Al-Baqoroh 1-5
Tafsir 1a. Komponen Akal dari Dimensi Akal
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = Dengan nama
Alloh yang Pengasih-Penyayang
Ayat 01. Alif-laam-miim = hukum-akal-rasa = negatif-nol-positif.
Ayat 02. Kitab Alloh (alam peragaan = alam Fana) ini diciptakan Akal dengan ilmu
yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari
bahan hingga jadi benda-peristiwa wujud, penuh dengan kejanggalan-kejanggalan
tampilan. Maka tidak diragukan lagi
(tidak ada keraguan padanya), alam Fana dengan berbagai kejanggalannya merupakan
petunjuk bagi mereka yang takwa
(mematuhi Hukum Akal).
Sebab proses evolusi
memberi alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi, bagaimana terjadinya, dari bahan
apa dibuatnya, apa unsur-unsur perusaknya, dan bagaimana nasib akhirnya. Dengan
demikian, bila dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, seluruh penciptaannya
akan bisa djelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
Ayat 03. Dari tiga
kebenaran yang dianut manusia di muka Bumi dapat diketahui. Mereka yang
beriman kepada Akal sebagai Pencipta tanpa
wujud (yang ghoib) ialah penganut kebenaran korespondensi. Sebab
kebenaran korespondensi menyatakan: Kebenaran harus selaras dengan fakta,
sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti penelitian.
Dengan demikan jelas
sekali, orang-orang beriman adalah para ilmuwan yang mendirikan sholat (menegakkan aturan hukum akal), sebab tidak dapat
menerima kebenaran-kepercayaan yang janggal-janggal tidak masuk akal dan tidak
adil. Dalam perjalanan hidupnya, mereka selalu berusaha membuka
kejanggalan-kejanggalan yang diperlihatkan alam, dan menafkahkan sebagian perolehan
rizki (harta-ilmu) hasil pencariannya
yang kami (hukum-hukum ruangwaktu)
anugerahkan kepada mereka.
Ayat 04. Para ilmuwan
pembuka kejanggalan-kejanggalan alam terdiri dari dua jenis, yaitu para akademisi
yang memperoleh gelar sarjana-master-dokter-profesor dari sekolah, dan para ummi (kaum moralis penganut kebenaran
akal) sebagai ilmuwan amatir. Dua kelompok ilmuwan ini iman (percaya) kepada kitab
petunjuk Muhammad (Qur’an) yang telah diturunkan Tuhan Alloh (Hukum Akal) kepada kamu
(makhluk wujud otak tinggi), dan percaya kepada kitab-kitab petunjuk para rosul lain (Taurot-Zabur-Injil) yang
telah diturunkan para rosulnya kepada manusia sebelum generasi kamu.
Dengan meneliti kitab Alloh (alam peragaan) dan
mempelajari kitab-kitab petunjuk para rosul, mereka mengetahui bahwa alam
diciptakan dalam hukum evolusi dari sebab ke akibat, sehingga akan terjadi
proses kiamat sebagai pembalikan ruangwaktu, dan dirinya akan dibangkitkan
kembali di hari akibat untuk memenuhi hukum qisos (hukum pasangan saling mengekalkan = hukum pembalasan
seimbang) penciptaan antara Kholik dan makhluk
(alam dan seluruh isinya).
Ayat 05. Hukum Akal yang
jadi hukum penciptaan ialah hukum qisos
(pasangan saling mengekalkan) karena untuk menciptakan makhluk, Akal (Alloh) telah membuang pasangan
dirinya, yaitu jasadnya (rasa) untuk
dijadikan bahan makhluk (alam dan
seluruh isinya), sehingga penciptaan ini merupakan pasangan saling mengekalkan
antara Kholik (Akal = lelaki) dengan makhluk (rasa = perempuan).
Karena Alloh Pencipta alam
adalah Akal, maka para ilmuwan penganut kebenaran
akal (kebenaran korespndensi) adalah orang-orang yang beriman kepada Alloh.
Dengan berpegang kepada kebenaran akalnya, berarti mereka berpegang kepada tali
penghubung makhluk dengan Alloh, sehingga dapat dipastikan, mereka (penganut kebenaran akal) itu
akan tetap mendapat petunjuk dari Hukum Akal yang menjadi Tuhannya. Karena
Tuhan Alloh ialah hukum pembalasan setimpal menurut perilaku-perbuatan, maka
mereka adalah orang-orang yg beruntung karena akan mendapat pahala Syurga di
hari akibat.
Tanggapan Ma’mun
Ma’mun: “Jawaban Anda
terhadap pertanyaan saya tentang tafsir Alfatihah, sangat mengejutkan. Ternyata
ayat 1-7 Alfatihah itu disusun Nabi Muhammad dengan rumusan fisika quantum yang
ditemukan oleh banyak kosmologiwan dunia. Itu berarti, tafsir yang sekarang pun
merupakan rumusan fisika. Karena itu ada beberapa pertanyaan yang akan saya
ajukan pada tafsir Albaqoroh 1-5 sekarang.
Pertama. Mengapa dalam menafsirkan Albaqoroh itu Anda mengambil
lima ayat?. Saya minta alasannya.
Kedua. Sebelum menafsirkan, Anda
mencantumkan komponen akal dari dimensi akal pada lima ayat itu. Apa
alasannya?.
Ketiga. Ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi
hukum-akal-rasa seperti dijelaskan dalam Alfatihah adalah alif-laam-miim Ada
dua pertanyaan yang perlu disampaikan.
1) anda mengartikan alif-laam-miim dengan negatif-nol-positif.
Apa alasannya?;
2) dalam Al-Hijr ayat 87 dikatakan, 7 ayat
Alfatihah itu selalu dibaca berulang-ulang, sehingga para ulama mengatakan 7
ayat itu dibaca berulang-ulang dalam ritual sholat 5 kali sehari-semalam, yang
berarti ritual sholat itu benar adanya, padahal menurut Anda, sholat adalah aturan
hukum. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?.
Keempat.
Uraian ayat 2 sudah jelas. Tetapi pada ayat 3 ada tiga pertanyaan:
1) sejalan dengan Alfatihah ayat 3, tanpa wujud
Alloh diambil dari An-Nuur 35. Saya sulit menangkap arti ayat itu, apa Anda
bisa memasukkan tafsirnya?;
2) anda menyebutkan tentang tiga kebenaran yang
dianut manusia, tetapi yang Anda sebutkan hanya kebenaran korespondensi. Saya
kira yang dua kebenaran lagi perlu dijelaskan agar kita tahu, kebenaran apa
yang salah atau sesat dianut manusia menurut Akal;
3) dalam menafsirkan Al-Fatihah 4-5, Anda
mengambil rujukan Al-Isroo 78. Ketika saya buka, ayat itu ditafsirkan ulama
sebagai perintah ritual sholat. Dari tergelincir matahari hingga gelap malam
adalah ritual sholat dzuhur, asar, magrib, isya, dengan asar sebagai sholat
pertengahannya, dan bacaan subuh = sholat subuh. Bagaimana cara Anda
menjelaskannya?
Kelima. Pada ayat 4 Anda menafsirkan ummi sebagai kaum moralis penganut
kebenaran akal, sedangkan menurut agamawan, arti ummi adalah bodoh. Tetapi saya lebih setuju pada tafsir Anda
setelah mengetahui bahwa sunnah Muhammad adalah pola qisos disiplin ilmu. Itu
berarti, hadits bukan sunnah. Apa ada alasan penguatnya?;
Keenam. Pada ayat 5 Anda membuka hukum qisos penciptaan. Ada dua
pertanyaan:
1) apa Anda bisa menjelaskannya secara awam?;
2) apa Anda bisa menjelaskan
hukum yang membuat pembalikan ruangwaktu? Soalnya, hingga sekarang bahkan
ilmuwan dunia termasuk Einstein dalam Teori Relativitasnya belum tahu nasib
alam raya, apa akan mengembang terus selamanya atau akan mengerut kembali ke
awal penciptaan?.
Jawaban.
Sandie: “Pertama. Seperti telah dikemukakan, dalam
menafsirkan Qur’an, saya memakai sunnah Muhammad. Sunnah Muhammad adalah pola qisos
disiplin ilmu. Unsur-unsurnya adalah: Alalaq (rumusan akal), Alqolam
(kejanggalan teknologi = pena atau gejala tampak), Almuzzamil (data ilmu), Almuddatstsir
(simpulan pemimpin), dan Alfatihah
(rumusan hukum). Pola ini berlaku dalam satu ayat, satu kelompok ayat, satu
surat, satu kelompok surat, dan satu Alqur’an.
Kedua. Dengan mengambil minimal 5 ayat
berarti saya mengambil satu komponen yang terdiri dari lima unsur, atau
seperlima dari dimensi akal. Artinya, minimal 5 ayat selanjutnya adalah komponen pengetahuan (kejanggalan
tampilan atau dibalik tabir sebagai petunjuk) dari dimensi akal, lalu komponen ilmu (hasil penelitian
lapangan) dari dimensi akal, kemudian komponen pemimpin dari dimensi akal,
terakhir komponen hukum dari dimensi akal. Setelah itu, dalam urutan yang sama
adalah dimensi pengetahuan, dan seterusnya. Itu adalah susunan ayat-ayat Qur’an
rumusan Nabi Muhammad dalam pola qisos, sehingga seluruh ayat Qur’an disusun
berpola simetri qisos. Pola simetri qisos inilah yang membuat ayat Qur’an jadi
sempurna
Ketiga.
1) Negatif-nol-positif itu simetri tingkat sigma (pasangan akhir) segala sesuatu.
Contoh: syurga-ruh-fana, wanita-banci-pria, elektron-netron-proton.
2) Alfatihah itu induk = inti Qur’an = inti
penciptaan, yaitu hukum moral yang dirumuskan Rosul Muhammad dari quantum leap (lompatan bundel-bundel) di
cermin-P (hukum keseimbangan rasa dan
jasad) = batas alam Ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi. 7-ayat itu dijabarkan
jadi Albaqoroh (hukum), Ali Imron (bangsa akal sebagai
katalisator = lelaki), dan Annisaa (rasa
atau bahan = perempuan) dalam kesatuan khusus 3-dimensi alam ruh, yaitu hukum-akal-rasa
Para
ulama menafsirkan 7-ayat yang dibaca berulang-ulang menurut bunyi tertulis.
Padahal maksud ayat itu, dibaca berulang-ulang = dijabarkan
berulang-ulang (Al-Hijr 87) dalam kelompok-kelompok ayat
(komponen-komponen ayat yang setiap komponennya berisi lima unsur ayat,
Al-Furqoon 32) hingga 30 Juz Qur’an. Itu alasannya, mengapa ayat-ayat Qur’an
tidak diturunkan sekaligus, tetapi dalam kelompok-kelompok ayat. Sebab seluruh
ayat Qur’an dirumuskan dari lompatan bundel-bundel sebagai akar ilmu penciptaan.
Maka dapat dipastikan, Qur’an adalah Buku Petunjuk Kosmologi (ilmu asal ke-jadian
segala sesuatu).
Dari Alfatihah 1-7 diketahui. Ayat 1-3 (lompatan
belakang-ke-depan) adalah hukum moral yang tidak berujud sehingga nilainya
negatif. Ayat 4-5 (lompatan sisi-ke-sisi) ialah bangsa akal (negatif) sebagai katalisator penciptaan
penghidup-pembangun bangsa rasa
(positif), sehingga nilainya nol. Ayat 6-7 (lompatan naik-ke-turun) adalah
bangsa jasad yang berujud sehingga nilainya positif.
Dilihat dari lompatan
bundelnya, Alfatihah dirumuskan Nabi Muhammad dalam Rukun Islam sebagai
falsafah peradaban Islam, yaitu: belakang-ke-depan (moral
pengasih-penyayang membangun hukum sebab-akibat = syahadat mendirikan sholat);
sisi-ke-sisi
(tugas bangsa akal membangun kewajiban bangsa rasa = zakat membangun puasa);
dan naik-ke-turun
(pemimpin yang diangkat membangun kewajiban-tugas
menyelamatkan-mencerdaskan-memakmurkan rakyat = haji membangun umroh). Dari
uraian ini jelas, Rukun Islam bukan perintah Alloh, tetapi amanat-amanat Alloh
yg diapresiasi dari quantum leap dan dirumuskan Rosul Muhammad menjadi janji
manusia terutama para pemimpin (Al-Mu’minuun 8).
Keempat.
Untuk menjawab pertanyaan 1), berikut adalah tafsir An-Nuur 35.
Sebelum penciptaan, Alloh hadir
berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Untuk menciptakan makhluk (pasangan dirinya) memerlukan
bahan. Karena tidak ada bahan, moral Alloh mengorbankan jasadnya untuk
dijadikan bahan makhluk. Setelah jasadnya dibuang, Alloh yang tinggal Akal
lenyap tanpa wujud
(antirasa-antijasad). Di tempat lenyapnya Alloh pada awal penciptaan, moral
Akal membangun Hukum Akal berupa gaya (sinar-tenaga) nuklirkuat untuk
mengatur-mengendalikan ruang (langit)
dan seluruh benda (bumi) pengisinya.
Perumpamaan nuklirkuat itu seperti
sebuah ruang kosong (alam ruh)
berbentuk lubang, tetapi tidak bisa ditembus makhluk wujud karena merupakan
gayatolak kosmis Newton. Di bagian dalam lubang terdapat pelita besar (thermonuklir
raksasa). Pelita itu di dalam bola seperti kaca. Bola kaca itu bagai bintang
yang berkilau.
Bintang tersebut dinyalakan dari pohon (tungku nuklir) yang banyak berkahnya (sumber segala
kehidupan). Pohon penghasil minyak zaitun
(tungku nuklir yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung,
menghasilkan aliran zathidup pembawa tenaga-tambahan berupa zarah gaung quark),
yang letaknya tidak di timur dan tidak di barat, tetapi di tengah (di pusat) ruang, yang minyaknya (bahan berupa quarknya) saja hampir-hampir bersinar (berujud) meski tidak disentuh api (dicampuri tenaga-tambahan bawaan zathidup).
Sinar
di atas sinar (gaya nuklirkuat dan kecerdasan itu bertingkat-tingkat karena
hambatan gaya-gaya vektor seperti nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi dan
politik-faham-agama). Akal membimbing sinarnya
(kemampuan dan kecerdasannya) kepada siapa
yang Dia kehendaki (penganut kebenaran akal). Begitulah Akal membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Akal mengetahui segala sesuatu.
Ayat di atas menceritakan pusat alam (sidrotil muntaha = pohon
teratai atau Rumah Alloh = Hukum Akal) berupa thermonuklir raksasa. Ketika
aliran zathidup menumbuk bahan, berlangsunglah proses penciptaan karena percampuran (perzinahan) antara
tenaga-tambahan bawaan zathidup dengan bahan seperti dijelaskan An-Nuur ayat
2-4, hingga terjadi ledakan besar
supernova (supernova big bang) bukan hanya big bang seperti kata Allan Guth,
menghasilkan 3-dimensi ruang ciptaan, yaitu alam syurga (P2, negatif), alam ruh
(P3, nol), dan alam Fana (P1, positif) seperti dirumuskan aksioma kedua ruang
Haussdorff.
Jawaban pertanyaan 2).
Menurut The Theory of Truth (Teori
Tentang Kebenaran), dalam garis besarnya di dunia ini terdapat 3-kebenaran yang
dianut manusia. Kebenaran pragmatis, yaitu kebenaran agama (kebenaran praktek
ritual penyembahan jasad-benda-patung yang memuaskan perasaan). Kebenaran
konsistensi, yaitu kebenaran politik (kebenaran
kesepakatan rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi yang memuaskan jasad). Kebenaran
korespondensi sudah dijelaskan di atas.
Jawaban pertanyaan 3).
Alfatihah itu hukum moral di alam Ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi
hukum-akal-rasa atau 3-ganjil tanpa wujud
(yang bersih mengisi ruang). Ia bukan alam wujud yang disebut kitab Alloh
(Baqoroh 2). Karena itu, ayat 4 adalah bangsa akal sebagai katalisator dan ayat
5 bangsa rasa sebagai bahan di alam
fitroh (waktu subuh sebelum pagi hari
= awal penciptaan), sehingga yang diucapkannya
(bacaan subuh) adalah janji fitroh. Dalam pola qisos, Al-Isroo 78 adalah cermin-C
(kaaf)
di alam ruh sebagai batas dari alam quark atau bahan berupa rasa =
langit ke-78.
Karena pasangannya gelap malam (matahari terbenam), menurut
qisos, tergelincir matahari harus awal hari atau awal penciptaan (keluarnya matahari pagi hari di ufuk timur).
Jadi, tafsir Al-Isroo 78 seharusnya janji fitroh: mendirikan sholat (menegakkan hukum) dari awal penciptaan (pagi hari) hingga akhir kiamat (gelap malam). Sedang sholat whusta atau sholat pertengahan
bukan asar, tetapi magrib dan subuh sebagai pembalikan siang ke malam dan
pembalikan malam ke siang
Kelima.
Pertanyaan Anda akan saya jawab dengan menyitir keterangan dalam pengantar
Qur’an terjemahan Depag RI halaman 114 berikut: Pada mulanya hadits tidak
dikumpulkan seperti Al-Qur’aanul Karim, karena banyak ucapan-ucapan Rasulullah yang maksudnya melarang membukukan
hadits. Larangan itu antara lain
tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Said Al-Khudri
yang berkata: ‘Bersabda Rasulullah s.a.w.: Jangan kamu tuliskan
ucapan-ucapanku! Siapa yang menuliskan ucapanku selain Al-Qur’aan, hendaklah dihapuskan,
dan kamu boleh meriwayatkan perkataan-perkataan ini. Siapa yang dengan sengaja
berdusta terhadapku, maka tempatnya adalah neraka’.
Dengan berpegang kepada
Al-Haaqqoh 40-42 yang menyatakan: ‘Sesungguhnya (Qur’an) ini perkataan rosul
yang mulia, bukan perkataan penyair, dan bukan perkataan tukang sihir’, maka
amat jelas, Rosul Muhammad melarang menuliskan-mengumpulkan-membukukan-menganut
hadits, karena ucapannya adalah Qur’an, sehingga hadits harus dihapuskan.
Siapa yang mendustakan larangan ini, Rosul Muhammad mengancam dengan penghunian
neraka. Artinya, yang menuliskan-mengumpulkan-membukukan-menganut hadits dipastikan
bakal masuk neraka.
Keenam. Pertanyaan pertama sudah dijelaskan di atas. Pertanyaan
kedua diperoleh dari tafsir An-Nuur 35. Ayat itu menyatakan, Hukum Akal adalah
gaya nuklirkuat sebagai pengatur-pengendali 3-dimensi
ruang semesta (syurga-ruh-fana). Gaya nuklirkuat memiliki sifat aneh. Karena
gaya-gaya yang lain (nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi),
ketika benda yang diikatnya berdekatan, daya ikatnya sangat kuat, dan semakin
menjauh benda yang diikatnya, daya ikatnya semakin lemah. Sebaliknya, keanehan
gaya nuklirkuat ialah, ketika zarah-zarah yang diikatnya berkumpul berdekatan,
daya ikat itu tidak ada, tapi semakin jauh zarah-zarah yang diikatnya, daya
ikatnya semakin kuat. Pada regangan maksimum menjauhnya, gaya nuklirkuat akan
menyeret balik zarah-zarah yang diikatnya agar berkumpul berdekatan kembali. Sifat
aneh gaya nuklirkuat ini memberi petunjuk:
1) Hukum Akal membebaskan makhluk memilih
langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya, dibuktikan oleh tidak
adanya daya ikat ketika berkumpul berdekatan;
2) pada regangan maksimum menjauhnya, alam
yang meloncat ke ujud tampak yang diikatnya, dia akan menyeret balik ke lubang bekas
meloncatnya, agar berkumpul berdekatan kembali. Artinya, pembalikan ruangwaktu atau proses
kiamat akan terjadi ketika pengembangan alamfana mencapai regangan
maksimum yang terjadi pada usia 15 miliar tahun dalam ukuran garistengah 30
miliar tahun cahaya (regangan maksimum Bulan mengitari Bumi = 15 hari waktu
purnama). Paul Dirac menyatakan, elektron yang meloncat ke ujud tampak akan
jatuh cepat kembali ke lubang bekas meloncatnya.
3) dalam peristiwa kiamat, alam Fana akan
berkumpul kembali di alam Ruh
(alif-laam-miim) dengan pasangannya alam
Syurga (alif-laam-miim-shood), sehingga alam
Fana menjadi Neraka (alif-laam-miim-roo).
4) Orang yang beruntung masuk Syurga adalah
yang meneladani moral pengasih-penyayang Alloh dengan
membunuh-mengosongkan-membuang rasa
(nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga dalam seretan kiamat akan
menembus hukum-hukum ruang (cermin
C-CP-T-P) dan masuk jalur Ridwan menuju Syurga. Sedangkan penganut kebenaran
pragmatis dan konsistensi (hukum ego manusia), dalam seretan kiamat itu akan
terus berada di permukaan ruang (di alam
rasa) karena memuaskan nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi-jasad, dan masuk
jalur Malik menuju Neraka.
The General Theory of Relativity
(Teori Kenisbian Umum) Albert Einstein itu politisasi ilmu, bukan ilmu yang
sebenarnya. Menurut teori skalar-tensor Pascual Jordan, dalam alam ada
4-kekuatan, yaitu gaya nuklirkuat, nuklirlemah, elektromagnet, dan gravitasi.
Gaya nuklirkuat sebagai medan skalar alam semesta yang bergerak dalam kecepatan
tanpa batas adalah tensor urutan 0 atau cermin-CPT sebagai mesin kerja alam.
Akibat hambatan gaya-gaya vektor sebagai tensor urutan 1, menghasilkan listriklemah sebagai tensor urutan 2,
diklaim jadi gravitasi Einstein yang bergerak dalam kecepatan cahaya sebagai
medan skalar ruangwaktu.
Tetapi menurut tangkapan saya, tensor
urutan 2 ialah alamraya Wilhelm de Sitter, yaitu ruang berisi
gerakan tanpa massa. Sebab ia gaya
nuklirkuat (medan skalar alam semesta) yg telah dihambat gaya-gaya vektor, jadi
gaya listriklemah (pusingan lubang
hitam dalam kecepatan cahaya). Sedangkan gravitasi Einstein adalah salah satu
vektor, karena sifatnya mengarah, sehingga tidak bisa disebut medan skalar (pusingan ruang). Kenisbian
umum sendiri menyatakan, alamraya Einstein adalah ruang berisi massa tanpa
gerakan.
Ketika Einstein mengumumkan
teori kenisbian umum tahun 1917, langsung datang kritik dari Alexander Friedmann
karena kenisbian umum tidak punya tetapan kosmologi. Maka Friedmann menyatakan,
tanpa tetapan kosmologi, teori kenisbian umum tidak akan ada. Sebab alamraya
Einstein ruang berisi massa tanpa gerakan, sedang tetapan kosmologi ialah gerakan
ruang. Kenyataannya dalam alam hanya ada 4-kekuatan: nuklirkuat-nuklirlemah-elektromagnet-gravitasi.
Sedang listriklemah gabungan dari nuklirlemah dan elektromagnet.
Agar kenisbian umum diakui ilmu, Einstein
terpaksa memunculkan gaya lambda sebagai tetapan kosmisnya, yaitu gravitasi
menyeluruh Newton. Rupanya dia mau membuang tetapan kosmologi Newton. Padahal
gravitasi menyeluruh Newton yang bergerak tanpa batas bukan gravitasi tetapi
gaya nuklirkuat. Ketika Wilhelm de Sitter mengeluarkan rumusan alam gerakan tanpa massa (medan
listriklemah), Einstein menuduhnya sebagai perampok rumusannya. Tetapi
kebencian Einstein terhadap gaya lambda, membuat dia terus berusaha mencari
jalan untuk membuangnya lagi. Usahanya berhasil setelah menggabungkan teorinya
dengan rumus de Sitter tahun 1932, sehingga alamraya Einstein-de Sitter jadi
ruang berisi massa dan gerakan. Lalu Einstein mengganti nilai lambda lebih
besar dari 0, oleh lengkung K dan
kepadatan p dari persamaan
Friedmann-Lemaitre bernilai 0, sehingga teori big bang Allan Guth masuk dalam
rumusannya Hasilnya, ruang mengembang
dengan percepatan tetap q = -1.
Pengubahan nilai lambda dilakukan
untuk membuang alam ruh sebagai akar ilmu segala penciptaan. Dengan nilai lambda
0, alamfana tetap mandiri yang diketahui asal kejadiannya (dari big bang
Allan Guth) sebagai geometri lonjong, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya.
Untuk mengunggulkan rumusan kenisbian umum agar jadi kiblat para ilmuwan, tahun
1935 Einstein dan kelompoknya menyusun makalah bersama Einstein-Podolski-Rosen.
Makalah itu membunuh kosmologi Newton, teori quantum Max Planck, dan Relativistic
Wave Equation (persamaan gelombang nisbi) Paul Dirac.
Mereka menyatakan, teori Planck
tidak menggambarkan realitas nyata secara fisik, dan alam abstrak itu tidak
berguna bagi kehidupan nyata. Padahal quantum Planck berhubungan erat dengan
lompatan bundel sebagai akar ilmu penciptaan. Sedang persamaan gelombang nisbi
Dirac yang diterima Einstein bukan x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas,
tetapi yang x tidak = 0 dengan fungsi delta terbatas, sehingga alamfana
jadi geometri lonjong ruangwaktu, sebagai alam mandiri yang diketahui asal
kejadiannya dari big bang, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya
Ditafsirkan oleh S. Anwar
Effendie./Sandie CS67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar