pula yang terjadi pada otak mamalia modern pertama yang tidak ada pada masa awal mamalia? Dunia pengindraan reptil umumnya didasarkan pada ketajaman masukkan penglihatannya. Dan reptile memiliki ketepatgunaan indra yang tinggi, tetapi umumnya system penglihatannya kaku. Bahkan makhluk-makhluk malam yang kecil, dari jenis mamalia terawal memiliki pengindraan yang jelek. Kelangsungan hidup di dunia crepuslarnya sangat bergantung pada pemahaman penciuman dan pendengaran yang baik. Karena itu semakin besar sistem penciuman dan pendengarannya, semakin tajam pula dayagunanya. Pemusatan lamban Sebaliknya, berkembangnya sistem itu sangat tergantung pada perubahan cara pengumpalan sistem syarafnya. Reptil dapat mencatat sekaligus memproses informasi penglihatan dengan menggunakan sel-sel syaraf dalam mata dan otak tengahnya. Tetapi timbulnya kepintaran untuk menyadap informasi pengenalan tempat melalui bunyi dan bau, jelas memerlukan sarana otak. Sebab di sini memerlukan proses informasi pengindraan pada tingkat yang lebih tinggi. Penempatan jumlah sel yang banyak pada lingkungan sistem syaraf, seperti penggunaan mata reptil misalnya, umumnya kurang baik. Jerison menyatakan bahwa perbedaan yang tajam dalam menggabungkan sistem penglihatan reptil, merupakan satu di antara dua factor yang membawa pada pemahaman tentang meningkatnya ukuran otak mamalia awal. Sedangkan yang lainnya, berasal dari keuntungan sistem pemroses, yang jika digunakan lebih terpusat, maka pengliatan pun menjadi lebih jauh, yaitu kemungkinan menggabungkan informasi dari pandangan, suara, bau, dan sentuhan untuk menciptakan gambaran dunia mental yang lebih rinci. Hasil nyata dari pengumpulan, pemroses dan penggabungan informasi pengindraan yang baru adalah kulit luar otak. Ia merupakan alat inti untuk menyusun peta mental dan informasi yang dipasok melalui pemahaman, yaitu cortex rata-rata mamalia modern yang memiliki sekitar 40% isi otak. Dengan mengembangkan penelitian daya tangkap otak, evolusi kulit otak mamalia kuno berada di tempat yang lebih baik dari reptil. Penampilan cortex tidak menentukan keseluruhan pertambahan ukuran otak, tetapi yang pasti, ia memberikan sumbangan terbesar. John Allman dari Institut Teknologi California di Pasadena mencapai kesimpulan yang sama dengan Jerison, bahkan dia melengkapinya dengan satu dimensi tambahan, dan ternyata sangat berguna bagi sejarah perkembangan otak. Dia percaya bahwa cortex berevolusi berurutan dua-dua dengan endotermi, yaitu kemampuan mempertahankan suhu tubuh yang tetap. Adapun alasannya yang diterima para ilmuwan adalah sebagai berikut: Keuntungan pokok endotermi adalah kemampuan bergiatnya lebih lama serta tempat tinggalnya yang lebih luas dibandingkan makhluk esotermik sewperti reptil. Tetapi lebih banyak memerlukan tenaga. Untuk mempertahankan dirinya sendiri, seekor mamalia memerlukan tenaga antara 5 hingga 10 kali lebih banyak ketimbang yang diperlukan reptil pada ukuran tubuh yang sama. Jadi, satu akibat dari endotermi adalah, ia memerlukan pengumpulan makanan yang lebih banyak, sedangkan pada perluasannya menunjukkan gambaran lingkungan mental lebih rinci. Pendukung Kelakuan Gelombang pergatian terhadap pengaruh kelakuan dan ekologi pada evolusi otak, terutama pada otak paling tinggi, terjadi 25 tahun yang lalu. Menurut Allman, akibat pertambahan relative pada ukuran otak, melengkapi mamalia modern dengan “pendukung kelakuan” terhadap tingkah laku dunia luar. Dia mengacu pendugaannya terhadap pilihan-r dan pilihan-K yang diperkenalkan Robert Mac Arthur dan Edwar O. Wilson dari Universitas Harvard pada tahun 1960-an. Spesies pilihan-r hidup pada lingkungan yang tidak stabil, cenderung kecil. Tikus misalnya, mereka memiliki tingkat membiak yang tinggi. Sebaliknya spesias pilihan-K, hidup pada lingkungan stabil, cenderung besar, contohnya singa, dan memiliki tingkat membiak rendah. Semua hewan yang berotak paling tinggi termasuk pilihan-K, di antaranya manusia sebagai pemilik otak paling tinggi. Kunci untuk pilihan-K karena kestabilannya memberi masokan makanan dan sumber-sumber lainnya. Tetapi untuk mencapai kestabilan itu, mamalia harus dapat menguasai deretan tempat tinggal yang lebih luas, membuat kegunaan sumber-sumber setempat yang lebih baik dan memperluas dietnya. Sebaliknya dari itu, memerlukan kecakapan kesadaran yang lebih baik. Allman dan biologiwan saraf lainnya, 20 tahun yang lalu sampai pada pandangan ekologis seperti itu, ketika mereka menemukan bahwa monyet cebus hidup jauh lebih lama dari yang akan diramalkan melalui ukuran tubuhnya. Mereka juga memiliki otak yang lebih besar dari yang diperkirakan, juga ukuran tubuhnya. Anggota-anggota pasukan monyet cebus yang lebih tua, selain sebagai pencari makan yang pandai, juga merupakan gudang informasi tentang sumber-sumber makanan, ketika masa-masa sulit tiba. Hipotesis Allman memiliki deretan penelitian lebih luas ketimbang Hipotesis Jerison. Namun keduanya merupakan penggagas serta peneliti fungsi otak (dan evolusinya), sehingga kita mengetahui gambaran kenyataan yang lebih lengkap. Kenyataan itu telah ditemukan. Pada manusia misalnya, kesadaran yang bersifat mawas diri, itu diperkirakan melalui pengembangan bahasa. “Saya meninjau peranan bahasa dalam komunikasi, yang Nampak demikian jelas bagi alasan evolusinya, sebagai akibat sampingan dalam penyusunan kenyataan”, kata Jerison. Tetapi masih tersisa satu pertanyaan ganjil : Mengapa monyet-monyet dan gorilla-gorila mempunyai otak hingga tiga kali mamalia modern? Menurut Allman, jawabannya mungkin terletak pada rantai di antara ukuran otak yang bertambah dan evolusi strategi yang semakin baik bagi penyediaan makanan dan sumber-sumber lain yang membuatnya stabil. Sedangkan pilihan lainnya, mungkin diperlukan penjelasan-penjelasan yang lebih mendasar. Robert Martin Dari Institut Antropologi Zurich menyatakan bahwa, metabolisma adalah penting. Bagaimanapun juga, otak merupakan potongan peralatan mesin yang sangat “mahal” untuk membangun dan dipertahankan. Pada manusia dewasa, otak yang beratnya hanya 2% dari seluruh berat tububuh, memerlukan 20% oksigen dari tenaga yang tersedia. Dan pada 18 bulan pertama dari sepanjang hidupnya, manusia memerlukan sekitar 9% lebih banyak tenaga per hari dibandingkan dengan simpanse dari ukuran tubuh yang sama. Martin memusatkan penelitian pada tenaga, setelah menguji hubungan antara otak dan berat tubuh terhadap banyak spesies mamalia. Seperti yang dilakuakan Jerison dan yang lainnya, dia memperlihatkan bagan perbandingan berat otak terhadap tubuh untuk deretan luas mamalia, ternyata menghasilkan garis lurus dengan kemiiringan sekitar 0,75%. Jika dimisalkan spesies B yang berat tubuhnya 2 kali dari spesies A, akan memiliki otak yang lebih besar. Perbandingan ini dimiliki semua mamalia, dan ternyata berakar pada sesuatu yang sangat mendasar. Tetapi apa sesuatu itu? Petunjuk muncul ketika Martin memperlihatkan tingkat metabolic pokok yang bertambah sejalan dengan pertumbuhan besar tubuh, dan berlangsung pada tingkat sama, yakni 0,75%. Karena itu dia menyatakan bahwa kebutuhan relatif bagi tenaga, mungkin mengendalikan ukuran otak. Bagi ukuran spesies yang ada, untuk mengembangkan otak yang lebih besar, ia harus dapat menopang tingkat metabolik yang lebih tinggi. Penanaman Kepintaran Martin menyatakan bahwa, otak tidak bertambah membesar karena alasan-alasan khusus. Agaknya semua spesies akan memiliki otak terbesar yang dapat mereka berikan karena kegiatan, dan otak berfungsi seperti komputer. Dia menyatakan bahwa satu alasan mamalia tingkat utama memiliki otak relatif besar, karena mereka dapat mempertahankan diet yang cukup kaya. Dengan demikian, ia memenuhi kebutuhan tingkat metabolic tinggi yang diperlukan untuk membangun dan mempertahankan otak besar. Umumnya peneliti berpendapat bahwa metabolic sangat tepatguna, dan dengan pemahaman diet, membatasi ukuran otak. Tetapi beberapa peneliti lainnya melihat hanya sebagai factor-faktor. Contoh, metabolisme saja tidak menjelaskan mengapa otak spesies tingkat utama tertentu berbeda ukurannya. Dengan demikian, pertanyaan ilmiah untuk hal-hal yang menentukan ukuran otak telah dipusatkan pada factor-faktor lain, seperti tingkat menuju kematian dan struktur sosial. Walaupun hasil-hasil yang menarik telah bermunculan, mungkin saja pada akhirnya penelitian tersebut akan tumbang, kata Paul Harvey dari Universitas Oxpord. Ukuran otak, umur panjang dan rakitan factor-faktor lainnya sangat berkaitan dengan perubahan-perubahan ekologi, dan mungkin saja merupakan bukti mustahil untuk diuraikan. Pendekatan yang lebih menguntungkan barangkali dengan melihat pada bagian-bagian khusus dari struktur otak. Sedikit Pertumbuhan Cetakan-cetakan otak fosil Homo sapiens yang diketahui paling awal adalah sekitar dua kali ukuran otak fosil Homo Habilis, yaitu spesies Homo yang pertama. Lebih jauh, penendaan pada cetakan-cetakan otak fosil mengacu pada bertambahnya ketajaman dalam masokan darah. Fosil tertua menunjukkan bukti hanya dari dua pembuluh darah. Sedangkan cetakan-cetakan Homo Habilis mengungkapkan jaringan padat, dan pada Homo Sapiens jauh lebih padat lagi. Perubahan-perubahan yang mencolok demikian hanya dapat terjadi jika permintaan tenaga pembentukan dan pertambahan otak besar telah ditemukan, mungkin melalui perubahan-perubahan kelakuan. Perubahan-perubahan tersebut mungkin melibatkan perluasan diet meliputi daging. Tetapi kumpulan apa yang bertambah adalah tidak diketahui, walaupun tingkatnya secara tidak langsung membuktikan umpan balik jenis positif, kata ahli evolusi Allan Wilson. Teknolog, bahasa, strategi-strategi rumit, masing-masing telah diajukan sebagai penggerak utama, dan semuanya dapat dipertimbangkan system umpan-balik. Apapun kekuatan yang mengendalikan dibalik evolusi otak manusia, para biologiwan yakin akan satu hal: Besar bukanlah segalanya, perubahan-perubahan yang bersifat evolusi pada arsitektur syaraf otak, dan khususnya besar relatif di wilayah-wilayah cortex tertentu, juga telah menyumbangkan pada penemuan daya mental. Bukti yang kuat untuk itu datang dari penelitian pertumbuhan otak pada kehidupan awal. Ketika otak berkembang, ia tidak hanya menghasilkan syaraf, namun memungkinkan merancang serat-serat di luar syaraf pada bagian lain dari organ tersebut. Yang kedua, tahap “menyambungkan” dari pengembangan otak melibatkan kelompok-kelompok syaraf di bagian-bagian otak lain yang “bersaing” untuk menyambungkan serat-seratnya pada kelompok-kelompok syaraf sasaran. Pada manusia, system penglihatan, pendengaran, dan (khususnya) penciuman relatif lebih kecil dari kera, sehingga menurut perbandingannya menghuni cortex yang kurang luas. Akibatnya, mereka kurang mampu bersaing dalam pengembangannya dengan bagian-bagian cortex yang lainnya. Keuntungan utama dari bagian cortex depan, adalah wilayah prefrontal, yang berukuran sekitar 6 kali dari ukuran yang dimiliki gorilla. Karena ukurannya, daerah ini dapat membangun lebih banyak serat dalam otak tengah, menggantikan sambungan-sambungan yang ada dari daerah-daerah otak yang lainnya. Mungkin ini penting bagi evolusi bahasa, kata Terrence Deacon dari Universitas Harvard. Dia mencatat bahwa daerah prefrontal rumah sebagai pusat-pusat bicara tertentu pada manusia. Dengan demikian, pembicaraan otak manusia seringkali berpusat pada pertambahan besar ukurannya. Deacon menyatakan, mungkin hal itu merupakan hasil pengaturan kembali rangkaian syaraf yang mengakibatkan sederetan kesadaran yang membuat masnusia demikian khusus. Jika ini benar, kata Deacon, pemuncakan kecenderungan maju pada pengembangan otak menjadi sulit : terlalu banyak hal berlainan yang terjadi pada cara itu. “Otak kita tidak berada pada puncak setiap kecenderungn evolusi”, katanya. Ini adalah hasil maksimal yang telah dicapai biologiwan dalam membuktikan satu segi ketidakbenaran pendapat Darwin, khusus dalam ukuran otak, dalam kaitannya dengan besar tubuh dan potensinya. Satu hal yang sudah dapat dipastikan bahwa potensi itu pada setiap tingkatannya adalah tetap. Ini berarti bahwa jenjang alam tidak berubah. Sama halnya seperti anak tangga; ketika tangga dinaikan dari tempat rendah ke tempat tinggi maka semua anak tangganya naik bersama- sama. Kenaikan ini terjadi pada ledakan-ledakan perkembangan. Dalam hal otak, ketika ledakan perkembangan otak satu jenis binatang naik satu tingkat, maka otak binatang jenis lain, termasuk manusia juga naik satu tingkat. Tapi pada setiap perkembangannya, sama seperti pandangan Deacon, yakni tidak pernah mencapai pada puncak potensi itu. Dengan kata lain, pada setiap putaran evolusinya, kesadaran atas potensi itu selalu jauh di bawahnya. Mengapa demikian? (New Scientist/Etos/Kelmpok Diskusi cs67).- Teori Geometri Quantum Mengungkap Kesalahan Teori Evolusi Darwin Sekitar 2000 tahun yang silam, Demokritus mengemukakan gagasan bahan asal segala benda yang disebut atom (unsur paling kecil). Kata “atom” diambil dari bahasa Yunani “atomos” nama cerita “tamu dari planet Mars” sebagai kiasan yang mustahil. Namun gagasan ini ternyata masih salah. Sebab melalui reaksi nuklir, atom masih dapat dipecahkan menjadi elektron negatif yang mengitari inti positif. Inti itu pun ternyata umumnya terdiri dari dua partikel, yaitu proton positif dan netron yang netral. Bahkan melalui mesin pemercepat partikel (particle accelerator) dapat diungkapkan bahwa proton dan netron juga masing-masing diisi oleh tiga partikel dasar yang disebut quark. Sebenarnya quark bukan partikel ujud, karena hingga sekarang belum seorangpun fisikawan yang dapat melihatnya. Ia partikel gagasan yang anti wujud. Kehadirannya hanya diketahui dari rasa yang ditimbulkannya. Karena itu para fisikawan atom seringkali menyebut quark sebagai partikel rasa (plafour). Bahkan tiga orang fisikawan atom yang telah mendapat hadiah nobel untuk penemuan quark juga, bukan karena mereka telah menemukan partikelnya, namun hanya menemukan kepastian hadirnya rasa quark tersebut tahun 1990. Setelah penemuan partikel rasa, maka atom tidak lagi disebut partikel dasar, melainkan sebagai balok dasar pembangun benda. Bicara tentang Kesalahan Teori Evolusi Darwin, Kami akan mengungkapnya dengan teori Persamaan Gelombang Relatifitas (Relativistic Wafe Equation) Paul Dirac yang dirumuskan pada tahun 1930, dan menurut kami hingga saat ini merupakan persamaan paling lengkap, karena merupakan gabungan dari teori Quantum Max Plank (alam mikro) dan teori relativitas Einstein (alam makro). Inilah teori yang tengah dicari para kosmologiwan dewasa ini, ia adalah teori geometri quantum (quantum-geometry). Melalui persamaan Dirac yaitu x = 0 yang merupakan peralihan tiga dimensi ruang menghasilkan satu ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi. Dirak menyebutkan apa yang disebut ruang kosong sesungguhnya tidak kosong samasekali, melainkan merupakan lautan patikel dalam keadaan negatif yang jenuh. Tetapi bila partikel negatif tertingginya mendapat tambahan tenaga yang cukup, ia akan meloncat ke ujud tampak dengan meninggalkan lubang bermasa tepat sama namun dengan muatan berlawanan. Persamaan ini membawa kepada penciptaan pasangan-pasangan dan penghancurannya, yang mematuhi hukum-hukum dasar fisika. Yang muncul ke ujud tampak adalah tiga partikel rasa berpasangan dengan lubangnya. Munculnya partikel rasa ke ujud tampak karena melanggar cermin T. Cermin ini adalah gaya tolak kosmis Newton. Dalam relatifitas Einstein dikenal sebagai tetapan kosmologi lambda. Pelanggaran cermin-T ini dalam kosmologi dikenal sebagai ledakan besar (Big Bang). Ia adalah awal hadirnya alamraya kita. Terjadi sekitar 〖10〗^(-35) detik dari omega minus, sebagai permulaan ruang-waktu-bahan. Para fisikawan percaya bahwa saat ini gaya electromagnet, gaya nuklir lemah, serta gaya nuklir kuat dalam keadaan manunggal yamg disebut kekuatan maha (superforce). Ini adalah keadaan yang terjangkau teori. Tetapi mereka masih dapat meramalkan lebih jauh bahwa medan gravitasi juga merupakan bagian dari kekuatan-maha tersebut. Namun gravitasi memisahkan diri sebagai kekuatan pengimbang pada sekitar 〖10〗^(-43) detik dari ledakkan besar. Dalam hal ini kami berpendapat lain. Yang memecah pada 〖10〗^(-43) detik itu bukan gravitasi, melainkan antigravitasi. Sebab menurut teori pemompaan alamraya (inflation universe) gagasan Alan Guth melalui tafsir persamaan Dirac, ia adalah dimensi ketiga alam negatif menjadi pasangan gaya nuklirkuat yang meloncat ke ujud tampak. Partikel rasa (quark) dalam keastuan khusus tiga dimensi karena pengaruh timbal-balik tiga dimensi anti quark dalam medan anti listrik lemah, sehingga melanggar kemanunggalan (singularity) yang menurut Dirac berpusing dengan kecepatan setidaknya〖 2 mc〗^2. Nuklir kuat adalah tenaga sisi pengikat quark. Ia adalah gaya tolak kosmis yang memompa pembengkakan ruangwaktu dan menjadi medan skalar alamraya. Bukti penelitian satelit COBE terhadap riak-riak ledakan besar menyatakan bahwa tori pemompaan adalah benar. Ia membentuk simetri dengan listrik lemah sebagai gaya vector. Akibat pengaruh timbal-balik antara medan skalar dan gaya vector ini, partikel-partikel muncul dengan cepat dari kehampaan, pada usia alamraya 〖10〗^(-30) detik lalu pada usia 〖10〗^(-11) terjadi pemecahan simetri. Listriklemah pecah menjadi gaya nuklirlemah dan gaya electromagnet. Pada usia 〖10〗^(-6) hingga 〖10〗^(-5) detik, quark dan anti quark berhenti saling menghancurkan. Yang selamat bergabung dalam kelompok-tiga sebagai proton dan netron. Pada usia 〖10〗^(-4) (1/10.000) detik, terjadi penjeratan elektron dan positron, yang terus mengubah netron menjadi proton dan sebaliknya. Karena untuk membuat netron memerlukan tenaga lebih besar dari membuat proton, maka proses ini menghasilkan jumlah proton lima kali lebih banyak dari netron. Pada usia seperseratus detik, partikel-partikel bahan saling mempengaruhi dalam keseimbangan panas. Usia ini adalah yang dapat dicapai oleh percobaan mesin pemercepat partikel dewasa ini, sehingga kebenarannya diyakini. Pada usia 1 detik, netrino yang tadinya giat mempengaruhi partikel-partikel lain, mulai memisahkan diri dan pergi mengikuti jalannya sendiri. Hal ini terjadi karena suhu telah jatuh hingga sekitar 10 milyar drajat. Tenaga foton sudah terlalu kecil untuk dapat menghasilkan partikel-partikel dengan mudah. Pada usia 100 detik, suhu telah jatuh hingga 1 milyar drajat, sehingga proton dan netron dapat tinggal berdekatan cukup lama untuk diikat oleh nuklirkuat menjadi inti-inti atom helium. Saat ini alamraya tersusun dari 80% hydrogen dan 20% helium. Hasil penelitian ini bukti terkuat untuk teori ledakkan besar. Suatu saat hampir semua elektron dan positron (elektron positif) bertubrukan saling menghancurkan dengan membentuk foton-foton. Ini mengisyaratkan perubahan nilai ruang setempat dari dimensi lembut ke dimensi halus. Foton-foton yang bergerak dalam kecepatan cahaya, memisahkan diri dari partikel-partikel yang kurang cepat dari cahaya. Suhu ruang terendah telah jatuh hingga 3000⁰. Elektron-elektron mulai bergabung dengan inti membentuk atom-atom stabil. Peristiwa itu terjadi ketika usia alamraya 300.000 tahun. Suhu rendah tersebut mengisyaratkan peristiwa penting lainnya dalam sejarah alamraya. Foton-foton yang perbandingan jumlahnya semilyar kali proton dan netron, tidak lagi dapat bergerak lurus terlalu jauh tanpa bertemu dengan electron. Elektron bebas sangat baik dalam menghamburkan atau membelokkan arah foton. Akibatnya, setiap foton harus bergerak zigzag dalam menembus ruang. Hasilnya alamraya kita menjadi kedap berkabut. Karena foton mulai berangkat pada suhu ruang 3000⁰, sementara alamraya telah mengembang seribu kali lebih luas, maka tingkat-tingkat tenaganya juga dikurangi oleh faktor itu. Hasilnya, ruang alamraya mulai digumpali bahan, dan hamparan ruangnya mulai dibentangi medan gravitasi yang ditimbulkan oleh masa bahan tampak. Itu terjadi pada batas tetapan G atau cermin-CP, atau batas pembalikan ruang halus ke ruang kasar. Ketika cermin-CP dilanggar, membalikkan partikel halus dan lembut menjadi partikel ujud tampak (cermin-CP adalah pembalikan ruang), sebagai tetapan yang dirumuskan para fisikawan nuklir dari hasil percobaan laboratorium. Peristiwa ini terjadi ketika alamraya berusia 1 milyar tahun, yaitu saat mulainya pembentukan janin-janin galaksi. Sekitar 5 milyar tahun yang silam, ketika alamraya berusia 10 milyar tahun, lahirlah sebuah bintang kuning di sisi luar pusaran spiral salahsatu galaksi. Itulah Matahri. Lalu piringan bahan yang melorot dari permukaannya dan bergerak mengitari Matahari, bergumpalan pula membentuk bola-bola planet. Satu di antaranya, yang bergerak pada orbit ketiga, terus memproses terjadinya beraneka ragam kehidupan, termasuk manusia, itulah Bumi kita. Perubahan bentuk Mari kita lihat proses balik pembentukan benda misalnya batu, ia ada di dimensi kasar. Batas bentangan medan gravitasi atau dimensi ruang kasar adalah ketika pecahan batu menjadi tepung halus. Ketika butiran tepungnya kita pecahkan lagi, kita membuat butiran itu melanggar cermin-CP, sehingga menjadi tidak kasat mata, dan ketika dipecahkan terus menerus, akhirnya semua pecahan batu itu menempati dimensi ruang lembut setelah melewati batas peralihan dimensi ruang halus. Pada dimensi ruang lembut, partikel-partikel pecahan batu tersebut menyesuaikan diri dengan ruangnya. Karena itu mereka bergerak dalam kecepatan cahaya. Tetapi karena kita ingin langsung membentuk atau menyusun kembali menjadi gumpalan batu, maka partikel-partikel yang terbang serabutan tadi kita punguti dan kita kumpulkan dalam bentuk gumpalan. Kita tahu, proton dan netron berkumpul dikat oleh nuklirkuat menjadi inti atom. Juga kita tahu, elektron bergabung pada inti membentuk atom-atom karena diikat gaya elektromagnet. Kita pun tahu menggabungkan atom-atom menjadi molekul-molekul. Maka mulailah kita menyusun tingkat-tingkat gabungan itu. Tetapi ketika susunan itu membentuk benda, kita jadi heran. Karena hasilnya bukan jenis batu yang kita pecahkan tadi (katakanlah batu cadas yang tadi kita pecahkan), tetapi yang jadi adalah batu kali yang hitam keras. Rupanya ada kesalahan dalam menggabung-gabungkannya. Kemudian kembali kita kerja dari awal. Kali ini dengan perhitungan yang lebih teliti. Tetapi ketika telah jadi, kembali gumpalan itu bukan yang kita inginkan, melainkan menjadi gumpalan tanah kering. Berkali-kali kita mengulangi penyusunan itu, namun hasilnya selalu berbeda: kalau tidak terlalu keras ya terlalu lembek, terlalu liat, atau terlalu keropos dan sebagainya. Atau bahlan kita menjadi sangat takjub ketika gumpalan itu bergerak-gerak hidup. Katakanlah anda seorang jenius berotak cemerlang. Misalnya anda dapat membuat makhluk-makhluk hidup. Maka anda merancangnya dengan membuat beberapa jenis makhluk dari tanah seperti kera, singa, manusia. Dengan suatu cara, anda memasukan zat hidup pada makhluk buatan itu. Sesuai dengan bentuknya: mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan. Tetapi jangan terkejut jika singa senang memakan rumput, kera senang memakan nasi, dan manusia senang memakan tikus. Atau singa dapat bicara, kera menggeram-geram, dan manusia bercuit-cuit, serta banyak lagi prilaku lain yang tidak sewajarnya dilakukan oleh makhluk buatan itu menurut ujudnya. Mengapa demukian? Sebab dalam merancang dan membentuk mereka, anda tidak mengikuti proses evolusi mental tetapi hanya evolusi fisik. Anda tidak mengetahui kadar rasa, pendengaran, penciuman, dan penglihatan, dan apalagi daya pikir ketiga makhluk itu. Karena anda membuat fisik mereka dari tanah yang sama. Anda lupa, terjadinya aneka ragam jenis tetumbuhan, binatang, benda mati seperti batu, kaca, dan sebagainya, bukan setelah dalam ujud tampak, tetapi ketika mereka masih berada pada ujud-lembut karena pengaruh gaya nuklirlemah terhadap balok-balok bahan dasar pembangunnya. Penelitian laboratorium pemercepat patikel membuktikan, sekalipun kelompok-tiga quark merupakan bahan dasar pembangun segala benda, namun tanpa terjadinya pengaruh kelompok tiga lepton (satu di antaranya electron; dua yang lainnya muon dan tau), maka di alamraya ini hanya akan terjadi satu jenis benda. Kadar pencampuran quark dan lepton itulah yang menghasilkan aneka ragam benda dan makhluk hidup. Dengan kata lain pembentukan segala jenis benda berlangsung pada dimensi ruangwaktu lembut yang bersuhu sangat tinggi dalam bentuk riak-riak gelombang. Kemudian pada suhu yang telah cukup dingin pada pusingan ruang berkecepatan 150.000 km perdetik, terjadi pelanggaran terhadap cermin-CP, yang merupakan pembalikan ujud halus ke ujud kasar dalam bentuk sudah stabil, membentuk calon-calon jenis benda atau spesies (batu, kaca, kera, ular, manusia dan sebagainya). Evolusi di alam kasar hanya berlangsung pada pertumbuhan dan perkembangan jenis benda dan spesies itu untuk kecacatan atau kelengkapan ujudnya. Bila kita menanam biji jagung atau biji kacang, maka evolusi bibit jagung akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon jagung. Tidak mungkin bibit jagung akan berevolusi menjadi pohon kacang atau sebaliknya. Yang mungkin berbeda dengan bibit yang ditanamnya adalah ukuran dan rasanya, akibat tingkat kesuburan dan jenis tanah tempat tumbuhnya. Kajian perubahan bentuk ini dengan tegas menunjukan bahwa penelitian evolusi benda dan segala makhluk hidup termasuk manusia, tidak dapat dilakukan melalui fosil-fosil (dalam hal perkembangan peradaban manusia, juga tidak dapat diselidiki melalui puing-puing bangunan atau produk teknologi). Fosil-fosil dan puing-puing teknologi tersebut mungkin benar dalam menentukan bentuk, jenis, corak, dan usianya. Sedangkan untuk menentukan kebenaran evolusi, akan lebih tepat jika penelitian dilakukan terhadap segi mental dan potensinya. Alasannya, evolusi berhubungan langsung dengan hukum penciptaan pasangan-pasangan, yang menghasilkan dua kemungkinan akibat: berkembang maju (lebih baik) atau mundur (lebih buruk). Dengan kata lain, penelitian terhadap fosil-fosil (produk teknologi alam) dan puing-puing (produk teknologi buatan) seperti yang dilakukan para ilmuwan dan para naturalis selama ini adalah terhadap akibat hukum yang dianggap terus berkembang maju, dan tidak pernah memperhitungkan menurun mundur. Padahal keputusan hukum evolusi memiliki dua kemungkinan akibat. Hadirnya spesies-spesies yang punah atau peradaban-peradaban yang runtuh, adalah akibat ketidak mampuan mereka menyesuaikan diri (beradaptasi) terhadap hukum alam yang berlaku. Juga kajian perubahan bentuk yang menyesuaikan ini dengan tegas menunjukkan bahwa, proses evolusi adalah hukum alam yang harus berlaku terhadap segala jenis makhluk yang mengisinya, termasuk alamraya sendiri (Bumi, Matahari, Bimasakti, Rumpun Galaksi, Maharumpungalksi dan sebagainya) . Ini terjadi karena alam yang kita tinggali, mempunyai waktu, dan evolusi hanya berlaku dalam waktu. Karena ada waktu, kita dapat memperhitungkan kejadian kemarin (masa lalu) dan dapat memperhitungkan kejadian hari esok (masa datang). Perhitungan dan ramalan itu didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman terhadap perubahan bentuk yang mengurut (gradasi) dan terjadi berulang-ulang. Perubahan bentuk yang menyesuaikan terjadi karena pengaruh rasa terhadap bahan. Pada makhluk hidup, pengaruh itu berlaku melalui indra terhadap jasad. Indra-rasa-jasad adalah tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi dalam tiga proses : dimulai dari perencanaan (niat), pengaturan (kehendak nafsu dan pertimbangan akal), dan pengawasan (hukum). Hasilnya adalah pelaksanaan (akibat sebagai bayangan cermin) dalam kesatuan khusus tiga-dimensi (negatif-netral-positif). Akibat ini sangat bergantung pada tanggapan nafsu dan akal terhadap hukum pengawasannya. Ini adalah hukum evolusi rumusan Paul Dirac melalui persamaan gelombang relatifitas x= 0 dengan fungsi delta (peralihan) tak terbatas. Karena segala jenis spesies yang hadir di alam kasar atau alam-ujud tampak merupakan akibat hukum atau produk jadi (teknologi) yang sudah stabil, maka evolusi yang berlangsung di alam ujud tampak adalah mandiri jenis spesies yang bersangkutan. Spesies yang terlahir sebagai kera, simpanse, gorilla, akan memberikan keturunan jenis mereka masing-masing. Munculnya tiga atau empat jenis spesies yang sangat mirip dalam fosil-fosil kerangkanya, terjadi karena perbedaan kadar kerumitan campuran balok bahan bangunan dasarnya, yang selalu berlangsung dalam tiga tingkat jenis menurut dimensi alamnya. Jenis Homo adalah bayangan cermin dari jenis Australopithecus. Pada ukuran yang lebih besar, yaitu jenis mamalia, jenis Homo adalah bayangan cermin dari binatang melata, binatang merangkak dan setengah berdiri, serta jenis Australopithecus. Dalam ukuran potensi akalnya sesuai dengan kelengkapan dirinya, jenis Homo 9 kali mamalia melata, 6 kali mamalia merangkak dan setengah berdiri (simpanse, gorilla), 3 kali Australopithecus. Kesimpulan Evolusi adalah hukum yang harus berlaku pada alam dan segala isinya, karena alamraya memiliki waktu. Waktu memproses segala sesuatu yang terkurung di dalamnya, dari masa lalu ke masa depan, mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan. Karena ada perubahan bentuk yang menyesuaikan, kita dapat menjejaki sejarah peristiwa-peristiwa ke masa lalu, dan dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan masa depan. Ini adalah evolusi pertumbuhan dan perkembangan teknologi (atau produk jadi). Sampel-sampel yang dikumpulkan Darwin adalah produk-jadi teknologi itu. Sama seperti meja, kursi dan lemari sebagi produk jadi teknologi. Kursi tidak berevolusi ke meja dan ke lemari meskipun dari bahan yang sama. Mereka semua berevolusi menuju rusak dalam ujud masing-masing. Perubahan bentuk yang menyesuaikan setidaknya menghasilkan dua kemungkinan akibat: Menajak maju atau menurun mundur. Kesalahan Darwin dan para ilmuwan dalam merumuskan teori evolusi terletak pada anggapan bahwa evolusi tidak pernah menurun mundur, melainkan terus menanjak maju. Anggapan ini membuat para peneliti sejarah terkecoh oleh penampilan (Dicovering Homosapien/Etos/Kelompok Diskusi cs67). The Theory of Everything? Mengungkap Kesalahan Teori Evolusi Darwin Andaikata para ilmuwan tidak terpaku pada tafsir evolusi sebagai proses perubahan yang terus menanjak naik, sebenarnya teori yang telah dirumuskan dan penelitian yang telah dilakukan mereka sejak beberapa dasawarsa terakhir, sudah dapat memecahkan teori evolusi Darwin. Percobaan laboratorium fisika nuklir dengan hasil berupa pola simetri dan cermin-cermin P, C, dan T-nya, membuktikan kebenaran rumusan teori scalar-tensor Pascual Jordan dan persamaan gelombang relatifitas Paul Dirac. Tetapi kunci pemecahannya datang dari hasil penelitian para biologiwan terhadap peradangan otak. Kunci pemecahan Sebagaimana terbaca, keping tebak hasil penelitian masing-masing cabang ilmu masih terpisah-pisah. Penelitian biologiwan baru mengungkapkan satu segi kesalahan Darwin dalam perbandingan otak dan tubuh, Para antropologiwan baru melihat adanya mata rantai yang terputus-putus, meskipun secara kasar mereka telah memberikan kesimpulan dugaan bahwa, mungkin sekali tidak ada hubungan antara jenis-jenis spesies. Jangankan dengan bangsa kera, bahkan di antara jenis homo sendiri selalu ada mata rantai yang hilang atau terputus karena kepunahan. Baik penelitian sejarah atas puing-puing peradaban manusia maupun tafsiran para fisikawan patikel yang berdasar percobaan laboratorium, nampaknya memberikan tafsir yang krliru atas hukum evolusi. Baik para perumus teori itu maupun para penanggapnya, semuanya mengira bahwa evolusi terus berkembang maju ke arah yang lebih tinggi dan lebih baik. Tetapi penelitian para biologiwan terhadap perkembangan otak telah sampai pada kesimpulan penting. Secara tidak langsung mereka telah memberi jawaban terhadap hasil pengamatan para kosmologiwan yang kebingungan karena menemukan kenyataan bahwa, pemikiran manusia sekarang sedang meluncur kearah yang semakin bodoh. Kunci pemecahan itu terletak pada tetapnya potensi otak dalam jangka waktu ratusan juta tahun, dan pada ledakkan-ledakkan perkembangannya sebagai tangga alam yang selalu berkembang serempak. Kalau kita teliti lebih seksama, apa yang disebut tetapan dan jangka waktu perubahan yang panjang, akan tampak jelas persamaannya dengan pola perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) dari teori skalar-tensor, Pascual Jordan. Terjadinya pembesaran satu daerah yang selalu dibarengi dengan penciutan ukuran wilayah-wilayah yang satu atau yang lainnya, tidak beda dengan penjuluran dan pengerutan ruang waktu karena pengaruh gaya vektor terhadap medan skalar. Tetapan dan jangka waktu perubahannya adalah tangga alam yang terjadi karena saling mempengaruhinya gaya gaya vector terhadap medan scalar. Mereka membentuk dimensi-dimensi ruang dan waktu dalam tiga tingkat peralihan sebagaimana rumusan Dirac, yang menghasilkan satu rua bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi. Dengan adanya kesamaan pola pada semua teori dan hasil penelitian maupun porcobaan,maka kita sampai pada kupasan teori baru yang memungkinkan merupakan teori evolusi asal kejadian segala sesuatu. Simetri bertingkat Sampel-sampel Darwin dan parta peneliti umumnya dalam mencari bukti evolusi, hanya diambil dari produk teknologi alam (fosil-fosil) dan produk teknologi buatan (puing-puing). Mereka beranggapan bahwa kursi berkaki empat merupakan evoluisi dari kursi kaki satu, ke kaki dua, ke kaki tiga dan berakhir di kaki empat. Anggapan ini tidak berbeda dengan evolusi manusia yang dimulai dari binatang merayap, ke binatang merangkak, ke binatang setengah berdiri, dan berakhir pada manusia yang berdiri. Mereka lupa bahwa teknologi adalah hasil akhir dari proses pembuatan, dan evolusi selanjutnya dari produk teknologi itu adalah pertumbuhan dan perkembangan menuju rusak. Teori evolusi Darwin berpendapat bahwa proses evolusi akan berhenti setelah benda atau spesies mencapai ujud terbaik. Mereka lupa bahwa pada setiap periode jaman, semua jenis benda dan makhluk melata selalu hadir serempak. Jika teori Darwin benar. Semua binatang merayap, merangkak, dan setengah berdiri, seharusnya masih berevolusi. Artinya, di jaman sekarang pun perubahan bentuk yang mengurut (gradasi) pada hewan-hewan yang belum mencapai ujud terbaik itu mestinya masih terus berlangsung. Misalnya perubahan mengurut jenis ular ke binatang yang merangkak, dan perubahan mengurut dari kera ke manusia atau yang lainnya. Sebab evolusi mereka belum mencapai ujud terbaik, yaitu berdiri. Nampaknya kesalahan pokok teori evolusi Darwin terletak pada kekurangfahaman tentang arti waktu. Padahal evolusi berhubungan langsung dengan waktu. Selama kita hidup dalam ruangwaktu, kita tidak akan pernah berhenti berevolusi, karena evolusi adalah hokum waktu. Baik kita diam maupun bergerak, waktu terus berjalan. Sekalipun kita diam sepanjang hidup, diri kita terus berubah, usia terus bertambah, daya tahan terus berubah. Mula-mula menanjak, lalu menurun, sampai akhirnya menjadi tua dan mati. Jangan dikira karena kita diam maka evolusi berhenti. Sebab kediaman kita adalah relative. Dalam kenyataannya, kita tinggal di Bumi yang terus bergerak membawa kita menembus ruang mengelilingi matahari. Matahari juga bergerak membawa Bumi mengelilingi galaksi. Galaksi bergerak membawa Matahari dan bintang-bintang lain mengelilingi pusat rumpun galaksi, dan seterusnya. Selama kita berada dalam kurungan waktu (baca artikel asas pengurungan cs67), evolusi tidak akan berhenti. Dengan kata lain, evolusi bias berhenbti bila kita ke luar dari kurungan waktu. Teori relatifitas khusus (the special theory of relativity) Einstein menyatakan : Bila benda bergerak dalam kecepatan cahaya, maka selangwaktu akan diperlebar tanpa batas, sehingga ruangwaktu menjadi beku. Rumus persamaannya adalah 〖(Selang ruang-waktu)〗^2 = 〖(selang waktu)〗^2 – 〖(selang ruang)〗^2. Artinya, bagi benda yang bergerak pada kecepaqtan cahaya, selang ruang = selang waktu, atau waktu = 0. Karena itu, jika benda bergerak dalam kecepatan cahaya, ia akan menjadi kekal sewlama dalam kecepatan itu. Dari persamaan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa, waktu adalah gerakan dalam kecepatan cahaya, tetapi bukan cahaya, Lalu apa? Jawaban pertanyaan ini akan membawa terbukanya kesalahan tafsir perjalanan ruangwaktu Einstein yang menjadi pegangan para ilmuwan saat ini. Teori relatifitas dan teori skalar-tensor berkaitan dengan dimensi ruang dan waktu. Dimensi-dimensi itu terjadi karena perubahan kecepatan gerakan ruang akibat hambatan gaya-gaya vector, sehingga terjadi perubahan bentuk yang menyesuiaikan. Dime3nsi-dimensi ruang itu dalam garis besarnya terbagi dalam tiga tingkat seperti y6ang dirumuskan Paul Dirac melalui persamaan gelombang relatifitasnya. Kebenaran rumusnya telah dibuktikan melalui percobaan laboratorium pemercepat partikel. Dan para fisikawan nuklir telah mengembangkannya dalam pola simetri berbentuk segitiga (piramida terbalik). Bagan A menunjukan evolusi tiga tingkat, sedangkan bagan B menunjukkan setiap komponen pasangan yang masing-masingnya memiliki tiga sifat. Omega-minus (Ω) adalah tensor urutan nol, partikel rasa tak berwujud yang mengisi ruang, xi (Ξ) adalah dimensi lembut yang memcah simetri menjadi pasangan-pasangan, misalnya malam-siang, negative-positif. Sigma (Σ) adalah pasangan akhir pecahan dari xi yang terjadi pada pembalikan ruang (cermin-CP). Misalnya negatif-netral-positif, malam-temaram (subuh dan magrib) siang, wanita-waria-pria. Delta (Δ) merupakan komponen-komponen pasangan yang terdiri dari empat jenis dalam empat tingkat (dimensi), dan delta dua plus adalah komponen rasa yang pada peralihannya masuk mengisi semua komponen lainnya (tanda*). Melalui pola ini kita dapat melihat lebih jelas, bagaimana evolusi segala sesuatu berlangsung. Ia berlaku pada alamraya, pada galaksi, bintang, planet. Ia juga berlaku pada manusia, binatang, tetumbuhan. Juga ia berlaku pada setiap diri : pohon jambu, seekor kera, seorang manusia, atau makhluk lainnya. Bahkan ia berlaku hingga partikel atom seperti proton-netron-elektron, atau partikel dasar quark dan lepton. Karena setiap jenis benda atau spesies apapun tersusun dari rasa, inti, atom, molekul dan dibalikkan ke ujud tampak masing-masing. Hukum Pembalikan Untuk membuktikan pola itu berlaku pada segala tingkat, kita coba menerapkan pada keluarga Matrahari memiliki planet pokok: Merkurius,Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dst. Menurut cirri-cirinya, para astronom membagi planet pokok itu ke dalam dua kelompok. Planet dalam dari Merkurius hingga Mars, dan sisanya planet luar. Pemisah kedua kelompok tersebut adalah sabuk asteroid, berupa ribuan pecahan kecil benda langit yang berserakan dalam ruang di antara Mars dan Jupiter. Jupiter agak berbeda dengan planet lain. Ia lebih mirip bintang, namun suhu di hatinya tidak cukup untuk melangsungkan reaksi termonuklir, sehingga tidak memancarkan cahaya. Karena itu para astronom menjulukinya sebagai “bintang mati sebelum lahir”. Kenyataan ini menunjukkan pembagian massa yang sesuai dengan penelitian partikel: 2/3 di dalam dan 1/3 di luar. Jikia kita menempatkan kelompok planet-dalam berlawanan dengan kelompok planet luar, dan Matahari berada di antara dua kelompok itu, maka akan tamopak mencocoki aksioma kedua Hausdorff. Matahari sebagai pusat massa (p) membagi medan gravitasi kepada kedua kelompok planet itu. Tetapi Matahari berada pada kelompok planet dalam (P3). Dengan demikian simetri xi adalah Matahari dan planet dalam (P1) berpasangan dengan Jupiter dan planet-luar (P2). Simetri tingkat sigmanya adalah planet-dalam (sigma plus*), sabuk asteroid (sigma-nol*), dan planet-luar (sigma-minus*). Tanda (*) adalah Matahari delta dua plus. Dalam susunan antar planet, kita juga dapat melihat tiga tingkat peralihan. Merkurius-Venus-Bumi, dengan pembalikan di Venus (Sigma-nol), cirinya poros pusingan Venus yang terbalik. Mars-astroid-Jupiter dengan pembalikan di sabuk asteroid (sigma-nol), Saturnus-Uranus-Neptunus, dengan pembalikan di Uranus (sigma-nol). Pluto adalah pasangan benda langit X (ditemukan tahun 1991) dari sabuk Kuiper dan komet-komet dari awan Oort, dengan pembalikan ruangnya di sabuk Kuiper. Dengan demikian, baik dalam ukuran vertikal (dari alam partikel hingga benda langit), kita melihat tiga tingkat benda dan ruang. Urutan ruang yang dibentangi gaya-gaya vektor (nuklirlemah,elektromagnet, grsvitasi), semuanya berlapis-lapis sesuai dengan massa benda-bendanya terhadap pusat massa. Pusat massa alam atom adalah inti, sedangkan pusat massa keluarga Matahari adalah Matahari. Nuklirkuat adalah pasangan dari alam partikel, dan gravitasi adalah pasangan dari benda ujud tampak. Atom sama dengan keluarga Matahari sebagai produk teknologi alam masing-masing, bukan akhir evolusi. Semua atom dan semua planet dapat disamakan dengan jenis-jenis spesies hasil akhir dari sebuah proses pembuatan teknologi. Sama seperti jenis ular, sapi, kera, manusia yang masing-masingnya merupakan hasil akhir dari proses pembuatan/kelahiran makhluk hidup. Menurut penelitian semua planet dalam keluarga Matahari terbentuk dari gas selubung Matahari yang melorot, membentuk piringan gas dan debu di bagian khatulistiwanya yang bergerak mengitari Matahari. Kemudian di tempat-tempat yang lebih padat dalam piringan itu terjadi penggumpalan-penggumpalan di titik-titik ruang yang berlainan. Mereka berproses di titik ruang masing-masing karena sedikit perbedaan dalam hukum-hukum fisika. Titik ruang Merkurius berbeda dari titik ruang Venus, Bumi, Mars. Sama halnya titik ruang kelahiran ular berbeda dari titik ruang kelahiran sapi, kera, manusia dan sebagainya. Dengan alasan ini kita dapat melihat, Darwin yang menuyusun teori evolusi dari sampel akhir proses produk teknologi yang mirip mengurut adalah tidak benar. Merkurius, Venus, Bumi, Mars adalah produk teknologi yang mirip mengurut. Tetapi Merkurius tidak berevolusi ke Venus, ke Bumi, ke Mars, karena masing-masing berproses pada titik ruangnya sendiri-sendiri. Titik ruang masing-masing planet adalah pusingan planet-planet itu pada orbitnya. Mereka berevolusi sepanjang jalur orbit masing-masing. Elektron bukan hasil evolusi dari proton atau netron, mereka adalah jenis partikel sendiri-sendiri dalam pusingan titik ruang masing-masing. Semua atom hingga semua planet dapat disamakan dengan jenis spesies produk teknologi hasil akhir dari proses pembentukan, tetapi bukan akhir evolusi. Sama seperti janin sapi, janin monyet, janin manusia sebagai produk teknologi alam masing-masing, tetapi bukan akhir evolusi. Mereka baru akhir dari proses pembuatan/kelahiran. Dan evolusi lanjutannya adalah perubahan bentuk yang menyesuaikan : Tumbuh dan berkembang menurut alam (jenis) masing-masing hingga kematiannya. Evolusi produk jadi tidak berhubungan sama sekali antara satu jenis spesies dengan jenis spesies yang lainnya. Ia berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan memperkuat fisik dan mempertinggi kesadaran-atas-potensi ke arah batas maksimal yang dimilikinya. Batas itu telah terpendam dalam diri masing-masing pada tingkat yang sama menurut jenis spesiesnya sejak 30 juta tahun yang silam. Artinya, setiap jenis spesies yang hadir telah mencapaiu ujud fisik akhir menurut jenis masing-masing. Evolusi yang berlaku selanjutnya adalah perubahan kecacatan fisik dan mental dalam ujud itu, sesuai dengan pilihan sendiri. Misalnya karena penyakit atau bencana. Gelombang berpasangan Apa yang dikemukakan di atas baru proses evolusi umum, yang menurut anggapan rata-rata para ilmuwan selalu berkembang ke arah yang semakin baik. Padahal hukum evolusi adalah hukum kasih-sayang yang adil. Pertumbuhan dan perkembangan segala sesuatu sangat bergantung pada pilihan sikap masing-masing. Itu memungkinkan terjadinya tiga keadaan : pertama berkembang maju, kedua berlangsung datar, ketiga menyurut mundur. Proses evolusi berlangsung dari sebab ke akibat. Contoh sederhananya dapat di ambil dari kejadian sehari-hari. Ketika kita berdiri di depan etalase toko, timbul rasa tertarik pada sebuah barang. Menurut anggapan umumnya ilmuwan sekarang, asal punya uang , kita akan langsung dapat memilikinya karena kita dapat menyesuaikan (beradaptasi) dengan keadaan. Mereka lupa bahwa sekalipun keinginan memiliki barang itu sangat besar, bisa saja kita batal membelinya. Mungkin karena punya kebutuhan lain, atau karena menurut pertimbangan akal sehat, jika barang itu dimiliki, akan membawa akibat jelek. Itu berarti, proses evolusi selalu memberikan sedikitnya dua kemungkinan berlawanan. Kemungkinan itu bergantung pada pertimbangan akal kita sendiri, karena kita punya potensi untuk menentukan pilihan. Potensi adalah kemampuan terpendam yang pengungkapannya sangat bergantung pada kesadaran diri atas kewajiban asasi kehadiran dirinya. atau kepatuhan terhadap etos diri dan hukumnya. Manusia sebagai spesies yang memiliki akal tertinggi, menjadi pengukur tinggi rendahnya peradaban. Semakin tinggi kesadaran masyarakat atas potensinya, peradaban masyarakat itu pun semakin maju. Sebaliknya, semakin rendah kesadaran-tas-potensinya, peradaban masyarakat itupun semakin rendah pula. Pada kesadaran-atas-potensi manusia yang paling rendah, masyarakat lingkungan itu disebut biadab. Sifat dirinya akan turun menjadi spesies yang lebih rendah, misalnya menjadi serakah, otoriter, licik, ingin menang sendiri, tidak boleh dikeritik, pendengki, dan seterusnya seperti sifat kera. Di sini pendapat kosmologi modern yang menyatakan manusia sebagai ukuran alam (antropometrik), ternyata benar. Karena manusia yang mengukur alam, maka yang antropomorfik, antroposentrik, dan antropometrik itu bukan alamnya, melainkan tingkat kesadaran-atas-potensinya. Aristoteles, ptolemeus, Tycho Brahe adalah akal pemikiran antroposentrik, yang menghasilkan Darwin dengan teori evolusinya. Mereka adalah para filsuf alam dan naturalis yang menyelidiki alam dari penglihatan-tampak. Aristarchus, yang lebih dulu dari Ptolomeus, Copernicus yang lebih dulu dari Ticho adalah mata-mata rantai yang memiliki kesadaran-atas-potensi lebih tinggi dari kelompok pertama. Mereka menghasilkan Newton yang lebih dulu dari Darwin, karena mereka menyelidiki alam dari gejala-tampak. Tetapi para ilmuwan menyimpulkan penemuan Copernicus sebagai awal kejatuhan nilai manusia yang menurun semakin bodoh. Sebenarnya kesimpulan kosmologiwan itu kurang tepat. Sebab yang meluncur turun adalah rantai Aristoteles, Ptolomeus, Tycho, Darwin. Sedangkan Rantai Democritos-Aristarchus-Copernicus-Galileo-Newton adalah meningkat maju. Dari contoh itu tampak jelas bahwa peradaban manusia tidak selamanya naik, dan juga tidak selamanya turun. Dalam setiap ukuran jamannya, yang naik dan yang turun itu selalu hadir serempak, membentuk pasangan gelombang yang berpilin atau bersilangan. Jangan dikira di jaman Coppernicus semua masyarakatnya menyetujui Coppernicus. Sebaliknya di jaman Ptolomeus semua masyarakatnya menyetujui Ptolomeus. Jangan dikira di jaman sekarang sudah tidak ada pemikiran antropomorfik dan antroposentrik. Sementara ada insinyur bangunan modern, sebelum membangun pondasi gedung, harus menyembelih kerbau dan mengubur kepalanya di dasar pondasi untuk tumbal. Contoh demikian masih banyak terjadi di kalangan intelrktual tinggi ( di antaranya sarjana dan pejabat). Pada malam-malam tertentu merasa berkewajiban menyuguhkan sesajen kepada roh gaib. Tidak sedikit pula pejabat tinggi yang mempercayai benda-benda keramat untuk menangkal para perongrong. Dan masih banyak lagi jenis kepercayaan antropomorfik atau antroposentrik lainnya yang dilakukan masyarakat modern dewasa ini. Kemudian mari kita Tanya kepada diri kita masing-masing. Apakah kemampuan kita lebih tinggi dari Aristarchus, Coppernicus, Galileo, Keppler, Newton, Maxwel, Faraday, Edison yang hidup sekian abad lebih dulu? Apakah kita yang sudah membaca penemuan mereka, sudah mampu membuat lampu listrik, televisi, komputer sendiri? Mengapa Tycho lebih mempercayai Ptolomeus dan tidak mempercayai Coppernicus? Bukankah masih banyak di antara masyarakat kita sekarang yang tidak mempercayai kebenaran orang mendarat di Bulan, sekalipun bukti-bukti sudah jelas. Mengapa. Jawabnya diberikan oleh para biologiwan. Karena sejak 30 juta tahun yang silam, potensi manusia adalah sama tinggi. Sejak itu, siapa saja yang menyadari potensi dirinya dan mau memanfaatkan secara maksimal, maka daya pikir masyarakat terus meningkat. Tidak ada hukum ras, warna kulit yang membatasinya. Hukum kasih-sayang memberi kebebasan seluas-luasnya. Karena itu, kita tidak perlu heran jika kemampuan manusia masa silam, bahkan yang hadir di awal peradaban, lebih tinggi dari kemampuan manusia sekarang. Kesadaran-atas-potensi itulah yang menentukan maju-mundurnya peradaban. Kalau satu kelompok masyarakat hidup terbelakang dari kelompok masyarakat yang lainnya, itu bukan karena potensinya lebih rendah, melainkan sistem hukum yang yang diterapkan pada kelompok masyarakat itulah yang mengekangnya. Dan system hukum itu jelas bukan dari Tuhan pencipta peradabannya, melainkan ditetapkan para pemimpin kelompok masyarakat itu, yang tanpa disadari telah membekukan kesadaran masyarakat atas potensi yang dimilikinya. Ini semua menunjukkan bahwa evolusi peradaban tidak terus menanjak naik, melainkan membentuk gelombang turun-naik, tergantung kepada kesadaran atas potensi akal masyarakat suatu lingkungan. Ketika peradaban Mesopotamia runtuh, peradaban Babilonia naik. Ketika Babilonia runtuh, Yunani naik. Ketika Yunani Runtuh, Iskandariah muncul. Ketika peradaban Eropa mengalami jaman kegelapan, peradaban Islam naik, dan sebaliknya, ketika peradaban Islam meluncur turun, Eropa mulai naik dengan Renaisancenya. Gelombang ini bertahap dan bertingkat-tingkat dalam perubahan mengurut perlahan dari gejala perubahan kesadaran atas potensi, bukan dari produk teknologi. Ini merupakan koreksi atas keslahan penelitian para ilmuwan dalam menjejaki sejarah. Harus Mengurut Karena evolusi merupakan hukum alam yang berlangsung dalam persamaan gelombang relatifitas, maka evolusi segala sesuatu dalam alamraya ini bahkan alamrayanya sendiri, berlaku sama dalam caranya. Hukum ini berbentuk tetapan sederhana, namun memiliki pengembangan tidak terbatas. Seperti, peralihan tiga dimensi ruang menghasilkan satu ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi negative-netral-positif, iapun bias berubah menjadi peralihan tiga dimensi ruang menghasilkan satu ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi hokum-akal-rasa. Ia memcahkan segala kerumitan penelitian dan teori ilmu. Mirip seperti teori Coppernicus yang memecahkan segala kerumitan teori ptolomeus yang menggunakan lingkaran-lingkaran epycicle untuk menjelaskan perputaran benda-benda langit. Evolusi pada ujud tampak harus mengurut (gradasi) sinambung. Contoh sederhananya, pohon tumbuh dari biji, terus berkembang menjadi besar dan kuat. Kemudian dalam pembalikannya menjadi tua, sampai akhirnya mati keropos. Monyet berevolusi dari janin monyet, meloncat ke luar dari kandungan induk monyet dalam pelanggaran cermin-T sebagai bayi monyet. Tumbuh jadi remaja monyet, monyet dewasa, dan berbalik melanggar cermin-CP menjadi tua, lalu mati karena melanggar cermin-T lagi. Evolusi harus mengurut. Semuanya harus hadir dalam setiap putaran jaman, sehingga urutannya harus dapat disaksikan pada setiap putaran jaman itu. Karena alam antropomorfik, antroposentrik, dan antropometrik selalu hadir serempak. Artinya, kalau teori evolusi Darwin benar, ia harus mampu memberikan bukti-bukti mengurut (gradasi) hadirnya perubahan bentuk dari kera hingga manusia. Sebab selama ruang-waktu berlangsung, evolusi mustahil berhenti. Ledakan-ledakan perubahan yang ditemukan biologiwan adalah pembalikan-pembalikan ruang dan waktu karena pertarungan medan skalar dan gaya-gaya vector yang hadir dalam ruang segala waktu. Sampel-sampel yang dikumpulkan para ilmuwan adalah hasil akhir pembuatan atau produk jadi teknologinya, bukan evolusinya. Dalam keluarga Matahari, mereka adalah pelanet-pelanetnya sendiri seperti Merkurius, Venus, Bumi, Mars. Dan Mars bukan akhir evolusi dari Merkurius (manusia bukan akhir evolusi dari kera). Jika Darwin atau pendukung teorinya memberi alasan bahwa evolusi perubahan bentuk itu dalam kurun waktu sangat panjang, katakanlah ratusan juta tahun sehingga sekarang sudah tidak terlihat lagi, lalu bagaimana dengan kera yang hadir sekarang? Apakah evolusi itu kini sudah berhenti? Selain itu, jika evolusi berlaku dalam kurun waktu yang sangat panjang, lalu panjang mana dengan evolusi benda-benda langit (milyaran tahun)? Padahal hingga sekarang, para astronom dapat menyaksikan evolusi yang mengurut dari semua benda langit dalam ujud tampak. Mereka dapat melihat bintang yang masih janin, yang sedang dan baru lahir, yang masih muda, yang remaja, yang sudah tua, yang sedang sekarat, dan yang sudah mati. Jika Darwin masih hidup, atau paling tidak para pendukung teorinya, Silahkan menjawab tantangan teori evolusi baru ini. (Etos/Sandie/Kelompok Diskusi cs67).

Kamis, 09 Januari 2014

Runtuhnya Teori Evolusi darwin dengan Teori Fisika


Data Penelitian Homo
Sejak Charles Darwin pertama kali menganggap manusia sebagai hasil evolusi dari gorilla, para ilmuwan berusaha mempermasalahkannya. Mereka mengajukan pertanyaan, benarkah manusia berasal dari jenis kera?
Sepanjang abad 19 para ilmuwan dengan sungguh-sungguh mulai melakukan penelitian.. Sebab terasa adanya kejanggalan pada teori itu. Mereka berkeyakinan, manusia tidak pernah berubah bentuk sejak penciptaan. Selain itu mereka pun melihat bahwa keanekaragaman  tetumbuhan dan binatang baru, dapat dihasilkan dari asal jenis terpilih, karena semakin banyak fosi yang ditemukan, menunjukkan banyak sekli jenis binatang yang telah punah,
Teori-teori evolusi.
Tahun 1809, Jean Baptise deLamarck seorang naturalis Prancis, mengemukakan teori evolusi  pertama yang menarik perhatian masyarakat. Lamarck berpendapat bahwa semua organisme mencapai kesempurnaan bentuk melalui perubahan. Dia menyatakan, akibat lingkungan pada tubuh cikalbakal dapat diwariskan pada keturunannya. Proses situ disebut pewarisan ciri-ciri khas yang diperoleh. Teori Lamarck ini secara keseluruhan tidak diterima karena bukti yang mendukungnya hanya sedikit.
Tahun 1831 hingga 1836, Charles Darwin melakukan perjalanan ke berbagai belahan Bumi dengan kapal laut bernama Beagle, untuk mempelajari sejarah alam dan mengumpulkan contoh-contoh. Hasil dari pengalaman itu, Darwin mengemukakan teori evolusi melalui pilihan alam. Dia mempertahankan pilihan alam didasarkan pada tiga asas.
Pertama, terdapat aneka ragam binatang atau tumbuhan dari jenis yang sama, tepat seperti bersaudara (perempuan dan lelaki dalam keluarga) yang ukuran, kekuatan, atau warna rambutnya berbeda, membentuk setiap anggota spesies tunggal. Kedua,  pada setiap generasi, lebih banyak yang lahir daripada yang dapat hidup. Ketiga, individu-individu yang paling dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya, lewat meninggalkan ciri-ciri khas mereka ke generasi berikutnya. Ketika lingkungan berubah, secara perlahan-lahan bentuk kehidupan baru berkembang dari yang lama.
Alfred Russel Wallace, naturalis muda Inggris yang bekerja di Indonesia secara terpisah mempunyai kesimpulan yang sama seperti Darwin. Menjelang diterbitkannya buku Darwin, The Original of Species by Natural Selection tahun 1859, Wallace dan Darwin menyajikan makalah bersama dalam topik itu.
Dalam The Origin of Species, Darwin mengatakan :”Banyak keterangan akan dilemparkan pada asal orang dan sejarahnya”. Kemudian dari situ Darwin dan para ilmuwan yang menerima gagasannya bekerja untuk memastikan kebenaran turunnya derajat manusia, bukan dari gorilla-gorila modern tetapi dari nenekmoyang gorilla modern dan orang.
Satu di antara pendukung teori Darwin adalah Thomas Henry Huxley yang menerbitkan Man’s Place in Nature tahun 1864. Di dalam bukunya dia menunjukkan bahwa tubuh manusia lebih mirip tubuh gorilla modern. Dia berpendapat, jika plihan alam diterima sebagai proses monyet yang berkembang ke gorilla, maka proses itu juga dapat berlaku pada manusia yang berkembang dari nenekmoyang mirip gorilla.
Hingga sekarang masih sedikit sekali fosil-fosil yang ditemukan sebagai bukti untuk mendukung hubungan evolusi antara manusia dan primate (mamalia modern). Potongan-potongan bukti manusia yang diketahui adalah kerangka orang Neanderthal (jenis homo yang terutama hidup di Eropa Barat hingga ke Irak) sekitar150.000 hingga 34.000 tahun sebelum Masehi.
Tetapi tahun 1889, Dokter muda belanda, Eugene Dubois, berangkat ke Asia Tenggara untuk menyelidiki fosil-fosil orang yang lebih awal. Dia memilih Asia Tenggara, karena kawasan ini merupakan tempat tingal orang utan, yang diangapnya sebagai makhluk paling rapat dengan orang modern. Tahun 1891 Dubois berhasil menemukan fosil manusia yang kini dikenal sebagai Orang Jawa (Indonesia), dan sejak itu mulailah penelitian terhadap evolusi manusia modern. Konsep Dubois bersifat mendobrak, karena kebanyakan ilmuwan waktu itu berpendapat bahwa fosil tersebut adalah fosil siamang raksasa.
Evolusi Mamalia
Kisah evolusi mamalia dimulai sejak 65 juta tahun yang silam pada akhir jaman geologi yang disebut Messozoic. Sepanjang jaman Mesozoic,dinosaurus menguasai Bumi, dan mamalia, yaitu binatang berdarah panas,secara perlahan-lahan berevolusi. Di antara mamalia itu terdapat nenek moyang primate (segala jenis monyet). Bukti fosil terawalnya adalah gigi mamalia primitif yang ditemukan di Montana Timur, dan disebut Purgatorius ceratops, karena ditemukan di Bukit Purgatory.
Perkembangan garis primate lainnya di jama Cenozoic dibagi dalam tujuh masa: Palaeocene, Eocene, Oligocene, Miocene, Pliocene,Pleistocene, dan Holocene. Bukti kehidupan primate Palaeocene yang lebih awal hanya sedikit, yaitu struktur daerah tulang telinga dan gigi graham. Tetapi di masa Eocene lebih banyak bukti primate primitif modern. Tersier yang hidup di rimba Asia Tenggara, kini diperkirakan nenek moyang gorilla dan monyet.
Jejak pertama primate yang lebih maju muncul di jaman Oligocene, dimulai sekitar 36 juta tahun yang silam. Fosil-fosil tengkorak dan giginya diperkirakan sebagai nenekmoyang monyet dan gorilla modern. Kemudian dipertengahan masa Miocene 16 juta tahun yang silam, penelitian menunjukkan, gorilla jelas berbeda dari monyet Afrika dan Asia. Karena itu para ilmuwan menduga, sejarah evolusi manusia mungkin dimulai pada 16 juta tahun yang silam. Sebab fosil gigi dan sedikit potongan rahang yang ditemukan, mirip jenis homo belakangan.
Sekitar 4 juta tahun yang silam, garis manusia secara pasti terpisah dari garis yang membawa ke gorilla modern. Dari bukti fosil, jelas sekali bahwa jenis Homo masa Paliocene berjalan dengan dua kaki, sedangkan rahang dan giginya lebih menyerupai manusia daripada gorilla. Pada akhir masa Paliocene ada bukti baik yang menunjukkan bahwa otak jenis Homo telah mulai berkembang, dan jenis Homo awal itu mulai menggunakan alat. Tetapi dari bukti fosil yang diketahui,  jenis Homo bentuk modern  baru muncul sekitar 100.000 tahun yang silam.
Tafsir bukti
Para antropologiwan umumnya sependapat mengenai Australopithecus africanus, yaitu Homo tertua dari Afrika Selatan yang berdiri tegak dengan tinggi 1,2 meter dan beratnya antara 30-40 kg. Sebagian ilmuwan percaya bahwa spesies jenis itu tidak memiliki hubungan langsung dengan evolusi manusia modern. Fosil yang ditemukan hadir sekitar 4 juta tahun silam yang kini sudah punah, ditafsirkan sebagai nenekmoyang manusia modern.
Para ilmuwan lainnya juga mempercayai bahwa Australopithecus africanus bukan bagian dari orang modern. Mereka berpendapat bahwa Australopithecus africanus hanya bagian satu garis yang membawa kepada Australopithecus robustus dan kemudian belakangan telah punah lagi. Pendapat ilmuwan lainnya menyatakan, baik Australopithecus africanus maupun Australopithecus afarensis (yang dianggap sebagai nenekmoyang africanus) menunjukkan spesies tunggal, dan dinyatakan sebagai Homo awal yang disebut homo habilis.
Sebenarnya belum cukup bukti kebenaran penafsiran itu. Tetapi satu hal yang nampaknya pasti: dimulai sekitar 2 juta tahun yang silam. Ada dua spesies jenis homo yang hidup di Afrika Selatan, yaitu Australopithecus robustus dan Homo Habilis. Australopithecus rubustus yang berukuran lebih besar ditafsirkan sebagai jantan, sedangkan Homo awal yang lebih ringan, ditafsirkan sebagai betina. Karena itu punahnya dua spesies tersebut pernah dipercayai sebagai contoh punahnya bentuk seksual. Tetapi analisis modern telah membuktikan bahwa teori itu salah. Sebab perbedaan jenis fosil-fosil itu menunjukkan, mereka memiliki gaya hidsup yang berbeda.
Australopithecus robustus diperkirakan tingginya antara 1,5 dan 1,7 meter dengan berat antara 50 dan 70 kg dengan rahangnya besar dan pola penggunaan giginya menunjukkan sebagai pemakan sayuran. Susunan wajahnya yang keras mendukung otot-otot yang mampu mengunyah sempurna. Sedangkan Homo awal Afrika Selatan yang lebih ringan, memiliki geraham lebih kecil dan otak lebih besar, giginya menendakan, makanan mereka beraneka ragam, termasuk jenis daging; sementara otaknya yang lebih besar menandakan sebagai makhluk yang lebih cerdas. Karena itu, kebanyakan antropologiwan sepakat bahwa Homo awal itu mengarah sebagai nenekmoyang orang.
Belum berakhir
Sejak munculnya buku Charles Darwin tahun 1859, banyak jawaban yang telah diajukan para ilmuwan. Fosil pertama yang diakui secara umum yang sejalan dengan pertanyaan tentang asal manusia, yaitu orang Neanderthal yang ditemukan tahun 1856, merupakan masalah yang menimbulkan perdebatan cukup seru. Sebagian kecil mau menerima status makhluk itu sebagai nenekmoyang, karena pada waktu itu, kepercayaan yang diterima secara umum adalah setiap bentuk manusia yang ditemukan harus mirip dengan diri kita.
Setelah puluhan tahun berlalu, fosil-fosil lain ditemukan. Fosil penemuan itu lebih mirip manusia. Tetapi ketika semakin banyak orang yang melibatkan diri dalam penelitian tentang asal manusia, maka teknik-teknik ilmiah yang dgunakannyapun semakin beragam. Setiap satu penemuan diperkenalkan sebagai jawaban, antropologiwan lainnya mengemukakan fosil baru sebagai potongan bukti yang berlawanan dengan pendapat alasan yang lebih rasional.
Karena itu penelitian terhadap asal manusia masih terus berlangsung. Sejak awal 1960-an, para antropologiwan yang bekerja di India dan Pakistan, Pulau Jawa, Cina, Afrika telah menggali ribuan fosil potongan jenis manusia yang diperkirakan sebagai nenek moyang kita. Semuanya menjadi bahan perdebatan.
Kini banyak antropologiwan menyatakan bahwa pengungkapan foil jenis manusia, tidak lengkap untuk menjawab pertanyaan asal manusia. Untuk itu diperlukan kerja gabungan para geologiwan, para anatomis, para palaeontologis, dan para arkeologis, serta beberapa spesialis lainnya. Itulah sebabnya, kini banyak dilakukan kerjasama dan saling tukar pendapat di antara para spesialis. Dengan demikian, keahlian di bidang gigi jenis Homo awal berkaitan dengan penemuan kunci-kunci dari banyak tempat. Penelitian laboratorium yang berasal dari Omo juga berkaitan dengan yang dari Koobi Fora, Lateoli dan Hadar. 
Selama 20 tahun yang lalu, sejumlah kimiawan dan biologwan molekul telah mempelajari pertanyaan tentang asal manusia tanpa melakukan pengujian terhadap sepotong tulangpun atau batuan berfosil. Para ilmuwan ini percaya, umumnya masalah genetika pada manusia dan binatang yang nisbi paling mirip wujudnya. Gorilla dan simpanse, akan memberikan jawaban yang menentukan tentang kapan gorilla-gorila besar terpisah mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Jika penanggalan ini diketahui, maka akan lebih mudah mempersempit bidang nenek moyang yang mungkin. Tetapi ia tidak akan memecahkan pertanyaan tentang asal manusia. Karena selalu ada teori-teori baru yang diselidiki, tempat baru yang digali, bahkan penggolongan kembali fosi-fosil yang telah ditentukan lama melalui pengujian ulang.
Sesungguhnya, penelitian tentang asal manusia ini tidak pernah berakhir, karena potongan  bukti yang lain selalu membuka pertanyaan-pertanyaan baru. Dalam keadaan demikian, nampaknya para ilmuwan mau tidak mau harus menengok kepada hukum penciptaan alam, mengingat proses evolusi berlangsung dari sebab ke akibat mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) yang terjadi karena bergiatnya gaya-gaya vektor (besaran-besaran yang menghambat ruang pada sudut siku-siku) terhadap medan scalar (gerakan ruang yang berpusing tidak mengarah).  Dengan memahami teori skalar tensor, tentunya anda akan mudah memahami kesalahan teori Darwin. Untuk itu sekalian menjawab komentar agan Molecullarafic dalam tulisan yang berjudul Gagasan Pengurungan Einstein teori yang salah, kami akan menurunkan tulisan tentang teori skalar-tensor, karena untuk membuktikan kesalahan Teori Darwin pun salah satu pembuktinya adalah teori tersebut. (Discovering The Origin Of Mankind/Etos/Kelompok Diskusi cs67).

Data Penelitian Evolusi Pengembangan Otak
Berangkat dari teori evolusi Darwin yang dalam The Descent Of Man (Turunnya Manusia) terdapat kata-kata sebagai berikut :
“Saya kira tak seorangpun yang meragukan tentang bagian besar ukuran otak manusia yang menunjang pada tubuhnya, sebanding dengan bagian yang sama pada gorilla atau orang, adalah berhubungan erat dengan kekuatan mentalnya”.
Para kosmologiwan merasakan kebenaran teori evolusi Darwin hanya dalam satu segi. Sedangkan di segi lainnya  terasa kejanggalan, yaitu Darwin mengatakan manusia sebagai keturunan gorilla. Namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan untuk membantahnya. Karena itu mereka baru dapat mengatakan bahwa manusia adalah antropometrik.
Di sisi lain, para biologiwan merasakan kejanggalan itu, namun mereka juga belum dapat mengemukakan alasan yang tepat untuk dikemukakan. Padahal baik para kosmologiwan, biologiwan, maupun para ilmuwan lainnya sudah melihat kejanggalan itu terletak pada kemampuan otak. Sementara andai kata Darwin hidup kembali sekarang, dia tetap akan kukuh dengan yang dikatakannya dulu, seperti pendukungnya (mengakui bahwa dirinya adalah keturunan bangsa monyet) he he.
Pernyataan Darwin di atas berkenaan dengan ukuran otak dan tubuh. Penelitian biologiwan menunjukkan bahwa otak manusia, paling tidak berukuran 100 kali dibandingkan  ukuran otak semua reptile atau binatang ampibi terawal (kira-kira enam kali ukuran otak simpanse). Namun pernyataan Darwin mengandung dua ramalan. Pertama, yang lebih besar harus lebih cerdas. Kedua, tak dapat disangkal bahwa evolusi otak vertebrata (hewan bertulang belakang) akan maju ke suatu keadaan yang setara dengan otak manusia. Padahal hasil penlitian para biologiwan yang mencoba menyusun kembali sejarah evolusi otak manusia, menyatakan bahwa otak manusia jauh lebih rumit.
Dalam rekonstruksi evolusi itu para biologiwan menyusun beberapa tingkat percobaan. Pertama menguji ukuran otak secara keseluruhan melalui perubahan dari vertebrata darat yang hidup sekitar 300 juta tahun yang silam, hingga menjadi manusia sekarang. Selain itu, mereka menganalisis tentang kelakuan baru  (sel-sel yang tumbuh kemudian) pada evolusi setiap struktur otak secara global. Pada tingkat yang lebi rinci, yang mungkin bias disebut ekologi kelakuan dari evolusi otak adalah alas an-alasan sosial dan lingkungan, apa sebenarnya yang membuat otak spesies berubah ukuran dan strukturnya? Sedangkan pada  tingkat akhir, penelitian, memyangkut mekanisme sel yang memungkinkan otak berubah struktur dan ukurannya selama evolusi.
Satu tetapan untuk semua itu adalah rencana umum sebuah otak. Otak semua  vertebrata modern dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak belakang, otak tengah dan otak depan. Ketika teori Darwin dibuka melalui tetapan ini,  Ternyata ukuran otak yang dikemukakan Darwin tidak sesuai dengan hasil penelitian ilmu.
Sekitar tiga puluh lima tahun yang lalu Hary Jerison dari Universitas California, Los Angeles, mengembangkan gagasan tentang “bagian peradangan otak”, suatu ukuran besar otak sangat relative dengan  ukuran besar tubuhnya. Hal itu di dapat dari penjejakan perubahannya melalui sejarah evolusi. Pola yang ditemukan Jerison tampil menguasai semua perdebatan tentang evolusi otak.
Jerison menemukan bahwa reptile (binatang melata) berotak kecil pada 300 juta tahun yang silam, tidak berbeda dengan binatang melata yang ada sekarang. Jerison melakukan perbandingan ukuran otak terhadap ukuran tubuh setiap jenis reptile yang dikenal secara logaritmik, baik yang masih ada maupun yang sudah punah, hasilnya menunjukkan garis lurus. Satu di antara yang ditelitinya adalah dinosaurus sebagai reptile bertubuh besar. Itu menandakan bahwa anggapan tentang dinosaurus musnah secara perlahan-lahan tidak benar.
Selama 100 juta tahun dalam perkembangannya, otak mamalia relative berukuran sama. Kemudian ketika mamalia modern berkembang sekitar 65 juta tahun yang silam, terjadi pengembangan yang luarbiasa. Dalam 30 juta tahun peradangan otak, telah meningkat 4 hingga 5 kali lipat. Peningkatan terbesar terjadi serupa dengan evolui hewan menyusui tertinggi.
Hewan menyusui tertinggi, yaitu prosimian yang merupakan keturunan modern, diantaranya spesies-spesies seperti kukang dan binatang semak. Perkembangan otak mereka relative cepat, mendekati ukuran rata-rata mamalia modern. Dan saat itu otak monyet, otak orang utan, dan otak manusia pun berkembang menjadi lebih besar.
Dengan mengambil besar tubuh sebagai ukuran, otak monyet kira-kira dua hingga tiga kali besar rata-rata otak mamalia modern. Sedangkan otak manusia adalah sekitar enam kali lebih besar dari otak kera. Namun dalam perkembangan otak ini tidak semua mamalia modern beruntung. Perbandingan otak dengan tubuh untuk jenis serangga dan binatang rawa, setara dengan perbandingan pada mamalia kuno.
Walaupun itu merupakan gambaran global, namun pesan utamanya cukup jelas. Kita tahu, sejarah otak melibatkan jangka waktu panjang, yang diselingi oleh ledakan-ledakan perubahan. Bagaimana pola ini ditafsirkan, tergantung pada dua dasar usaha akal, yaitu falsafah dan ilmu. Mereka yang  memperdebatkan tentang perubahan maju dalam evolusi seperti Stehen Jay Gould dari Universitas Harvard, menekankan pada tetapan. Sedangkan yang lainnya seperti Allan Wilson dari Universitas California, Berkley, menekankan pada jangka waktu perubahan, yaitu pada batas-batas perangsang dasar.
Menurut Wilson, otak menyuluhi evolusinya sendiri. Ketika kelakuan baru muncul pada seseorang, nampaknya diperileh melalui anggota-anggota masyarakat lainnya yang secara genetis sangat penting untuk dipelajari. Jika kelakuan itu dianggap bermanfaat, individu tersebut cenderung akan meninggalkan keturunan yang lebih, sekaligus memastikan bahwa kecenderungan genetika untuk perubahan merupakan suatu sifat yang di antaranya diduga sebagai perangkai ukuran otak yang terjadi akibat pilihan alam. Kelakuan, yang bukan perubahahan iklim atau kekuatan-kekuatan luar lainnya, menjalankan evolusinya dari otak besar mengembangkan otak-otak yang lebih besar lagi.
Dibalik Penampilan
Jika pendapat Wilson benar, mengapa perubah terjadi tidak teratur? Seperti suatu proses yang sinambung?
Jerison memandang otak sebagai satu-satunya mesin untuk menciptakan kenyataan pengalaman organism individu. Itu adalah kenyataan yang selama jangaka waktu evolusi, secara berkala telah tampil dibawah tekanan untuk menyesuaikan dengan permintaan yang dipaksakan oleh keadaan lingkungan khusus. Perubahan gambaran-gambaran dunia pada mental otaknya, mendasari peristiwa-peristiwa besar pada sejarah evolusinya.
Lalu, bagaimana perubahan-perubahan tersebut diajukan pada peralihan di antara reptile dan mamalia? Dan apa pula yang terjadi pada otak mamalia modern pertama yang tidak ada pada masa awal mamalia?
Dunia pengindraan reptile umumnya didasarkan pada ketajaman masukkan penglihatannya. Dan reptile memiliki ketepatgunaan indra yang tinggi, tetapi umumnya system penglihatannya kaku. Bahkan makhluk-makhluk malam yang kecil, dari jenis mamalia terawal memiliki pengindraan yang jelek. Kelangsungan hidup di dunia crepuslarnya sangat bergantung pada pemahaman penciuman dan pendengaran yang baik. Karena itu semakin besar system penciuman dan pendengarannya, semakin tajam pula dayagunanya.
Pemusatan lamban
Sebaliknya, berkembangnya system itu sangat tergantung pada perubahan cara pengumpalan system syarafnya. Reptil dapat mencatat sekaligus memproses informasi penglihatan dengan menggunakan sel-sel syaraf dalam mata dan otak tengahnya. Tetapi timbulnya kepintaran untuk menyadap informasi pengenalan tempat melalui bunyi dan bau, jelas memerlukan sarana otak. Sebab di sisni memerlukan proses informasi pengindraan pada tingkat yang lebih tinggi. Penempatan jumlah sel yang banyak pada lingkungan system syaraf, seperti penggunaan mata reptile misalnya, umumnya kurang baik.
Jerison menyatakan bahwa perbedaan yang tajam dalam menggabungkan system penglihatan reptile, merupakan satu di antara dua factor yang membawa pada pemahaman tentang meningkatnya ukuran otak mamalia awal. Sedangkan yang lainnya, berasal dari keuntungan system pemroses, yang jika digunakan lebih terpusat, maka pengliatan pun menjadi lebih jauh, yaitu kemungkinan menggabungkan informasi dari pandangan, suara, bau, dan sentuhan untuk menciptakan gambaran dunia mental yang lebih rinci.
Hasil nyata dari pengumpulan, pemroses dan penggabungan informasi pengindraan yang baru adalah kulit luar otak. Ia merupakan alat inti untuk menyusun peta mental dan informasi yang dipasok melalui pemahaman, yaitu cortex rata-rata mamalia modern yang memiliki sekitar 40% isi otak. Dengan mengembangkan penelitian daya tangkap otak, evolusi kulit otak mamalia kuno berada di tempat yang lebih baik dari reptile. Penampilan cortex tidak menentukan keseluruhan pertambahan ukuranotak, tetapi yang pasti, ia memberikan sumbangan terbesar.
John Allman dari Institut Teknologi California di Pasadena mencapai kesimpulan yang sama dengan Jerison, bahkan dia melengkapinya dengan satu dimensi tambahan, dan ternyata sangat berguna bagi sejarah perkembangan otak. Dia percaya bahwa cortex berevolusi berurutan dua-dua dengan endotermi, yaitu kemampuan mempertahankan suhu tubuh yang tetap. Adapun alasannya yang diterima para ilmuwan adalah sebagai berikut:
Keuntungan pokok endotermi adalah kemampuan bergiatnya lebih lama serta tempat tinggalnya yang lebih luas dibandingkan makhluk esotermik sewperti reptile. Tetapi lebih banyak memerlukan tenaga. Untuk mempertahankan dirinya sendiri, seekor mamalia memerlukan tenaga antara 5 hingga 10 kali lebih banyak ketimbang yang diperlukan reptile pada ukuran tubuh yang sama. Jadi, satu akibat dari endotermi adalah, ia memerlukan pengumpulan makanan yang lebih banyak, sedangkan pada perluasannya menunjukkan gambaran lingkungan mental lebih rinci.
Pendukung Kelakuan
Gelombang pergatian terhadap pengaruh kelakuan dan ekologi pada evolusi otak, terutama pada otak paling tinggi, terjadi  25 tahun yang lalu. Menurut Allman, akibat pertambahan relative pada ukuran otak, melengkapi mamalia modern dengan “pendukung kelakuan” terhadap tingkah laku dunia luar. Dia mengacu pendugaannya terhadap pilihan-r dan pilihan-K  yang diperkenalkan Robert Mac Arthur dan Edwar O. Wilson dari Universitas Harvard pada tahun 1960-an.
Spesies pilihan-r hidup pada lingkungan yang tidak stabil, cenderung kecil. Tikus misalnya, mereka memiliki tingkat membiak yang tinggi. Sebaliknya spesias pilihan-K, hidup pada lingkungan stabil, cenderung besar, contohnya singa, dan memiliki tingkat membiak rendah. Semua hewan yang berotak paling tinggi termasuk pilihan-K, di antaranya manusia sebagai pemilik otak paling tinggi. Kunci untuk pilihan-k karena kestabilannya memberi masokan makanan dan sumber-sumber lainnya. Tetapi untuk mencapai kestabilan itu, mamalia harus dapat menguasai deretan tempat tinggal yang lebih luas, membuat kegunaan sumber-sumber setempat yang lebih baik dan memperluas dietnya. Sebaliknya dari itu, memerlukan kecakapan kesadaran yang lebih baik.
Allman dan biologiwan saraf lainnya, 20 tahun yang lalu sampai pada pandangan ekologis seperti itu, ketika mereka menemukan bahwa monyet cebus hidup jauh lebih lama dari yang akan diramalkan melalui ukuran tubuhnya. Mereka juga memiliki otak yang lebih besar dari yang diperkirakan, juga ukuran tubuhnya. Anggota-anggota pasukan monyet cebus yang lebih tua, selain sebagai pencari makan yang pandai, juga merupakan gudang informasi tentang sumber-sumber makanan, ketika masa-masa sulit tiba.
Hipotesis Allman memiliki deretan penelitian lebih luas ketimbang Hipotesis Jerison. Namun keduanya merupakan penggagas serta peneliti fungsi otak (dan evolusinya), sehingga kita mengetahui gambaran kenyataan yang lebih lengkap. Kenyataan itu telah ditemukan. Pada manusia misalnya, kesadaran yang bersifat mawas diri, itu diperkirakan melalui pengembangan bahasa. “Saya meninjau peranan bahasa dalam komunikasi, yang Nampak demikian jelas bagi alasan evolusinya, sebagai akibat sampingan dalam penyusunan kenyataan”, kata Jerison.
Tetapi masih tersisa satu pertanyaan ganjil : Mengapa monyet-monyet dan gorilla-gorila mempunyai otak hingga tiga kali mamalia modern?
Menurut Allman, jawabannya mungkin terletak pada rantai di antara ukuran otak yang bertambah dan evolusi strategi yang semakin baik bagi penyediaan makanan dan sumber-sumber lain yang membuatnya stabil. Sedangkan pilihan lainnya, mungkin diperlukan penjelasan-penjelasan yang lebih mendasar.
Robert Martin Dari Institut Antropologi Zurich menyatakan bahwa, metabolisma adalah penting. Bagaimanapun juga, otak merupakan potongan peralatan mesin yang sangat “mahal” untuk membangun dan dipertahankan. Pada manusia dewasa, otak yang beratnya hanya 2% dari seluruh berat tububuh, memerlukan 20% oksigen dari tenaga yang tersedia. Dan pada 18 bulan pertama dari sepanjang hidupnya, manusia memerlukan sekitar 9% lebih banyak tenaga per hari dibandingkan dengan simpanse dari ukuran tubuh yang sama.
Martin memusatkan penelitian pada tenaga, setelah menguji hubungan antara otak dan berat tubuh terhadap banyak spesies mamalia. Seperti yang dilakuakan Jerison dan yang lainnya, dia memperlihatkan bagan perbandingan berat otak terhadap tubuh untuk deretan luas mamalia, ternyata menghasilkan garis lurus dengan kemiiringan sekitar 0,75%. Jika dimisalkan spesies B yang berat tubuhnya 2 kali dari spesies A, akan memiliki otak yang lebih besar. Perbandingan ini dimiliki semua mamalia, dan ternyata berakar pada sesuatu yang sangat mendasar. Tetapi apa sesuatu itu?
Petunjuk muncul ketika Martin memperlihatkan tingkat metabolic pokok yang bertambah sejalan dengan pertumbuhan besar tubuh, dan berlangsung pada tingkat sama, yakni 0,75%. Karena itu dia menyatakan bahwa kebutuhan relative bagi tenaga, mungkin mengendalikan ukuran otak. Bagi ukuran spesies yang ada, untuk mengembangkan otak yang lebih besar, ia harus dapat menopang tingkat metabolik yang lebih tinggi.
Penanaman Kepintaran
Martin menyatakan bahwa, otak tidak bertambah membesar karena alasan-alasan khusus. Agaknya semua spesies akan memiliki otak terbesar yang dapat mereka berikan karena kegiatan,  dan otak berfungsi seperti computer. Dia menyatakan bahwa satu alasan mamalia tingkat utama memiliki otak relative besar, karena mereka dapat mempertahankan diet yang cukup kaya. Dengan demikian, ia memenuhi kebutuhan tingkat metabolic tinggi yang diperlukan untuk membangun dan mempertahankan otak besar.
Umumnya peneliti berpendapat bahwa metabolic sangat tepatguna, dan dengan pemahaman diet, membatasi ukuran otak. Tetapi beberapa peneliti lainnya melihat hanya sebagai factor-faktor. Contoh, metabolism saja tidak menjelaskan mengapa otak spesies tingkat utama tertentu berbeda ukurannya. Dengan demikian, pertanyaan ilmiah untuk hal-hal yang menentukan ukuran otak telah dipusatkan pada factor-faktor lain, seperti tingkat menuju kematian dan struktur social.
Walaupun hasil-hasil yang menarik telah bermunculan, mungkin saja pada akhirnya penelitian tersebut akan tumbang, kata Paul Harvey dari Universitas Oxpord. Ukuran otak, umur panjang dan rakitan factor-faktor lainnya sangat berkaitan dengan perubahan-perubahan ekologi, dan mungkin saja merupakan bukti mustahil untuk diuraikan. Pendekatan yang lebih menguntungkan barangkali dengan melihat pada bagian-bagian khusus dari struktur otak.
Sedikit Pertumbuhan
Cetakan-cetakan otak fosil Homo sapiens yang diketahui paling awal adalah sekitar dua kali ukuran otak fosil Homo Habilis, yaitu spesies Homo yang pertama. Lebih jauh, penendaan pada cetakan-cetakan otak fosil mengacu pada bertambahnya ketajaman dalam masokan darah. Fosil tertua menunjukkan bukti hanya dari dua pembuluh darah. Sedangkan cetakan-cetakan Homo Habilis mengungkapkan jaringan padat, dan pada Homo Sapiens jauh lebih padat lagi.
Perubahan-perubahan yang mencolok demikian hanya dapat terjadi jika permintaan tenaga pembentukan dan pertambahan otak besar telah ditemukan, mungkin melalui perubahan-perubahan kelakuan. Perubahan-perubahan tersebut mungkin melibatkan perluasan diet meliputi daging. Tetapi kumpulan apa yang bertambah adalah tidak diketahui, walaupun tingkatnya secara tidak langsung membuktikan umpan balik jenis positif, kata ahli evolusi Allan Wilson. Teknolog, bahasa, strategi-strategi rumit, masing-masing telah diajukan sebagai penggerak utama, dan semuanya dapat dipertimbangkan system umpan-balik.
Apapun kekuatan yang mengendalikan dibalik evolusi otak manusia, para biologiwan yakin akan satu hal: Besar bukanlah segalanya, perubahan-perubahan yang bersifat evolusi pada arsitektur syaraf otak, dan khususnya besar relative di wilayah-wilayah cortex tertentu, juga telah menyumbangkan pada penemuan daya mental. Bukti yang kuat untuk itu dating dari penelitian pertumbuhan otak pada kehidupan awal.
Ketika otak berkembang, ia tidak hanya menghasilkan syaraf, namun memungkinkan merancang serat-serat di luar syaraf pada bagian lain dari organ tersebut. Yang kedua, tahap “menyambungkan” dari pengembangan otak melibatkan kelompok-kelompok syaraf di bagian-bagian otak lain yang “bersaing” untuk menyambungkan serat-seratnya pada kelompok-kelompok syaraf sasaran.
Pada manusia, system penglihatan, pendengaran, dan (khususnya) penciuman relative lebih kecil dari kera, sehingga menurut perbandingannya menghuni cortex yang kurang luas. Akibatnya, mereka kurang mampu bersaing dalam pengembangannya dengan bagian-bagian cortex yang lainnya.
Keuntungan utama dari bagian cortex depan, adalah wilayah prefrontal, yang berukuran sekitar 6 kali dari ukuran yang dimiliki gorilla. Karena ukurannya, daerah ini dapat membangun lebih banyak serat dalam otak tengah, menggantikan sambungan-sambungan yang ada dari daerah-daerah otak yang lainnya. Mungkin ini penting bagi evolusi bahasa, kata Terrence Deacon dari Universitas Harvard. Dia mencatat bahwa daerah prefrontal rumah sebagai pusat-pusat bicara tertentu pada manusia.
Dengan demikian, pembicaraan otak manusia seringkali berpusat pada pertambahan besar ukurannya. Deacon menyatakan, mungkin hal itu merupakan hasil pengaturan kembali rangkaian syaraf yang mengakibatkan sederetan kesadaran yang membuat masnusia demikian khusus. Jika ini benar, kata Deacon, pemuncakan kecenderungan maju pada pengembangan otak menjadi sulit : terlalu banyak hal berlainan yang terjadi pada cara itu. “Otak kita tidak berada pada puncak setiap kecenderungn evolusi”, katanya.
Ini adalah hasil maksimal yang telah dicapai biologiwan dalam membuktikan satu segi ketidakbenaran pendapat Darwin, khusus dalam ukuran otak, dalam kaitannya dengan besar tubuh dan potensinya. Satu hal yang sudah dapat dipastikan bahwa potensi itu pada setiap tingkatannya adalah tetap. Ini berarti bahwa jenjang alam tidak berubah. Sama halnya seperti anak tangga; ketika tangga dinaikan dari tempat rendah ke tempat tinggi maka semua anak tangganya naik bersama- sama.  Kenaikan ini terjadi pada ledakan-ledakan perkembangan.
Dalam hal otak, ketika ledakan perkembangan otak satu jenis binatang  naik satu tingkat, maka otak binatang jenis lain, termasuk manusia juga naik satu tingkat. Tapi pada setiap perkembangannya, sama seperti pandangan Deacon, yakni tidak pernah mencapai pada puncak potensi itu. Dengan kata lain, pada setiap putaran evolusinya, kesadaran atas potensi itu selalu jauh di bawahnya. Mengapa demikian? (New Scientist/Etos/Kelmpok Diskusi cs67).-

Teori Gravitasi Quantum
Mengungkap Kesalahan Teori Evolusi Darwin
Sekitar 2000 tahun yang silam, Demokritus mengemukakan gagasan bahan asal segala benda yang disebut atom (unsure paling kecil). Kata “atom” diambil dari bahasa Yunani “atomos” nama cerita “tamu dari planet Mars” sebagai kiasan yang mustahil.
Namun gagasan ini ternyata masih salah. Sebab melalui reaksi nuklir, atom masih dapat dipecahkan menjadi electron negative yang mengitari inti positif. Inti itu pun ternyata umumnya terdiri dari dua partikel, yaitu proton positif dan netron yang netral. Bahkan melalui mesin pemercepat partikel (particle accelerator) dapat diungkapkan bahwa proton dan netron juga masing-masing diisi oleh tiga partikel dasar yang disebut quark.
Sebenarnya quark bukan partikel ujud, karena hingga sekarang belum seorangpun fisikawan yang dapat melihatnya. Ia partikel gagasan yang anti wujud. Kehadirannya hanya diketahui dari rasa yang ditimbulkannya. Karena itu para fisikawan atom seringkali menyebut quark sebagai partikel rasa (plafour). Bahkan  tiga orang fisikawan atom yang telah mendapat hadiah nobel untuk penemuan quark juga, bukan karena mereka telah menemukan partikelnya, namun hanya menemukan kepastian hadirnya rasa quark tersebut tahun 1990.
Setelah penemuan partikel rasa, maka atom tidak lagi disebut partikel dasar, melainkan sebagai balok dasar pembangun benda.
Bicara tentang Kesalahan Teori Evolusi Darwin, Kami akan mengungkapnya dengan teori  Persamaan Gelombang Relatifitas (Relativistic Wafe Equation) Paul Dirac yang dirumuskan pada tahun 1930, dan menurut kami hingga saat ini merupakan persamaan paling lengkap, karena merupakan gabungan dari teori Quantum Max Plank (alam mikro) dan teori relativitas Einstein (alam makro). Inilah teori yang tengah dicari para kosmologiwan dewasa ini, ia adalah teori geometri quantum (quantum-geometry).
Melalui persamaan Dirac yaitu x = 0 yang merupakan peralihan tiga dimensi ruang menghasilkan satu ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi.
Dirak menyebutkan apa yang disebut ruang kosong sesungguhnya tidak kosong samasekali, melainkan merupakan lautan patikel dalam keadaan negatif yang jenuh. Tetapi bila partikel negative tertingginya mendapat tambahan tenaga yang cukup, ia akan meloncat ke ujud tampak dengan meninggalkan lubang bermasa tepat sama namun dengan muatan berlawanan. Persamaan ini membawa kepada penciptaan pasangan-pasangan dan penghancurannya, yang mematuhi hukum-hukum dasar fisika.
Yang muncul ke ujud tampak adalah tiga partikel rasa berpasangan dengan lubangnya. Munculnya partikel rasa ke ujud tampak karena melanggar cermin T. Cermin ini adalah gaya tolak kosmis Newton. Dalam relatifitas Einstein dikenal sebagai tetapan kosmologi lambda.
Pelanggaran cermin-T ini dalam kosmologi dikenal sebagai ledakan besar (Big Bang). Ia adalah awal hadirnya alamraya kita. Terjadi sekitar  detik dari omega minus, sebagai permulaan ruang-waktu-bahan. Para fisikawan percaya bahwa saat ini gaya electromagnet, gaya nuklir lemah, serta gaya nuklir kuat dalam keadaan manunggal yamg disebut kekuatan maha (superforce). Ini adalah keadaan yang terjangkau teori.
Tetapi mereka masih dapat meramalkan lebih jauh bahwa medan gravitasi juga merupakan bagian dari kekuatan-maha tersebut. Namun gravitasi memisahkan diri sebagai kekuatan pengimbang pada sekitar  detik dari ledakkan besar. Dalam hal ini kami berpendapat lain. Yang memecah pada  detik itu bukan gravitasi, melainkan antigravitasi. Sebab menurut teori pemompaan alamraya (inflation universe) gagasan Alan Guth melalui tafsir persamaan Dirac, ia adalah dimensi ketiga alam negative menjadi pasangan gaya nuklirkuat yang meloncat ke ujud tampak.
Partikel rasa (quark) dalam keastuan khusus tiga dimensi karena pengaruh timbal-balik tiga dimensi anti quark dalam medan anti listrik lemah, sehingga melanggar kemanunggalan (singularity) yang menurut Dirac berpusing dengan kecepatan setidaknya . Nuklir kuat adalah tenaga sisi pengikat quark. Ia adalah gaya tolak kosmis yang memompa pembengkakan ruangwaktu dan menjadi medan skalar alamraya. Bukti penelitian satelit COBE terhadap riak-riak ledakan besar menyatakan bahwa tori pemompaan adalah benar. Ia membentuk simetri dengan listrik lemah sebagai gaya vector.
Akibat pengaruh timbal-balik antara medan scalar dan gaya vector ini, partikel-partikel muncul dengan cepat dari kehampaan, pada usia alamraya  detik lalu pada usia  terjadi pemecahan simetri. Listriklemah pecah menjadi gaya nuklirlemah dan gaya electromagnet. Pada usia  hingga  detik, quark dan anti quark berhenti saling menghancurkan. Yang selamat bergabung dalam kelompok-tiga sebagai proton dan netron.
Pada usia  (1/10.000) detik, terjadi penjeratan electron dan positron, yang terus mengubah netron menjadi proton dan sebaliknya. Karena untuk membuat netron memerlukan tenaga lebih besar dari membuat proton, maka proses Ini menghasilkan jumlah proton lima kali lebih banyak dari netron. Pada usia seperseratus detik, partikel-partikel bahan saling mempengaruhi dalam keseimbangan panas. Usia ini adalah yang dapat dicapai oleh percobaan mesin pemercepat partikel dewasa ini, sehingga kebenarannya diyakini.
Pada usia 1 detik, netrino yang tadinya giat mempengaruhi partikel-partikel lain, mulai memisahkan diri dan pergi mengikuti jalannya sendiri. Hal ini terjadi karena suhu telah jatuh hingga sekitar 10 milyar drajat. Tenaga foton sudah terlalu kecil untuk dapat menghasilkan partikel-partikel dengan mudah. Pada usia 100 detik, suhu telah jatuh hingga 1 milyar drajat, sehingga proton dan netron dapat tinggal berdekatan cukup lama untuk diikat oleh nuklirkuat menjadi inti-inti atom helium.
Saat ini alamraya tersusun dari 80% hydrogen dan 20% helium. Hasil penelitian ini bukti terkuat untuk teori ledakkan besar.
Suatu saat hampir semua electron  dan positron (electron positif) bertubrukan saling menghancurkan dengan membentuk foton-foton. Ini mengisyaratkan perubahan nilai ruang setempat dari dimensi lembut ke dimensi halus. Foton-foton yang bergerak dalam kecepatan cahaya, memisahkan diri dari partikel-partikel yang kurang cepat dari cahaya. Suhu ruang terendah telah jatuh hingga 3000. Elektron-elektron mulai bergabung dengan inti membentuk atom-atom stabil. Peristiwa itu terjadi  ketika usia alamraya 300.000 tahun.
Suhu rendah tersebut mengisyaratkan peristiwa penting lainnya dalam sejarah alamraya. Foton-foton yang perbandingan jumlahnya  semilyar kali proton dan netron, tidak lagi dapat bergerak lurus terlalu jauh tanpa bertemu dengan electron. Elektron bebas sangat baik dalam menghamburkan atau membelokkan arah foton. Akibatnya, setiap foton harus bergerak zigzag dalam menembus ruang. Hasilnya alamraya kita menjadi kedap berkabut.
Karena foton mulai berangkat pada suhu ruang 3000, sementara alamraya telah mengembang seribu kali lebih luas, maka tingkat-tingkat tenaganya juga dikurangi oleh factor itu. Hasilnya, ruang alamraya mulai digumpali bahan, dan hamparan ruangnya mulai dibentangi medan gravitasi yang ditimbulkan oleh masa bahan tampak. Itu terjadi pada batas tetapan G atau cermin-CP, atau batas pembalikan ruang halus ke ruang kasar. Ketika cermin-CP dilanggar, membalikkan partikel halus dan lembut menjadi partikel ujud tampak (cermin-CP adalah pembalikan ruang), sebagai tetapan yang dirumuskan para fisikawan nuklir dari hasil percobaan laboratorium. Peristiwa ini terjadi ketika alamraya berusia 1 milyar tahun, yaitu saat mulainya pembentukan janin-janin galaksi.
Sekitar 5 milyar tahun yang silam, ketika alamraya berusia 10 milyar tahun, lahirlah sebuah bintang kuning di sisi luar pusaran spiral salahsatu galaksi. Itulah Matahri. Lalu piringan bahan yang melorot dari permukaannya dan bergerak mengitari Matahari, bergumpalan pula membentuk bola-bola planet. Satu di antaranya, yang bergerak pada orbit ketiga, terus memproses terjadinya beraneka ragam kehidupan, termasuk manusia, itulah Bumi kita.
Perubahan bentuk
Mari kita lihat proses balik pembentukan benda misalnya batu, ia ada di dimensi kasar. Batas bentangan medan gravitasi atau dimensi ruang kasar adalah ketika pecahan batu menjadi tepung halus. Ketika butiran tepungnya kita pecahkan lagi, kita membuat butiran itu melanggar cermin-CP, sehingga menjadi tidak kasat mata, dan ketika dipecahkan terus menerus, akhirnya semua pecahan batu itu menempati dimensi ruang lembut setelah melewati batas peralihan dimensi ruang halus.
Pada dimensi ruang lembut, partikel-partikel pecahan batu tersebut menyesuaikan diri dengan ruangnya. Karena itu mereka bergerak dalam kecepatan cahaya. Tetapi karena kita ingin langsung membentuk atau menyusun kembali menjadi gumpalan batu, maka partikel-partikel yang terbang serabutan tadi kita punguti dan kita kumpulkan dalam bentuk gumpalan.
Kita tahu, proton dan netron berkumpul dikat oleh nuklirkuat menjadi inti atom. Juga kita tahu, electron bergabung pada inti membentuk atom-atom karena diikat gaya electromagnet. Kitapun tahu menggabungkan atom-atom menjadi molekul-molekul. Maka mulailah kita menyusun tingkat-tingkat gabungan itu. Tetapi ketika susunan itu membentuk benda, kita jadi heran. Karena hasilnya bukan jenis batu yang kita pecahkan tadi (katakanlah batu cadas yang tadi kita pecahkan), tetapi yang jadi adalah batu kali yang hitam keras. Rupanya ada kesalahan dalam menggabung-gabungkannya.
Kemudian kembali kita kerja dari awal. Kali ini dengan perhitungan yang lebih teliti. Tetapi ketika telah jadi, kembali gumpalan itu bukan yang kita inginkan, melainkan menjadi gumpalan tanah kering. Berkali-kali kita mengulangi penyusunan itu, namun hasilnya selalu berbeda: kalau tidak terlalu keras ya terlalu lembek, terlalu liat, atau terlalu keropos dan sebagainya. Atau bahlan kita menjadi sangat takjub ketika gumpalan itu bergerak-gerak hidup.
Katakanlah anda seorang jenius berotak cemerlang. Misalnya anda dapat membuat makhluk-makhluk hidup. Maka  anda merancangnya dengan membuat beberapa jenis makhluk dari tanah seperti kera, singa, manusia. Dengan suatu cara, anda memasukan zat hidup pada makhluk buatan itu. Sesuai dengan bentuknya: mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan. Tetapi jangan terkejut jika singa senang memakan rumput, kera senang memakan nasi, dan manusia senang memakan tikus. Atau singa dapat bicara, kera menggeram-geram, dan manusia bercuit-cuit, serta banyak lagi prilaku lain yang tidak sewajarnya dilakukan oleh makhluk buatan itu menurut ujudnya. Mengapa demukian?
Sebab dalam merancang dan membentuk mereka, anda tidak mengikuti proses evolusi mental tetapi hanya evolusi fisik.  Anda tidak mengetahui kadar rasa, pendengaran, penciuman, dan penglihatan, dan apalagi daya pikir ketiga makhluk itu. Karena anda membuat fisik mereka dari tanah yang sama. Anda lupa, terjadinya aneka ragam jenis tetumbuhan, binatang, benda mati seperti batu, kaca, dan sebagainya, bukan setelah dalam ujud tampak, tetapi ketika mereka masih berada pada ujud-lembut karena pengaruh gaya nuklirlemah terhadap balok-balok bahan dasar pembangunnya.
Penelitian laboratorium pemercepat patikel membuktikan, sekalipun kelompok-tiga quark merupakan bahan dasar pembangun segala benda, namun tanpa terjadinya pengaruh kelompok tiga lepton (satu di antaranya electron; dua yang lainnya muon dan tau), maka di alamraya ini hanya akan terjadi satu jenis benda. Kadar pencampuran quark dan lepton itulah yang menghasilkan aneka ragam benda dan makhluk hidup.
Dengan kata lain pembentukan segala jenis benda berlangsung pada dimensi ruangwaktu lembut yang bersuhu sangat tinggi dalam bentuk riak-riak gelombang. Kemudian pada suhu yang telah cukup dingin pada pusingan ruang berkecepatan 150.000 km perdetik, terjadi pelanggaran terhadap cermin-CP, yang merupakan pembalikan ujud halus ke ujud kasar dalam bentuk sudah stabil, membentuk calon-calon jenis benda atau spesies (batu, kaca, kera, ular, manusia dan sebagainya). Evolusi di alam kasar hanya  berlangsung pada pertumbuhan dan perkembangan jenis benda dan spesies itu untuk kecacatan atau kelengkapan ujudnya.
Bila kita menanam biji jagung atau biji kacang, maka evolusi bibit jagung akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon jagung. Tidak mungkin bibit jagung akan berevolusi menjadi pohon kacang atau sebaliknya. Yang mungkin berbeda dengan bibit yang ditanamnya adalah ukuran dan rasanya, akibat tingkat kesuburan dan jenis tanah tempat tumbuhnya.
Kajian perubahan bentuk ini dengan tegas menunjukan bahwa penelitian evolusi benda dan segala makhluk hidup termasuk manusia, tidak dapat dilakukan melalui fosil-fosil (dalam hal perkembangan peradaban manusia, juga tidak dapat diselidiki melalui puing-puing bangunan atau produk teknologi). Fosil-fosil dan puing-puing teknologi tersebut mungkin benar dalam menentukan bentuk, jenis, corak, dan usianya.
Sedangkan untuk menentukan kebenaran evolusi, akan lebih tepat jika penelitian dilakukan terhadap segi mental dan potensinya. Alasannya,  evolusi berhubungan langsung dengan hukum penciptaan pasangan-pasangan, yang menghasilkan dua kemungkinan akibat: berkembang maju (lebih baik)  atau mundur (lebih buruk).
Dengan kata lain, penelitian terhadap fosil-fosil (produk teknologi alam) dan puing-puing (produk tewknologi buatan) seperti yang dilakukan para ilmuwan dan para naturalis selama ini adalah terhadap akibat hukum yang dianggap terus berkembang maju, dan tidak pernah memperhitungkan menurun mundur. Padahal keputusan hukum evolusi memiliki dua kemungkinan akibat. Hadirnya spesies-spesies yang punah atau peradaban-peradaban yang runtuh, adalah akibat ketidak mampuan mereka menyesuaikan diri (beradaptasi) terhadap hukum alam yang berlaku.
Juga kajian perubahan bentuk yang menyesuaikan ini dengan tegas menunjukkan bahwa, proses evolusi adalah hukum alam yang harus berlaku terhadap segala jenis makhluk yang mengisinya, termasuk alamraya sendiri (Bumi, Matahari, Bimasakti, Rumpun Galaksi, Maharumpungalksi dan sebagainya) . Ini terjadi karena alam yang kita tinggali, mempunyai waktu, dan evolusi hanya berlaku dalam waktu. Karena ada waktu, kita dapat memperhitungkan kejadian kemarin (masa lalu) dan dapat memperhitungkan kejadian hari esok (masa datang). Perhitungan dan ramalan itu didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman terhadap perubahan bentuk yang mengurut (gradasi) dan terjadi berulang-ulang.
Perubahan bentuk yang menyesuaikan terjadi karena pengaruh rasa terhadap bahan. Pada makhluk hidup, pengaruh itu berlaku melalui indra terhadap jasad. Indra-rasa-jasad adalah tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi dalam tiga proses : dimulai dari perencanaan (niat), pengaturan (kehendak nafsu dan pertimbangan akal), dan pengawasan (hkum). Hasilnya adalah pelaksanaan (akibat sebagai bayangan cermin) dalam kesatuan khusus tiga-dimensi (negative-netral-positif). Akibat ini sangat bergantung pada tanggapan nafsu dan akal terhadap hukum pengawasannya. Ini adalah hukum evolusi rumusan Paul Dirac melalui persamaan gelombang relatifitas x= 0 dengan fungsi delta (peralihan) tak terbatas.
Karena segala jenis spesies yang hadir di alam kasar atau alam-ujud tampak merupakan akibat hukum atau produk jadi (teknologi) yang sudah stabil, maka evolusi yang berlangsung di alam ujud tampak adalah mandiri jenis spesies yang bersangkutan. Spesies yang terlahir sebagai kera, simpanse, gorilla, akan memberikan keturunan jenis mereka masing-masing. Munculnya tiga atau empat jenis spesies yang sangat mirip dalam fosil-fosil kerangkanya, terjadi karena perbedaan kadar kerumitan campuran balok bahan bangunan dasarnya, yang selalu berlangsung dalam tiga tingkat jenis menurut dimensi alamnya.
Jenis Homo adalah bayangan cermin dari jenis Australopithecus. Pada ukuran yang lebih besar, yaitu jenis mamalia, jenis Homo adalah bayangan cermin dari binatang melata, binatang merangkak dan setengah berdiri, serta jenis Australopithecus. Dalam ukuran potensi akalnya sesuai dengan kelengkapan dirinya, jenis Homo 9 kali mamalia melata, 6 kali mamalia merangkak dan setengah berdiri  (simpanse, gorilla), 3 kali Australopithecus.
Kesimpulan
Evolusi adalah hukum yang harus berlaku pada alam dan segala isinya, karena alamraya memiliki waktu. Waktu memproses segala sesuatu yang terkurung di dalamnya (baca artikel: Gagasan pengurungan Einstein adalah teori yang salah KDcs67), dari masa lalu ke masa depan, mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan. Karena ada perubahan bentuk yang menyesuaikan, kita dapat menjejaki sejarah peristiwa-peristiwa ke masa lalu, dan dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan masa depan. Ini adalah evolusi pertumbuhan dan perkembangan teknologi (atau produk jadi).
Sampel-sampel yang dikumpulkan Darwin adalah produk-jadi teknologi itu. Sama seperti meja, kursi dan lemari sebagi produk jadi teknologi. Kursi tidak berevolusi ke meja dan ke lemari meskipun dari bahan yang sama. Mereka semua berevolusi menuju rusak dalam ujud masing-masing.
 Perubahan bentuk yang menyesuaikan setidaknya menghasilkan dua kemungkinan akibat: Menajak maju atau menurun mundur. Kesalahan Darwin dan para ilmuwan dalam merumuskan teori evolusi terletak pada anggapan bahwa evolusi tidak pernah menurun mundur, melainkan terus menanjak maju. Anggapan ini membuat para peneliti sejarah terkecoh oleh penampilan (Dicovering Homosapien/Etos/Kelompok Diskusi cs67).

The Theory of Everything?
Mengungkap Kesalahan Teory Darwin
Andaikata para ilmuwan tidak terpaku pada tafsir evolusi sebagai proses perubahan yang terus menanjak naik, sebenarnya teori yang telah dirumuskan dan penelitian yang telah dilakukan mereka sejak lima dasawarsa terakhir, sudah dapat memecahkan teori evolusi Darwin. Percobaan laboratorium fisika nuklir dengan hasil berupa pola simetri dan cermin-cermin P, C, dan T-nya, membuktikan kebenaran rumusan teori scalar-tensor Pascual Jordan dan persamaan gelombang relatifitas  Paul Dirac. Tetapi kunci pemecahannya  datang dari hasil penelitian para biologiwan terhadap peradangan otak.
Kunci pemecahan
Sebagaimana terbaca, keeping tebak hasil penelitian masing-masing cabang ilmu masih terpisah-pisah. Penelitian biologiwan baru mengungkapkan satu segi kesalahan Darwin dalam perbandingan otak dan tubuh, Para antropologiwan baru melihat adanya mata rantai yang terputus-putus, meskipun secara kasar mereka telah memberikan kesimpulan dugaan bahwa, mungkin sekali tidak ada hubungan antara jenis-jenis spesies. Jangankan dengan bangsa kera, bahkan di antara jenis homo sendiri selalu ada mata rantai yang hilang atau terputus karena kepunahan.
Baik penelitian sejarah atas puing-puing peradaban manusia maupun tafsiran para fisikawan patikel yang berdasar percobaan laboratorium, nampaknya memberikan tafsir yang krliru atas hukum evolusi. Baik para perumus teori itu maupun para penanggapnya, semuanya mengira bahwa evolusi terus berkembang maju kea rah yang lebih tinggi dan lebihbaik.
Tetapi penelitian para biologiwan terhadap perkembangan otak telah sampai pada kesimpulan penting. Secara tidak langsung mereka telah memberi jawaban terhadap hasil pengamatan para kosmologiwan yang kebingungan karena menemukan kenyataan bahwa, pemikiran manusia sekarang sedang meluncur kearah yang semakin bodoh. Kunci pemecahan itu terletak pada tetapnya potensi otak dalam jangka waktu ratusan juta tahun, dan pada ledakkan-ledakkan perkembangannya sebagai tanngga alam yang selalu berkembang serempak.
Kalau kita teliti lebih seksama, apa yang disebut tetapan dan jangka waktu perubahan yang panjang, akan tampak jelas persamaannya dengan pola perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) dari teori scalar-tensor, Pascual Jordan. Terjadinya pembesaran satu daerah yang selalu dibarengi dengan penciutan ukuran wilayah-wilayah yang satu atau yang lainnya, tidak beda dengan penjuluran dan pengerutan ruang waktu karena pengaruh gaya vector terhadap medan scalar.
Tetapan dan jangka waktu perubahannya adalah tangga alam yang terjadi  karena saling mempengaruhinya gaya gaya vector terhadap medan scalar. Mereka membentuk dimensi-dimensi ruang dan waktu dalam tiga tingkat peralihan sebagaimana rumusan Dirac, yang menghasilkan satu bayangan cermin dalam kesatuan khusus tiga dimensi.
Dengan adanya kesamaan pola pada semua teori dan hasil penelitian maupun porcobaan,maka kita sampai pada kupasan teori baru yang memungkinkan merupakan teori  evolusi asal kejadian segala sesuatu.
Simetri bertingkat
Sampel-sampel Darwin dan parta peneliti umumnya dalam mencari bukti evolusi, hanya diambil dari produk teknologi alam (fosil-fosil) dan produk teknologi buatan (puing-puing). Mereka beranggapan bahwa kursi berkaki empat merupakan evoluisi dari kursi kaki satu, ke kaki dua, ke kaki tiga dan berakhir di kaki empat. Anggapan ini tidak berbeda dengan evolusi manusia yang dimulai dari binatang merayap, ke binatang merangkak, ke binatang setengah berdiri, dan berakhir pada manusia yang berdiri. Mereka lupa bahwa teknologi adalah hasil akhir dari proses pembuatan, dan evolusi selanjutnya dari produk teknologi itu adalah pertumbuhan dan perkembangan menuju rusak.
Teori evolusi Darwin berpendapat bahwa proses evolusi akan berhenti setelah benda atau spesies mencapai ujud terbaik. Mereka lupa bahwa pada setiaqp periode jaman, semua jenis benda dan makhluk melata selalu hadir serempak. Jika teori Darwin benar. Semua binatang merayap, merangkak, dan setengah berdiri, seharusnya masih berevolusi. Artinya, di jaman sekarang pun perubahan bentuk yang mengurut (gradasi) pada hewan-hewan yang belum mencapai ujud terbaik itu mestinya masih terus berlangsung. Misalnya perubahan mengurut jenis ular ke binatang yang merangkak, dan perubahan mengurut dari kera ke manusia atau yang lainnya. Sebab evolusi mereka belum mencapai ujud terbaik, yaitu berdiri.
Nampaknya kesalahan pokok teori evolusi Darwin terletak pada kekurangfahaman tentang arti waktu. Padahal evolusi berhubungan langsung dengan waktu. Selama kita hidup dalam ruangwaktu, kita tidak akan pernah berhenti berevolusi, karena evolusi adalah hokum waktu. Baik kita diam maupun bergerak, waktu terus berjalan. Sekalipun kita diam sepanjang hidup, diri kita terus berubah, usia terus bertambah, daya tahan terus berubah. Mula-mula menanjak, lalu menurun, sampai akhirnya menjadi tua dan mati.
Jangan dikira karena kita diam maka evolusi berhenti. Sebab kediaman kita adalah relative. Dalam kenyataannya, kita tinggal di Bumi yang terus bergerak membawa kita menembus ruang mengelilingi matahari. Matahari juga bergerak membawa Bumi mengelilingi galaksi. Galaksi bergerak membawa Matahari dan bintang-bintang lain mengelilingi pusat rumpun galaksi, dan seterusnya. Selama kita berada dalam kurungan waktu (baca artikel asas pengurungan cs67), evolusi tidak akan berhenti. Dengan kata lain, evolusi bias berhenbti bila kita ke luar dari kurungan waktu.
Teori relatifitas khusus (the special theory of relativity) Einstein menyatakan : Bila benda bergerak dalam kecepatan cahaya, maka selangwaktu akan diperlebar tanpa batas, sehingga ruangwaktu menjadi beku. Artinya, bagi benda yang bergerak pada kecepaqtan cahaya, selang ruang = selang waktu, atau waktu = 0. Karena itu, jika benda bergerak dalam kecepatan cahaya, ia akan menjadi kekal sewlama dalam kecepatan itu.
Dari persamaan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa, waktu adalah gerakan dalam kecepatan cahaya, tetapi bukan cahaya, Lalu apa?
Jawaban pertanyaan ini akan membawa terbukanya kesalahan tafsir perjalanan ruangwaktu Einstein yang menjadi pegangan para ilmuwan saat ini.
Teori relatifitas dan teori scalar-tensor berkaitan dengan dimensi ruang dan waktu. Dimensi-dimensi itu terjadi karena perubahan kecepatan gerakan ruang akibat hambatan gaya-gaya vector, sehingga terjadi perubahan bentuk yang menyesuiaikan. Dime3nsi-dimensi ruang itu dalam garis besarnya terbagi dalam tiga tingkat seperti y6ang dirumuskan Paul Dirac melalui persamaan gelombang relatifitasnya. Kebenaran rumusnya telah dibuktikan melalui percobaan laboratorium pemercepat partikel. Dan para fisikawan nuklir telah mengembangkannya dalam pola simetri berbentuk segitiga (piramida terbalik).
Bagan A menunjukan evolusi tiga tingkat, sedangkan bagan B menunjukkan setiap komponen pasangan yang masing-masingnya memiliki tiga sifat. Omega-minus (Ω) adalah tensor urutan nol, partikel rasa tak berwujud yang mengisi ruang, Xi (Ξ) adalah dimensi lembut yang memcah simetri menjadi pasangan-pasangan, misalnya malam-siang, negative-positif. Sigma (Σ) adalah pasangan akhir pecahan dari Xi yang terjadi pada pembalikan ruang (cermin-CP). Misalnya negative-netral-positif, malam-temaram (subuh dan magrib) siang, wanita-waria-pria. Delta (Δ) merupakan komponen-komponen pasangan yang terdiri dari empat jenis dalam empat tingkat (dimensi), dan delta dua plus adalah komponen rasa yang pada peralihannya masuk mengisi semua komponen lainnya (tanda*).
Melalui pola ini kita dapat melihat lebih jelas, bagaimana evolusi segala sesuatu berlangsung. Ia berlaku pada alamraya, pada galaksi, bintang, planet. Ia juga berlaku pada manusia, binatang, tetumbuhan. Juga ia berlaku pada setiap diri : pohon jambu, seekor kera, seorang manusia, atau makhluk lainnya. Bahkan ia berlaku hingga partikel atom seperti proton-netron-elektron, atau partikel dasar quark dan lepton. Karena setiap jenis benda atau spesies apapun tersusun dari rasa, inti, atom, molekul dan dibalikkan ke ujud tampak masing-masing.
Hukum Pembalikan
Untuk membuktikan pola itu berlaku pada segala tingkat, kita coba menerapkan pada keluarga Matrahari memiliki planet pokok: Merkurius,Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dst. Menurut cirri-cirinya, para astronom membagi planet pokok itu ke dalam dua kelompok. Planet dalam dari Merkurius hingga Mars, dan sisanya planet luar. Pemisah keduas kelompok tersebut adalah  sabuk asteroid, berupa ribuan pecahan kecil benda langit yang berserakan dalam ruang di antara Mars dan Jupiter.
Jupiter agak berbeda dengan planet lain. Ia lebih mirip bintang, namun suhu di hatinya tidak cukup untuk melangsungkan reaksi termonuklir, sehingga tidak memancarkan cahaya. Karena itu para astronom menjulukinya sewbagai “bintang mati sebelum lahir”. Kenyataan ini menunjukkan pembagian massa yang sesuai dengan penelitian partikel: 2/3 di dalam dan 1/3 di luar.
 Jikia kita menempatkan kelompok planet-dalam berlawanan dengan kelompok planet luar, dan Matahari berada di antara dua kelompok itu, maka akan tamopak mencocoki aksioma kedua Hausdorff. Matahari sebagai pusat massa (p) membagi medan gravitasi kepada kedua kelompok planet itu. Tetapi Matahari berada pada kelompok planet dalam (P3). Dengan demikian simetri xi adalah Matahari dan planet dalam (P1) berpasangan dengan Jupiter dan planet-luar (P2). Simetri tingkat sigmanya adalah planet-dalam (sigma plus*), sabuk asteroid (sigma-nol*), dan planet-luar (sigma-minus*). Tanda (*) adalah Matahari delta dua plus.
Dalam susunan antar planet, kita juga dapat melihat tiga tingkat peralihan. Merkurius-Venus-Bumi, dengan pembalikan di Venus (Sigma-nol), cirinya poros pusingan Venus yang terbalik. Mars-astroid-Jupiter dengan pembalikan di sabuk asteroid (sigma-nol), Saturnus-Uranus-Neptunus, dengan pembalikan di Uranus (sigma-nol). Pluto adalah pasangan benda langit X (ditemukan tahun 1991) dari sabuk Kuiper dan komet-komet dari awan Oort, dengan pembalikan ruangnya di sabuk Kuiper.
Dengan demikian, baik dalam ukuran vertikal (dari alam partikel hingga benda langit), kita melihat tiga tingkat benda dan ruang. Urutan ruang yang dibentangi gaya-gaya vektor (nuklirlemah,elektromagnet, grsvitasi), semuanya berlapis-lapis sesuai dengan massabenda-bendanya terhadap pusat massa. Pusat massa alam atom adalah inti, sedangkan pusat massa keluarga Matahari adalah Matahari. Nuklirkuat adalah pasangan dari alam partikel, dan gravitasi adalah pasangan dari benda ujud tampak. Atom sama dengan keluarga Matahari sebagai produk teknologi alam masing-masing, bukan akhir evolusi. Semua atom dan semua planet dapat disamakan dengan jenis-jenis spesies hassil akhir dari sebuah proses pembuatan  teknologi. Sama seperti jenis ular, sapi, kera, manusia yang masing-masingnya merupakan hasil akhir dari proses pembuatan/kelahiran makhluk hidup.
Menurut penelitian semua planet dalam keluarga Matahari terbentuk dari gas selubung Matahari yang melorot, membentuk piringan gas dan debu di bagian khatulistiwanya yang bergerak mengitari Matahari. Kemudian di tempat-tempat yang lebih padat dalam piringan itu terjadi penggumpalan-penggumpalan di titik-titik ruang yang berlainan. Mereka berproses di titik ruang masing-masing karena sedikit perbedaan dalam hukum-hukum fisika. Titik ruang Merkurius berbeda dari titik ruang Venus, Bumi, Mars. Sama halnya titik ruang kelahiran ular berbeda dari titik ruang kelahiran sapi, kera, manusia dan sebagainya.
Dengan alasan ini kita dapat melihat, Darwin yang menuyusun teori evolusi dari sampel akhir proses produk teknologi yang mirip mengurut adalah tidak benar. Merkurius, Venus, Bumi, Mars aqdalah produk teknologi yang mirip mengurut. Tetapi Merkurius tidak berevolusi ke Venus, ke Bumi, ke Mars, karena masing-masing berproses pada titik ruangnya sendiri-sendiri. Titik ruang masing-masing planet adalah pusingan planet-planet itu pada orbitnya. Mereka berevolusi sepanjang jalur orbit masing-masing. Elektron bukan hasil evolusi dari proton atau netron, mereka adalah jenis partikel sendiri-sendiri dalam pusingan titik ruang masing-masing.
Semua atom hingga semua planet dapat disamakan dengan jenis spesies produk teknologi hasil akhir dari proses pembentukan, tetapi bukan akhir evolusi.
Sama seperti janin sapi, janin monyet, janin manusia sebagai produk teknologi alam masing-masing, tetapi bukan akhir evolusi. Mereka baru akhir dari proses pembuatan/kelahiran. Dan evolusi lanjutannya adalah perubahan bentuk yang menyesuaikan : Tumbuh dan berkembang menurut alam (jenis) masing-masing hingga kematiannya.
Evolusi produk jadi tidak berhubungan sama sekali antara satu jenis spesies dengan jenis spesies yang lainnya. Ia berkaitan  erat dengan pertumbuhan dan perkembangan memperkuat fisik dan mempertinggi kesadaran-atas-potensi ke arah batas maksimal yang dimilikinya. Batas itu telah terpendam dalam diri masing-masing pada tingkat yang sama menurut jenis spesiesnya sejak 30 juta tahun yang silam. Artinya, setiap jenis spesies yang hadir telah mencapaiu ujud fisik akhir menurut jenis masing-masing. Evolusi yang berlaku selanjutnya adalah perubahan kecacatan fisik dan mental dalam ujud itu, sesuai dengan pilihan sendiri. Misalnya karena penyakit atau bencana.
Gelombang berpasangan
Apa yang dikemukakan di atas baru proses evolusi umum, yang menurut anggapan rata-rata para ilmuwan selalu berkembang kea rah yang semakin baik. Padahal hokum evolusi adalah hokum kasihsayang yang adil. Pertumbuhan dan perkembangan segala sesuatu sangat bergantung pada pilihan sikap masing-masing. Itu memungkinkan terjadinya tiga keadaan : pertama berkembang maju, kedua berlangsung datar, ketiga menyurut mundur.
 Proses evolusi berlangsung dari sebab ke akibat. Contoh sederhananya dapat di ambil dari kejadian sehari-hari. Ketika kita berdiri di depan etalase took, timbul rasa tertarik pada sebuah barang. Menurut anggapan umumnya  ilmuwan sekarang, asal punya uang , kita akan langsung dapat memilikinya karena kita dapat menyesuaikan (beradaptasi) dengan keadaan. Mereka lupa bahwa sekaslipun keinginan memiliki barang itu sangat besar, bias saja kita batal membelinya. Mungkin karena punya kebutuhan lain, atau karena menurut pertimbangan akal sehat, jika barang itu dimiliki, akan membawa akibat jelek.
Itu berarti, proses evolusi selalu memberikan sedikitnya dua kemungkinan berlawanan. Kemungkinan  itu bergantung pada pertimbangan akal kita sendiri, karena kita punya potensi untuk menentukan pilihan. Potensi adalah kemampuan terpendam yang pengungkapannya sangat bergantung pada kesadaran diri atas kewajiban asasi kehadiran dirinya.  atau kepatuhan terhadap etos diri dan hukumnya.
Manusia sebagai spesies yang memiliki akal tertinggi, menjadi pengukur tinggi rendahnya peradaban. Semakin tinggi kesadaran masyarakat atas potensinya, peradaban masyarakat itu pun semakin maju. Sebaliknya, semakin rendah kesadaran-tas-potensinya, peradaban masyarakat itupun semakin rendah pula.  P)ada kesadaran-atas-potensi manusia yang paling rendah, masyarakat lingkungan itu disebut biadab. Sifat dirinya akan turun menjadi spesies yang lebih rendah, misalnya menjadi serakah, otoriter, licik, ingin me3nang sendiri, tidak boleh dikeritik, pendengki, dan seterusnya seperti sifat kera. Di sini pendapat kosmologi modern yang menyatakan manusia sebagai ukuran alam (antropometrik), ternyata benar.
Karena manusia yang mengukur alam, maka yang antropomorfik,antroposentrik, dan antropometrik itu bukan alamnya, melainkan tingkat kesadaran-atas-potensinya. Aristoteles, ptolemeus, Tycho Brahe adalah akal pemikiran antroposentrik, yang menghasilkan Darwin dengan teori evolusinya. Mereka adalah para filsuf alam dan naturalis yang menyelidiki alam dari penglihatan-tampak. Aristarchus, yang lebih dulu dari Ptolomeus, Copernicus yang lebih dulu dari Ticho adalah mata-mata rantai yang memiliki kesadaran-atas-potensi lebih tinggi dari kelompok pertama. Mereka menghasilkan Newton yang lebih dulu dari Darwin, karena mereka menyelidiki alam dari gejala-tampak. Tetapi para ilmuwan menyimpulkan penemuan Copernicus sebagai awal kejatuhan nilai manusia yang menurun semakin bodoh.
Sebenarnya kesimpulan kosmologiwan itu kurang tepat. Sebab yang meluncur turun adalah rantai Aristoteles, Ptolomeus, Tycho, Darwin. Sedangkan Rantai Democritos-Aristarchus-Copernicus-Galileo-Newton adalah meningkat maju. Dari contoh itu tampak jelas bahwa peradaban manusia tidak selamanya naik, dan juga tidak selamanya turun. Dalam setiap ukuran jamannya, yang naik dan yang turun itu selalu hadir serempak, membentuk pasangan gelombang yang berpilin atau bersilangan.
 Jangan dikira di jaman Coppernicus semua masyarakatnya menyetujui Coppernicus. Sebaliknya di jaman Ptolomeus semua masyarakatnya menyetujui Ptolomeus. Jangan dikira di jaman sekarang sudah tidak ada pemikiran antropomorfik dan antroposentrik. Sementara ada insinyur bangunan modern, sebelum membangun pondasi gedung, harus menyembelih kerbau dan mengubur kepalanya di dasar pondasi untuk tumbal.
Contoh demikian masih banyak tyerjadi di kalangan intelrktual tinggi ( di antaranya sarjana dan pejabat). Pada malam-malam tertentu mmerasa berkewajiban menyuguhkan sesajen kepada roh gaib. Tidak sedikit pula pejabat tinggi yang mempercayai benda-benda keramat untuk menangkal para perongrong. Dan masih banyak lagi jenis kepercayaan antropomorfik atau antroposentrik lainnya yang dilakukan masyarakat modern dewasa ini.
Kemudian mari kita Tanya kepada diri kita masing-masing. Apakah kemampuan kita lebih tinggi dari Aristarchus, Coppernicus, Galileo, Keppler, Newton, Maxwel, Faraday, Edison yang hidup sekian abad lebih dulu? Apakah kita yang sudah membaca penemuan mereka, sudah mampu membuat lampu listrik, televise, computer sendiri? Mengapa Tycho lebih mempercayai Ptolomeus dan tidak mempercayai Coppernicus? Bukankah masih banyak di antara masyarakat kita sekarang yang tidak mempercayai kebenaran orang mendarat di Bulan, sekalipun bukti-bukti sudah jelas. Mengapa.
Jawabnya diberikan oleh para biologiwan. Karena sejak 30 juta tahun yang silam, potensi manusia adalah sama tinggi. Sejak itu, siapa saja yang menyadari potensi dirinya dan mau memanfaatkan secara maksimal, maka daya piker masyarakat terus meningkat. Tidak ada hokum ras, warna kulit yang membatasinya. Hukum kasihsayang member kebebasan seluas-luasnya. Karena itu, kita tidak perlu heran jika kemampuan manusia masa silam, bahkan yang hadir di awal peradaban, lebih tinggi dari kemampuan manusia sekarang.
Kesadaran-atas-potensi itulah yang menentukan maju-mundurnya peradaban. Kalau satu kelompok masyarakat hidup terbelakang dari kelompok masyarakat yang lainnya, itu bukan karena potensinya lebih rendah, m elainkan sistem hukum yang yang diterapkan pada kelompok masyarakat itulah yang mengekangnya. Dan system hokum itu jelas bukan dari Tuhan pencipta peradabannya, melainkan ditetapkan para pemimpin ke3lompok masyarakat itu, yang tanpa disadari telah membekukan kesadaran masyarakat atas potensi yang dimilikinya.
Ini semua menunjukkan bahwa evolusi peradaban tidak terus menanjak naik, melainkan membentuk gelombang turun-naik, tergantung kepada kesadaran atas potensi akal masyarakat suatu lingkungan. Ketika peradaban Mesopotamia runtuh, peradaban Babilonia naik. Ketika Babilonia runtuh, Yunani naik. Ketika Yunani Runtuh, Iskandariah muncul. Ketika peradaban Eropa mengalami jaman kegelapan, peradaban Islam naik, dan sebaliknya, ketika peradaban Islam meluncur turun, Eropa mulai naik dengan Renaisancenya.
Gelombang ini bertahap dan bertingkat-tingkat dalam perubahan mengurut perlahan dari gejala perubahan kesadaran atas potensi, bukan dari produk teknologi. Ini merupakan koreksi  atas keslahan penelitian para ilmuwan dalam menjejaki sejarah.
Harus Mengurut
Karena evolusi merupakan hokum alam yang berlangsung dalam persamaan gelombang relatifitas, maka evolusi segala sesuatu dalam alamraya ini bahkan alamrayanya sendiri, berlaku sama dalam caranya. Hukum ini berbentuk tetapan sederhana, namun memiliki pengembangan tidak te3rbatas. Ia memcahkan segala kerumitan penelitian dan teori ilmu. Mirip seperti teori Coppernicus yang memecahkan segala kerumitan teori ptolomeus yang menggunakan lingkaran-lingkaran epycicle untuk menjelaskan perputaran benda-benda langit.
Evolusi pada ujud tampak harus mengurut (gradasi) sinambung. Contoh sederhananya, pohon tumbuh dari biji, terus berkembang menjadi besar dan kuat. Kemudian dalam pembalikannya menjadi tua, sampai akhirnya mati keropos. Monyet berevolusi dari janin monyet, meloncat ke3 luar dari kandungan induk monyet dalam pelanggaran cermin-T sebagai bayi monyet. Tumbuh jadi  remaja monyet, monyet dewasa, dan berbalik melanggar cermin-cp menjadi tua, lalu mati karena melanggar cermin-T lagi.
Evolusi harus mengurut. Semuanya harus hadir dalam setiap putaran jaman, sehingga urutannya harus dapat disaksikan pada setiap putaran jaman itu. Karena alam antropomorfik, antroposentrik, dan antropometrik selalu hadir serempak. Artinya, kalau teori evolusi Darwin benar, ia harus mampu me3mberikan bukti-bukti mengurut (gradasi) hadirnya perubahan bentuk dari kera hingga manusia. Sebab selama ruang-waktu berlangsung, evolusi mustahil berhenti.
Ledakan-ledakan perubahan yang ditemukan biologiwan adalah pembalikan-pembalikan ruang dan waktu karena pertarungan medan scalar dan gaya-gaya vector yang hadir dalam ruang segala waktu. Sampel-sampel yang dikumpulkan para ilmuwan adalah hasil akhir pembuatan  atau produk jadi teknologinya, bukan evolusinya. Dalam keluarga Matahari, mereka adalah pelanet-pelanetnya sendiri seperti Merkurius, Venus, Bumi, Mars. Dan Mars bukan akhir evolusi dari Merkurius (manusia bukan akhir evolusi dari kera).
Jika Darwin atau pendukung teorinya member alas an bahwa evolusi perubahan bentuk itu dalam kurun waktu sangat panjang, katakanlah ratusan juta tahun sehingga sekarang sudah tidak terlihat lagi, lalu bagaimana dengan kera yang hadir sekarang? Apakah evolusi itu kini sudah berhenti?
Selain itu, jika evolusi berlaku dalam kurun waktu yang sangat panjang, lalu panjang mana dengan evolusi benda-benda langit (milyaran tahun)? Padahal hingga sekarang, para astronom dapat menyaksikan evolusi yang mengurut dari semua benda langit dalam ujud tampak. Mereka dapat melihat bintang yang masih janin, yang sedang dan baru lahir, yang masih muda, yang remaja, yang sudah tua, yang sedang sekarat, dan yang sudah mati.
Jika Darwin masih hidup, atau paling tidak para  pendukung teorinya, Silahkan  menjawab tantangan teori evolusi baru ini. (Etos/Sandie/Kelompok Diskusi cs67).