Jumat, 29 April 2011

BETULKAH ADAM-HAWA MANUSIA PERTAMA ?

Sesungguhnya, penelitian ilmu tentang asal-usul manusia sampai sekarang masih belum berakhir, sebab dari potongan bulkti-bukti yang ditemukan selalu membuka pertanyaan-pertanyaan baru. Para pakar antropologi umumnya sependapat mengenai Australopithecus africanus jenis Homo tertua dari afrika selatan yang berdiri tegak dengan tinggi 1,2 meter dan beratnya antara 30-40 kilogram. Sebagian ilmuwan percaya bahwa spesies jenis ini tidak memiliki hubungan langsung dengan evolusi manusia modern. Fosil-fosil yang ditemukan menunjukkan hadir sekitar 4 juta tahun yang silam dan kini sudah punah. Sedangkan sebagian ilmuwan lain mempercayai bahwa Australopithecus africanus bukan bagian dari orang modern. Mereka berpendapat bahwa Australopithecus africanus hanya bagian satu garis yang membawa kepada Australopithecus robustus dan kemudian belakangan telah punah lagi. Pendapat ilmiah lainnya menyatakan, baik Australopithecus Africanus maupun Australopithecus afarensis (yang dianggap sebagai nenek moyang Africanus) menunjukan spesies tunggal dan dinyatakan sebagai homo awal yang disebut Homo habilis. Sebenarnya belum cukup bukti kebenaran penafsiran itu, tetapi satu hal yang nampaknya pasti dimulai sekitar 2 juta tahun yang silam, ada 2 spesies jenis homo yang hidup di Afrika Selatan, yaitu Australopithecus robustus dan Homo habilis. Australopithecus robustus yang berukuran lebih besar ditafsirkan sebagai jantan, sedangkan homo awal yang lebih ringan ditafsirkan sebagai betina. Karena itu punahnya dua spesies tersebut pernah dipercayai sebagai contoh punahnya bentuk seksual. Sebab perbedaan jenis fosil-fosil tersebut menunjukan, mereka memiliki gaya hidup yang berbeda. Australopithecus robustus diperkirakan tingginya antara 1,5 dan 1,7 meter dengan berat antara 50 sampai 70 kilogram memiliki rahang yang besar dan pola penggunaan giginya menunjukan sebagai pemakan sayuran. Susunan wajahnya yang keras mendukung otot-otot yang mampu mengunyah sempurna. Sedangkan homo awal Afrika Selatan yang lebih ringan, memiliki graham lebih kecil dan otak lebih besar, giginya menandakan makanan mereka beraneka ragam, termasuk jenis daging; sementara otaknya yang lebih besar, menandakan sebagai makhluk yang lebih cerdas. Karena itu kebanyakan pakar antropologi sepakat bahwa homo awal itu lebih mengarah sebagai nenek moyang manusia. Dari sekian banyak potongan bukti yang ditemukan di berbagai tempat. Fosil yang diakui para ilmuwan secara umum dan sejalan dengan pertanyaan tentang asal-usul manusia, yaitu orang Neanderthal yang ditemukan tahun 1856 (jenis homo yang hidup di Eropa Barat, Cina, hingga ke Irak). Mereka hadir sekitar 150.000 hingga 34.000 sebelum Masehi. Setelah banyak para pakar antropologi yang menemukan fosil-fosil dari banyak daerah dan benua, ada pula di antaranya yang ditemukan di Asia tenggara oleh dokter muda Belanda Eugene Dubois tahun 1891 adalah fosil yang kini dikenal sebagai orang jawa (Indonesia). Selama 30 tahun yang lalu sejumlah pakar kimia dan pakar biologi molekul telah banyak mempelajari pertanyaan tentang manusia tanpa melakukan pengujian sepotong tulang pun atau bantuan fosil. Nampaknya orang Neanderthal telah hadir di Bumi ini, dan faktor genetika merupakan alasan yang paling kuat bahwa DNA yang hadir dari aneka ragam manusia itu berlainan. Dari urain di atas, nampaknya sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi sekitar 50.000 tahun yang silam, di Bumi telah hadir bangsa manusia hasil evolusi alam fana yang disebut orang Neanderthal. Mereka hidup berkelompok-kelompok di tiap benua di Bumi ini membangun kekuasaan. Kekuasaan diperebutkan para anggota kelompoknya dengan menghalalkan segala cara, saling jegal, fitnah, bunuh. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain, terjadi peperangan, yang kalah jadi taklukan dan memberi upeti kepada yang menang. Itulah yang diamati para malaikat dari Syurga melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) yang dirumuskan Roger Penrose melalui teori sensor langitnya. (diberitakan dalam Alqur’an surat AlbAqoroh 30, Annajm 13-18). Teori sensor langit menyatakan : Bila ufuk peristiwa bergerak dalam kecepatan cahaya, alam bersekongkol dengan segala cara untuk menutup terbukanya kemanunggalan. Tetapi bila ufuk peristiwa bergerak lebih cepat dari cahaya, maka sensor langit akan terbuka, dan kemanunggalan menjadi telanjang. Dari alam seberang (alam lembut Syurga) akan dapat menyaksikan kehidupan alam fana, seperti layaknya orang yang menonton TV. Dari rumusan Paul Dirac, ufuk peristiwa atau cermin P bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya karena berpusing 2 mc², maka sensor langit akan terbuka, dan kemanunggalan menjadi telanjang. Agama, hingga sekarang mempercayai bahwa, Adam-HAwa adalah manusia pertama, dan manusia sekarang adalah keturunan langsung mereka. Anggapan tersebut nampaknya perlu depertanyakan, karena bertentangan dengan fakta. Jika yang dipimpin Adam adalah anak-anaknya sendiri. Sebelum anak-anaknya lahir, kerja mereka hanya memproduksi anak sebanyak-banyaknya. Ketika sudah pada balig, mereka dikawinkan di antara sesama saudara kandung sendiri. Hal itu tentu saja tercela menurut moral dan cenderung melahirkan anak cacat mental. Kepercayaan seperti itu tentu saja bertentangan dengan aturan Hukum, sebab dalam evolusinya tentu akan ada yang kawin dengan paman-bibi, kakkak, adik, bahkan dengan ibu-bapak kandung sendiri. Ketika para malaikat merasa heran dan penasaran mereka protes , sebab Tuhan hendak mengangkat manusia yang kejam, jahat, biadab jadi kholifah (Baqoroh 30). Yang dimaksud, tentunya bukan Adam-Hawa, sebab pasangan itu belum turun ke Bumi. Di sisi lain, kalau semua manusia di Bumi merupakan keturunan langsung Adam-Hawa, mustahil akan menghasilakan aneka ragam warna kulit, bahasa, postur tubuh, bahkan kita semua memaklumi bahwa DNA manusia pengisi Bumi ini tidak sejenis. Fakta-fakta itu menjelaskan bahwa, dalam kepemimpinannya, Adam-Hawa telah mengawinkan anak-anaknya pada orang Neanderthal yang telah dibinanya jadi orang beriman kepada Tuhan Alloh sesuai dengan syarat hukum. Yang pasti, sebelum Adam-Hawa turun dari syurga, di semua benua di Bumi telah hadir kelompok-kelompok orang Neanderthal. Di dalam tiap kelompok sering terjadi perebutan kepemimpinan yang didasarkan pada kekuatan fisik seperti hewan. Yang tidak patuh akan dibunuh. Kaum perempuan tidak lebih dari pemuas syahwat kaum lelaki dan pemberi keturunan. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain , terjadi perang berebut kekuasaan. Karena itu tugas utama Adam-Hawa adalah membina moral dan menegakan hukum yang adil di lingkungan kelompok-kelompok Neanderthal, yang di dalamnya termasuk hukum perkawinan. Sebab dalam kelompok Neanderthal merupakan tradisi, ketika pemimpinnya kalah atau mati, akan digantikan oleh yang mengalahkan atau oleh anak lelakinya yang paling kuat, dan semua mantan isterinya diambil jadi isterinya juga, termasuk ibu kandungnya sendiri. Karena itu Adam-Hawa membuat aturan hukum perkawinan seperti dijelaskan Alqur’an dalam surat Annisa 22-23 Pada kenyataannya, pelanggaran terhadap aturan rosul itu bukan hanya dilakukan orang Neanderthal saja, tetapi juga oleh anak-anak turunan langsung Adam-Hawa sendiri. Contohnya dalam kisah Qobil (anak Adam-Hawa) dan Habil (anak Neanderthal), yang melanggar adalah Qobil. Oleh karena itu, Alloh tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan keturunan-suku-bangsa-agama-faham-kulit-kelamin-tuan-sahaya. Seperti yang diberitakan dalam Alqur’an surat Albaqoroh ayat 62. Siapa saja yang beriman kepada Alloh, hari kemudian dan berbuat kebajikan (beramal soleh ) mereka itulah orang-orang beruntung.

Rabu, 20 April 2011

WAKTU ADALAH MEDAN SKALAR ALAMRAYA

Bicara tentang waktu, sampai sekarang para ilmuwan belum ada yang mengatakan secara pasti, apa sebenarnya yang disebut waktu, bahkan Einstein sendiri sebagai perumus ruang waktu tidak dapat menyebutkan arti waktu. Dia hanya merumuskan melalui persamaan : (selang ruang waktu)² = (selang waktu)² - (selang ruang)² Einstein mengatakan, tanda minus (-) dalam persamaan itu bertentangan dengan akal sehat. Padahal kalau kita renungkan, persamaan itu menyiratkan bahwa “waktu adalah gerakan dalam kecepatan cahaya“. Tetapi tentu saja bukan cahaya, karena cahaya terdiri dari zarah-zarah (particles), berarti masih termasuk benda wujud (matter) yang mempunyai massa dan oleh Einstein disebut garisfana (worldline). Sedangkan waktu bukan benda wujud, tapi memiliki sifat wujud. Dengan demikian, dari rumusan ruangwaktu tersebut masih timbul dua pertanyaan : Apa yang disebut waktu? Dan mengapa gerakan cahaya dijadikan batasan atau definisi waktu? Untuk pertanyaan kedua tentunya kita bisa langsung menjawab. Waktu adalah gerakan sesuatu. Tetapi kita tidak dapat mengatakan ‘arti’ waktu adalah gerakan. Sebab kalau demikian berarti setiap gerakan benda adalah waktu. Padahal kecepatan benda-benda beraneka ragam. Jika waktu adalah gerakan, maka kalau kita diam berarti tidak punya waktu. Ini bertentangan dengan kenyataan, karena, jika kita diam, artinya tidak bekerja. Sehingga kita memiliki banyak waktu. Lebih jauh, jika gerakan disebut waktu, maka gerakan saya, gerakan anda, gerakan planet, dan sebagainya , harus disebut waktu. Tetapi waktu saya, waktu anda, waktu planet memiliki kecepatan berlainan, sehingga tidak ada batasan yang pasti. Ini hanya mengandung satu arti bahwa waktu Adalah gerakan tertinggi atau tercepat dalam alam. Kita tahu bahwa kecepatan tertinggi dalam alamraya (alamfana, alamkasar) adalah kecepatan cahaya. Sedangkan gerakan saya, gerakan Anda, gerakan planet dan sebagainya hanya rangkaian mirip-waktu nisbi (relative) terhadap waktu yang sebenarnya. Waktu saya, waktu Anda (kecepatan gerakan saya, kecepatan gerakan Anda) bisa sama dan bisa juga berbeda, yang menghasilkan aneka-ragam gerakan sehingga sifatnya menjadi nisbi. Dalam garisbesarnya waktu nisbi terbagi dua, yaitu kecepatan suara dan setengah kecepatan cahaya, sedangkan kecepatan cahaya adalah waktu mutlak. Alam gerakan kecepatan suara membentang dari kecepatan 0 (diam) hingga mendekati setengah kecepatan cahaya. Alam gerakan setengah kecepatan cahaya membentang dari hampir setengah hingga mendekati kecepatan cahaya, sedangkan alam cahaya adalah kecepatan gerakan cahaya. Dalam ruangwaktu, tidak ada kecepatan yang lebih dari gerakan cahaya. Sebab kalau lebih cepat dari cahaya, ia bukan alam ruangwaktu melainkan alam di luar ruang waktu. Dengan kata lain jika kita memaksakan diri agar dapat bergerak lebih cepat dari cahaya, maka yang akan meningkat bukan kecepatannya melainkan panasnya. Aneka ragam gerakan benda yang memiliki waktu nisbi ini, kita sebut dimensi mundur mirip waktu, sebab dimensi cahaya adalah kecepatan paling tinggi, sehingga kecepatan yang lebih rendah dari cahaya berarti mundur. Untuk penjelasan rangkaian mundur dimensi mirip waktu, kita dapat membahasnya dengan bahasa sederhana. Katakanlah suatu saat nati ada satu pesawat yang menggunakan bahan yang sangat lentur atau jika teknologi teleport telah ditemukan seperti yang terjadi dalam cerita-cerita fiksi ilmiah. Kita mulai dengan pesawat yang diam dengan kecepatan nol nisbi terhadap kecepatan cahaya. Dikatakan nisbi, karena diamnya pesawat itu sebenarnya tidak diam mutlak, sebab ia berada di permukaan planet (Bumi) yang bergerak mengelilingi Matahari dalam kecepatan 30 km/detik, dan berpusing pada porosnya. Tetapi di sini kita anggap pesawat tersebut benar-benar diam, selisih jarak ruang pesawat dengan jarak yang ditempuh waktu adalah 300.000 kilometer setiap detiknya. Bila pesawat bergerak 1000 km/detik, selisih jarak ruang yang ditempuhnya dengan yang ditempuh waktu menjadi 299.000 km/detik. Sedangkan selisih waktunya berkurang dengan1/300 detik. Bila bergerak 100.000 km/detik, selisih ruang yang ditempuhnya adalah 200.000 km/detik, serta selisih waktu tempuhannya berkurang dengan 1/3 detik. Bila pesawat bergerak 150.000 km/detik, selisih jarak ruang yang ditempuhnya adalah 150.000 km/detik dan selisih waktu tempuhannya berkurang menjadi 1/2 detik. (tetapi dalam kenyataannya hal itu tidak mungkin terjadi di hamparan medan gravitasi /alam kasar, sebab ketika pesawat (benda) masuk ke kecepatan 100.000 km/detik dia akan menumbuk cermin C sebagai pembatas dimensi ruang yang merupakan dinding tenaga, ia akan dihantam oleh gaya electromagnet dan gaya nuklirlemah serta digencet oleh pusingan ruang). Perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) antara waktu dan ruang yang dikemukakan Pascual Jordan, menemukan pengukuran kecepatan cahaya yang tetap sama bagi benda-benda yang bergerak hingga kecepatan 299.999 km/detik. Gejala yang membingungkan para ilmuwan ini sesungguhnya memiliki penjelasan yang sederhana. Gejala tersebut merupakan petunjuk yang jelas bahwa waktu bukan gerakan cahaya, melainkan suatu gerakan lain yang memiliki kecepatan cahaya. Teori skalar-tensor maupun geometri Riemann yang ditafsirkan oleh Cliford menyatakan bahwa setiap gerakan benda dan peristiwa, selalu menyesuaikan dengan ruang dan waktunya. Penyesuaian bentuk ini menghasilkan nilai pembagi yang selalu sama antara kecepatan benda dengan titik ruang yang ditempatinya, nisbi terhadap kecepatan cahaya. Waktu adalah medan skalar alamraya (ruangwaktu), medan skalar memiliki gerakan berpusing tidak mengarah, sehingga selalu berlawanan dengan gaya-gaya vektor. Benda-benda memiliki gerakan mengarah, karena itu ia selalu berlawanan dengan medan skalar. Mengingat kecepatan gerakan benda selalu menyesuaikan dengan ruang tempat kehadirannya, berarti pusingan ruang setempat selalu menghapuskan perbedaan jarak yang ditempuh bendanya. Ketika benda bergerak 1 km/detik, jarak yang satu kilometer itu diimpaskan pada 0 lagi oleh pusingan ruang setempat. Pada gerakan benda 100.000 km/detik, gerak ruang setempat juga 100.000km/detik, pada arah berlawanan (atau 1/3 detik dari tempuhan waktu mutlak) sehingga pusingan ruang setempat mengimpaskannya dengan 3/1 x 100.000 km, hasilnya kecepatan chaya tetap 300.000 km/detik. Artinya sejak dari gerakan nol hingga mendekati kecepatan cahaya, kita akan selalu melihat kecepatan cahaya yang terukur tetap 300.000 km/detik. Ini terjadi, karena hambatan medan vektor telah mengubah hamparan medan skalar, seperti air panas dalam gelas yang dituangi air dingin, menghasilkan air hangat. Mengingat ruangwaktu Adalah gabungan ruang dan waktu, kenyataan ini memberikan kesimpulan yang pasti kepada kita bahwa waktu bukan cahaya, melainkan gerakan ruang dalam kecepatan cahaya. Medan skalar selalu bertentangan dengan gaya-gaya vektor yang mengarah, yang terdiri dari gaya nuklirlemah, gaya electromagnet dan gaya gravitasi. Gaya-gaya vektor adalah besaran-besaran yang menghambat gerakan ruang pada sudut siku-siku, sehingga menghasilkan tingkat-tingkat kecepatan gerakan ruang atau selang-selang waktu atau rangkaian dimensi mirip waktu. Hambatan gaya listrik lemah sebagai gabungan dari elektromagnet dan nuklirlemah terhadap medan skalar, menghasilkan sendatan-sendatan yang mengakibatkan terjadinya penggumpalan-penggumpalan zarah dalam proses evolusi dari ruang kosong hingga benda-benda wujud tampak (galaksi, bintang, planet dan sebagainya ). Gumpalan-gumpalan itu memiliki massa yang menghasilkan medan gravitasi. Gravitasi menghambat gerakan ruang dalam lingkup kecepatan nol hingg mendekati setengah kecepatan cahaya. Ini adalah terjadinya pembentukan alamraya Einstein atau tensor urutan kedua yang dibentangi medan gravitasi. Karena itu Einstein mengatakan bahwa gravitasi adalah medan skalar alamraya, padahal medan gravitasi adalah hamparan medan vektor. Hambatan elektromagnet terhadap gerakan ruang menimbulkan gumpalan zarah ukuran atom. Hasilnya adalah ruang halus dalam lingkup hampir setengah kecepatan cahaya hingga mendekati kecepatan cahaya. Tetapi pada pusingan ruang 130.000 – 299.000 km/detik, ruang menjadi tidak stabil. Pada pusingan 130.000 – 150.000 km/detik ruang dihampari campuran medan gravitasi dan elektromagnet, menghasilkan peralihan dan pembalikan ruang, dan nuklirlemah bergiat sebagai pengubah wujud. Sedangkan pada pusingan 150.000 – 299.000 km/detik dihampari campuran elektromagnet dan nuklirlemah, menghasilkan bahan dasar tidak stabil. Pada pusingan 300.000 km/detik terjadi pembekuan waktu, ketika medan skalar dihampari listrik lemah, menghancurkan atom-atom menjadi zarah-zarah inti atom dan foton-foton cahaya, hasilnya keadaan ruang menjadi lembut. Kecepatan zarah-zarah inti sama dengan kecepatan medan skalar, sehingga pada ruang ini zarah-zarah menjadi kekal. Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa, hambatan gaya vektor terhadap medan skalar menghasilkan tiga dimensi wakturuang. (S. Anwar Effendie). Dengan kata lain, alamraya terdiri dari 3 dimensi ruangwaktu dan masing-masing dimensinya tersusun pula dalam 3 tingkat kekasaran ruang. Ditambah 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3 dimensi, maka menjadi 10 dimensi ruang (ruang kasar = dimensi manusia, ruang halus = dimensi jin, ruang lembut = dimensi malaikat dan setan). Itu sesuai dengan buku panduan kosmologi (Alqur’an). Tetapi tafsir semacam ini dihindari para ilmuwan, sekalipun telah dibuktikan oleh mesin pemercepat zarah. Karena para ilmuwan kelompok Einstein berpegang pada tafsirannya terhadap penjelasan Riemann, sekaligus ditetapkan menjadi ketentuan yang dianggap benar. Maka teori ruang waktu masih menjadi pegangan, sehingga penelitian menjadi tersendat. Mengingat dalam merumuskan teori ruang waktu, Einstein membung tetapan lambda kemudian menggabungkannya dengan alamraya de Sitter yang notabene merupakan gaya tolak kosmis Newton, Mungkinkah itu suatu penyesatan ilmu yang disengaja?

SEMUA ROSUL MENGAJARKAN PERADABAN ISLAM

Tafsir permukaan Surat Yunus ayat 19 menyatakan : Dan pada awal peradaban hasil binaan para rosul (dahulunya) manusia itu hanya satu bangsa (yang beriman kepada Tuhan Esa). Lalu (setelah rosulnya wafat) mereka berselisih (hingga berpecahan jadi agama-agama dan aliran-aliran agama, karena kebanyakannya menganut kebenaran pragmatis dan konsistensi). Dan kalau saja tidak ada aturan hukum (perkataan) yang telah berlaku (ada) dari Tuhanmu sejak awal penciptaan (dahulu), pasti di antara mereka telah (lama) diberi putusan (siapa salah siapa benar) atas apa yang mereka perselisihkan itu. Dari teori ilmu diketahui bahwa Hukum Alloh telah ditetapkan sejak awal penciptaan dan tidak ada perubahan, sehingga putusan siapa benar siapa salah hanya akan dilakukan pada hari kiamat, bukan di alam kubur apalagi diadzab langsung waktu hidup. Ayat ini menolak kepercayaan agama-agama yang menyatakan bahwa Pencipta selalu mencampuri urusan makhluk dan menghukum makhluk kapan saja Dia mau. Dan para pemimpin semua agama beranggapan bahwa agamanya adalah yang paling benar. Mereka pun mengkultuskan rosulnya masing-masing tanpa ada parameter yang pasti, sehingga sepanjang jaman terjadi permusuhan antara agama karena saling mengkafirkan. Karena Islam adalah selamat, maka para agamawan islam pun beranggapan hanya agamanya yang direstui Alloh. Tetapi faktanya dalam agama islam pun terpecah-pecah pula. Yang jadi pertanyaan, mungkinkah agama yang direstui-Nya akan dibiarkan berpecahan, dan moral penganutnya lebih bobrok dari penganut agama lain. Sebagai bukti bahwa mayoritas bangsa Indonesia pengantut agama Islam, tetapi korupsi merajalela di segala lapisan dan hukumnya amburadul. Padahal peradaban Islam adalah satu-satunya yang diridhoi Alloh. Itu petunjuk jelas, terjadinya perpecahan dalam agama Islam disebabkan penganutan ayat-ayat hadits yang berlainan, bukan karena Qur’an. Artinya, Qur’an adalah sebagai penyatu aliran-aliran ke dalam satu wadah peradaban bernama Islam. Lalu mereka berpecahan karena menganut kebenaran hadits. Mulanya hanya 4 aliran berdasar madzhab hadits sebagai kebenaran yang disepakati (politik) para ulama. Perpecahan semakin banyak ketika sebagian agamawan merasa tidak cocok (tidak memuaskan perasaan) dengan aliran yang telah ada. Padahal para agamawan menyatakan Qur’an petunjuk ilmu, dengan kata lain , kebenaran hakiki (yang hak) Alloh menurut Qur’an adalah ilmu. Karena Alloh itu Akal dan hukumnya adalah Hukum Akal yang tidak menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal, maka alam dan segenap isinya diciptakan dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari sebab ke akibat. Maksudnya jelas, jika akal manusia menjejaki mundur penciptanya, akan tahu siapa dirinya, dia akan tahu bagamana terjadinya, dari bahan apa dibuatnya, dan hukum apa yang diterapkannya. Bila dijejaki maju, akal manusia akan tahu bagaimana nasib akhirnya bila tidak mematuhi hukum itu. Dengan demikian jelaslah, keimanan agama menurut Qur’an, adalah bathil, karena yang dianutnya bukan hukum akal yang ditetapkan Alloh, tetapi hukum rasa anutan pemuas jasad yang mendidik manusia jadi makhluk egois-diskriminatif-materialistik. Maka dalam Baqoroh 42 Rosul Muhammad melarang manusia membaurkan yang hak (ilmu) dengan yang bathil (sihir/mukjijat ajaran hadits). Dampak dibaurkannya pendidikan ilmu dan agama, akan membuat anak didik malas berfikir berat. Sebab doktrin agama menyatakan, masuk akal tidak masuk akal kebenaran Alloh harus diterima dengan penuh keimanan. Hasilnya masyarakat bodoh, karena mereka lebih takut pada ancaman agama ketimbang mencari ilmu. Apalagi agamawan selalu menyatakan, jangan membongkar-bongkar rahasia alam seperti para ilmuwan yang hendak menyaingi Alloh. Itulah dampak dari mengimani hadits, yang diajarkan para ulama sepanjang jaman(mengimani hadits = menutup akal, padahal akal adalah tali Alloh). Karena manusia lebih percaya kepada para agamawan ketimbang kepada para ilmuwan. Maka setelah hadits diajarkan para agamawan (150-250) tahun setelah Rosul Muhammad wafat. Maka budaya mencari ilmu di dunia Islam sedikit demi sedikit memudar. Belakangan ini tidak sedikit orang yang beragama Islam melarang memperdalam sains (ilmu), karena konon sains bertentangan dengan agama. Akhirnya, penemuan-penemuan ilmu belakangan ini menjadi milik dunia barat. Padahal di awal peradaban Islam, penemuan ilmu di dominasi oleh orang-orang Isalam (sebalum mengimani hadits). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, mengapa mutu-moral pendidikan di Indonesia terus merosot. Sebab dalam kurikulum sekolah, mentri pendidikan telah mengganti mata pelajaran budipekerti (moral pengasih-penyayang) dengan agama, sehingga terjadi pembauran ilmu dengan doktrin exodus-bibble-hadits. Dalam kamus John M. Echols dan Hassan Shadily begitu jelas menyatakan freethinker (pemikir bebas) adalah orang yang tidak mempercayai ajaran agama, sebab agama adalah pemecah-belah peradaban manusia dan penghambat kebebasan berfikir akal. Padahal Qur’an mengajarkan manusia untuk menggunakan akal, karena jika tidak menggunakan akal apa bedanya dengan hewan. Artinya agama tidak menganut hukum Alloh.

Sabtu, 16 April 2011

EINSTEIN DANPENYESATAN ILMU

Regangan kosmis adalah tensor urutan nol atau medan skalar alamsemesta. Para ilmuwan dan pakar teknologi mengetahui bahwa medan skalar adalah gerakan yang berpusing tidak mengarah. Dalam ruang kosong, kepesatan pusingan atau regangan di setiap titiknya adalah sama, tidak memiliki tingkat-tingkat kepesatan. Karena pusingannya di mana-mana sama, maka tidak menghasilkan gejala-tampak apapun yang dapat diamati dan/atau dicatat selain dari ruang yang giat (dinamis). Ini adalah gaya lembami Newton. Pada kondisi demikian, bila dalam ruang tersebut ada benda, maka benda itu akan bergerak dalam kecepatan tetap dibawa oleh pusingan ruang tersebut. Inilah yang dirumuskan hukum I Newton, yang kemudian menjadi gaya tolak kosmis bagi teori gravitasinya (dijamannya waktu Newton memberi nama gravitasi/gravitasi terpendam atau gravitasi menyeluruh, belum ada mesin pemercepat yang dapat membuktikan nuklirkuat), seperti yang dikemukakan Newton dengan kata-kata berikut : “Gejala-gejala yang membedakan gerakan mutlak dari gerakan nisbi (relatif) adalah gaya melanting dari pusat, atau gaya-gaya pada gerakan melingkar yang menghasilkan kecenderungan cekungan dari poros. Karena pada gerakan melingkar nisbi tidk hadir gaya-gaya demikian, tapi pada gerakan melingkar sebenarnya dan mutlak mereka hadir, dan lebih besar atau kurang menurut jumlah gerakan itu“. Kemudian datang Einstein dengan teori kenisbian umum (The Theory of General Relativity) yang menafsirkan hukum I Newton ke dalam geometri lonjong (dimensi tampak), sehingga teori Newton tidak mencocoki penglihatan-tampak. Kecocokan teori Einstein dengan penglihatan-tampak, membuat para ilmuwan bersepakat membakukan kebenaran kenisbian umum, maka hasilnya adalah mitos ilmu yang membuat penelitian menjadi tersendat. Mitos ilmuwan Mitos adalah kepercayaan yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal harus diterima selaku benar. Sedangkan ilmu harus bertumpu pada penelitian yang tuntas, tidak dapat menerima segala yang tidak masuk akal. Tapi karena di setiap diri manusia terdapat ego, ternyata mereka yang mengaku dirinya sebagai ilmuwan juga, tanpa disadari banyak yang tidak bisa melepaskan diri dari kebenaran egonya. Ini terjadi ketika mereka mulai berkiblat dan memihak kepada pendapat ilmuwan yang dikaguminya, yaitu Einstein. Sebagai contoh, mereka belum tahu pasti, apa yang disebut “bahan“ (matter) pada sisi kanan persamaan Einstein. Tetapi kemudian mereka membuat kesepakatan membakukan sisi kanan persamaan tersebut untuk ditempati oleh hal-hal yang paling sederhana dan teratur (yang padat dan tekanan negatif yang dikenal sehari-hari) . Sehingga tekanan kosmis seragam dari alam tekanan negatif dan sejenisnya yang tidak memiliki akibat langsung pada struktur planet-planet dan bintang-bintang, harus dikeluarkan dari persamaan itu karena tidak dikenal sehari-hari. Tetapi kalau kita simak lebih teliti,“ rumusan itu diambil dari tensor urutan kedua (alam tampak, alam kasar, alam fana), maka kata “bahan “(matter) menjadi misterius“. Padahal seharusnya “benda“ wujud tampak. Tetapi tentu saja kata benda tidak masuk akal sehat dan akan mendapat serangan dari para ilmuwan, karena itu adalah benda teknologi produk jadi hasil evolusi. Kata bahan menjadi misterius karena Einstein tidak mengenal nuklirlemah sebagai kekuatan yang dapat mengubah-ubah wujud, dan karena itu pula dia tidak mengenal pembalikan ruang (cermin CP), sehingga sampai akhir hayatnya dia tidak mampu menyelesaikan Teori-teori Kesatuan Besar (Grand Unified Theories). Dari sini kita dapat melihat jelas bahwa rumusan Einstein telah menjadi kiblat para ilmuwan dalam menetapkan kebenaran ilmu. Hal demikian saya alami, ketika berbincang dengan rekan yang kebetulan dia mengerti tentang fisika, ya minimal teman ini jebolan salah satu perguruan tinggi terkemuka di negeri ini. Yang sampai saat ini juga melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi ketika membicarakan tentang persamaan gelombang kenisbian Paul Dirac yang “x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas“. Dia langsung menolak, dan mengatakan Bahwa rumusan itu telah usang karena perumusnya pun sudah mati, untuk apa dibahas lagi. Walhasil, apa yang dikatakan filusuf ilmu Rom Harre bahwa, penelitian para ilmuwan dewasa ini sudah bergeser hanya kepada alam wujud tampak, ternyata benar. Karena itu pula, persamaan gelombang kenisbian Dirac yang mempunyai fungsi delta tidak terbatas dan menghasilkan ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3 dimensi, gravitasi menyeluruh dan ruang mutlak Newton serta karya para fisikawan sejenis lainnya ditolak oleh mereka , tanpa ada yang berusaha menyelidiki lagi kemungkinan kebenarannya. Ini berarti pula bahwa, kesadaran atas potensi kebanyakan ilmuwan dewasa ini telah bergeser pada kebenaran pragmatis dan kebenaran konsistensi, bukan pada kebenaran ilmu. Dengan kata lain, dewasa ini kebanyakan ilmuwan sudah membekukan kesadaran atas potensinya, sebelum pencarian kebenaran ilmu (atau kebenaran yang sesungguhnya) diselesaikan sampai tuntas. Kenyataan ini juga mendapat sorotan dari E. R. Harisson, ia mengatakan bahwa : “Jika kita sudi mengorbankan kepercayaan yang telah dibakukan bahwa tekanan mesti selalu positif, dan memunculkan kemungkinan hadirnya regangan kosmis, kita dihadapkan pada keanekaragaman yang membingungkan mengenai alamraya baru“. Dengan masih adanya yang membingungkan, berarti para ilmuwan belum mengerti jelas. Padahal tugas ilmuwan justru membuka segala yang membingungkan menjadi jelas dan dapat dimengerti akal sehat. Politik Einstein Berbicara tentang gaya lambda (Λ), dimulai setelah Einstein mengajukan teori kenisbian umum. Catatan sejarah penting ini dapat kita ketahui dari buku My World Line karya George Gamow. Gamow adalah salah satu mahasiswa Alexander Friedmann yang mempunyai riwayat kosmologiwan cemerlang. Menurut Gamow, Friedman sebagai professor matematika di Universitas Leningrad Rusia, menulis surat kepada Einstein tentang kesimpulan-kesimpulan teorinya yang lebih umum. Dalam surat itu menunjukan bahwa, tidak ada hukum pengatur pada rumusan Einstein, sehingga rumusan itu menjadi tidak bernilai sebagai rumusan ilmu. Tetapi suratnya tidak dibalas oleh Einstein. Kemudian melalui rekannya yang berkunjung ke Berlin, Friedmann berhasil mendapat balasan berupa “surat kemarahan“ dari Einstein, tetapi ia menyatakan setuju atas kesimpulannya itu. Kita dapat melihat kesalahan tafsiran Einstein itu karena, kenisbian umum merupakan rumusan alam tampak. Rumusan itu menimbulkan pertanyaan : Dari mana datangnya segala benda wujud tampak, jika tidak ada hukum pembangun, pemeroses, dan pengendali dari asal kejadiannya ? Bukankah jika demikian alamraya rumusan Einstein itu merupakan alamraya mati yang tidak diketahui awalnya karena tidak berevolusi? Dengan demikian, mau tidak mau Einstein harus mengakui kesalahannya. Alamraya Einstein tanpa tetapan adalah alamraya mati. Kedinamisannya disebabkan oleh kegiatan gravitasi wujud tampak. Tetapi gravitasi wujud tampak bukan mengembangkan ruang, karena gravitasi wujud tampak bukan menolak, melainkan menarik segala benda lain ke tubuhnya. Karena itu, terpaksa Einstein harus menampilkan gaya tolak kosmis atau alam tekanan negatif, agar alamraya rumusannya menjadi statis (seimbang). Gaya tolak kosmis inilah yang bisa mengembangkan ruang. Dengan kata lain, kenisbian umum tanpa tetapan kosmis tidak sesuai dengan kenyataan penelitian yang memperlihatkan alamraya sedang mengembang. Gaya tolak kosmis yang menjadi tetapan alam dan harus ada itu telah diajukan Isaac Newton. Untuk memenuhi persyaratan ilmu, akhirnya Einstein harus memasukan gaya tolak kosmis tersebut. Kritik Friedmann telah memicu kesadaran atas ego (prestise) Einstein meloncat naik. Untuk menutupi kesalahannya, dia mulai bermain politik. Maka dia mengganti gaya tolak kosmis Newton itu dengan sebutan gaya lambda, agar dapat disebut sebagai tetapan temuannya. Tetapan itu dia kemukakan pada makalah susulan berjudul Cosmological Consideration On The General Theory Of Relativity dengan penjelasan sebagai berikut : “Saya hendak membawa pembaca ke jalan yang telah saya tempuh sendiri, jalan yang agak kasar dan berliku-liku, karena jika tidak, saya tidak dapat mengharapkan ia akan memberikan kepentingan besar pada hasil di akhir perjalanannya. Kesimpulan yang akan saya ambil adalah persamaan-persamaan medan gravitasi yang telah saya unggulkan sampai sekarang masih memerlukan perubahan kecil“. Perubahan kecil ini adalah memasukan gaya lambda, yang oleh para pendukung Einstein dinyatakan sebagai “kesalahan terbesar Einstein“. Sementara itu, setelah Friedmann memperoleh balasan suratnya. Dia mengirim dua makalah karyanya ke jurnal ilmiah terkemuka di Jerman yaitu “Zeitscbrift fur Physik“. Makalah pertama berjudul “On The Curvature Space“ yang diterbitkan tahun 1922, dan makalah ke dua berjudul “On The Possibility Of a World With Constant Negative Curvature“, diterbitkan tahun 1924. Kedua makalah itu demikian tajam dalam mengungkapkan kekeliruan pemikiran Einstein. Sebenarnya kedua makalah itu diterbitkan tepat pada waktunya. Karena waktu itu tengah ramai penemuan perubahan merah (redshift) galaksi luar. Walaupun kedua makalah itu diterbitkan oleh jurnal terkemuka, tetapi telah diabaikan para ilmuwan, yang sampai sekarang sebab-sebabnya menjadi misterius bagi para kosmolgiwan. Kenyataan yang menyedihkan adalah, karya Friedmann itu memberi dampak sangat besar kepada kosmologi. Karena itu, sebagai penghargaan para kosmologiwan atas kesalahan yang tidak mereka ketahui tersebut, mereka menunjuk alamraya mengembang seragam dari tetapan kosmologi nol sebagai alamraya Friedmann. Nasib makalah Friedman mirip dengan nasib gravitasi terpendam Newton, nasib persamaan gelombang Dirac yang fungsi deltanya tidak terbatas, Nasib teori skalar tensor Jordan, serta nasib beberapa ilmuwan lainnya yang mengarah kepada kepastian hadirnya antialamraya atau antialamfana (dalam Alqur’an; alambaka). Dengan kata lain Einstein dan para ilmuwan pendukungnya tidak mempercayai adanya alambaka sebagai alam akibat, dan berarti pula tidak mempercayai adanya tuhan. Sementara rumusan alam tensor urutan nol seperti alamraya keadaan tetap Thomas Gold, Herman Bondi, dan Fred Hoyle, diarahkan ke penafsiran wujud tampak yang tentu saja tidak akan cocok, sebab tidak berkaitan langsung dengan galaksi-galaksi dan benda langit lainnya. Dengan cara demikian, tanpa mereka sadari, para ilmuwan diarahkan untuk berkiblat hanya kepada kebenaran kenisbian Einstein sebagai ilmuwan paling unggul. Tetapi coba Anda buka lagi rumusan mereka (terutama oleh para fisikawan) dengan sikap netral dan menempatkan rumusan-rumusan itu pada kedudukan yang sewajarnya sesuai dengan urutan tensornya. Kemudian caba kiblatkan pandangan Anda pada hasil-hasil penelitian laboratorium pemercepat zarah sebagai bukti-buktinya. Maka akan tampak jelas bahwa, sesungguhnya rumusan-rumusan para ilmuwan yang ditolak Einstein dan kelompoknya, merupakan suatu kebenaran rangkaian ilmu yang kemudian mandeg pada kebenaran Einstein yang sedang diusahakan untuk disepakati sebagai rumusan yang mutlak kebenarannya. Dibuangnya tetapan kosmologi lambda oleh Einstein dari rumusannya terjadi tahun 1932 sewaktu dia telah menemukan unsur penggantinya. Pengganti itu adalah lengkung K dan kepadatan p yang sama dengan 0 dalam persamaan Friedmann-Lemaitre. Kemudian terlihatlah ruang mengembang, dan batas Hubblenya ialah H = Λ/3)¹/² yang selalu tetap. Gejala menolak lambda menyebabkan ruang mengembang dengan percepatan tetap q = -1 dan faktor skala bertambah. Ini hanya mungkin terjadi setelah alamraya Einstein (ruang berisi massa tanpa gerakan) digabungkan dengan alamraya de Sitter (ruang berisi gerakan tanpa massa), sehingga hasilnya adalah ruang berisi gerakan dan massa. Dari kenyataan ini kita dapat melihat bahwa alamraya de Sitter adalah ruang yang berisi gaya lambda, atau gaya tolak kosmis Newton yang mengembangkan ruang. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Einstein harus bersusah payah menggabungkan alamrayanya dengan alamraya de Sitter dan mengambil persamaan Friedmann-Lemaitre hanya untuk membuang gaya lambda ? Mengapa dia tidak mau mengakui bahwa gaya lambda itu tidak lain dari gaya tolak kosmis Newton ? Bukankah tanpa membuang gaya lambda, dia tidak perlu bersusah payah lagi mencari-cari rumusan yang demikian rumit sampai menghabiskan waktu hampir 15 tahun? Tiga segi yang menjadi alasan. Pertama, jika dia membiarkan gaya lambda hadir dalam perbendaharaan ilmu, setelah kosmologi Newton diketahui memberikan hasil yang sama dengan kenisbian umum, maka pada akhirnya para ilmuwan akan mengetahui bahwa, rumusan Einstein tidak lebih sebagai rincian teori gravitasi permukaan Newton, bukan sebagai penemu rumusan baru. Sama seperti teori Ptolemaus yang merinci falsafah geosentrik Aristoteles. Untuk membuktikan kebenarannya, silahkan Anda (para fisikawan dan matematikawan) mempelajari ulang sifat-sifat gaya lambda dan gaya tolak kosmis Newton. Kedua, dia menginginkan kenisbian umum menjadi rumusan paling unggul dengan mencaplok dan menyembunyikan makalah Friedmann yang bertentangan dan cocok dengan hasil penelitian. Karena jurnal ilmiah tersebut terbit di daerah tempat tinggal Einstein (Jerman), sementara penulisnya (Friedmann) berada jauh di Rusia. Mungkin saja dia dan kelompoknya “memborong“ jurnal itu agar tidak dibaca para ilmuwan. atau bisa juga dia melakukan kolusi (persekongkolan) dengan penerbit jurnal itu, agar mencetak tidak terlalu banyak, dan setelah makalah Friedmann diterbitkan, dan dikirim kepada penulisnya, tetapi tidak disebarluaskan. Alasan ketiga ini baru merupakan praduga, sehingga nilainya kurang kuat. Karena itu masih perlu penyelidikan lebih jauh. Namun demikian itu adalah salahsatu kebiasaan politik di dalam usaha merebut kepeloporan, kemenangan, dan ketenaran diri. Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa, sebenarnya sejak datang kritik dari Friedmann, status Albert Einstein telah beralih dari ilmuwan menjadi politikus. Nuklirkuat Yang lebih mengherankan kita ialah usaha para pendukung Einstein untuk menghilangkan gaya lambda dari perbendaharaan ilmu, padahal bila kita kaji dari penjelasan mereka alasannya ialah karena sifat-sifat gaya lambda yang membingungkan. Tetapi mereka bukannya berusaha mencari penjelasan atas hal yang membingungkan itu, namun langsung membuangnya. Lalu apakah mereka masih pantas mengaku dirinya sebagai ilmuwan? Kebingungan mereka atas sifat gaya lambda, jelas sekali menunjukan bahwa mereka sendiri belum mengetahui dan apalagi memahami tetapan kosmis tersebut. Dalam keadaan demikian, seharusnya mereka bersikap seperti para kosmologiwan yang mempertahankan kehadirannya, sampai diketahui betul, apakah sebenarnya gaya lambda itu. Dari kenyataan ini, sekali lagi kita dapat menilai bahwa, para ilmuwan yang mendukung dibuangnya gaya lambda dari perbendaharaan ilmu telah berubah status dirinya menjadi politikus yang bersekongkol dengan Einstein. Untuk menghentikan pertentangan tanpa akhir antara pendukung dan penentang keputusan Einstein tentang dibuangnya gaya lambda, mari kita simak penjelasan sifat-sifat gaya lambda melalui gaya nuklirkuat hasil penelitian laboratorium pemercepat zarah. Krena sesungguhnyalah, kedua kekuatan alam itu memiliki sifat yang persis sama. Berbeda dari gravitasi dan elektromagnet yang masing-masing ditemukan oleh orang yang berotak cemerlang (Newton dan Maxwell). Gaya nuklirkuat merupakan usaha sejumlah ilmuwan berotak cemerlang. Penentuan istilah nuklirkuat juga memerlukan waktu yang nisbi lama. Sebab ternyata nukleon (proton dan netron) bukan sumber gaya kuat tersebut. Gaya kuat berasal dari quark, yaitu unsur yang mengisi proton dan netron. Gaya itu mengikat proton dan netron dalam inti, namun sebagai tenaga sisa quark-quark. Ia mengikat quark-quark berkumpul di dalam proton dan di dalam netron yang membangun inti. Ia menggemakan pengikatan listrikstatis atom-atom di dalam jenis-jenis molekul tertentu. Dalam kasus ini, gaya nuklirkuat mengikat molekul berkumpul, sebagai sisa dari gaya Coloumb yang memegangi elektron mengorbit inti atom. Dan dalam cara yang sama, gaya ini mengikat bentuk molekul-molekul tersebut dari atom-atom yang bermuatan listrik netral, sehingga inti terbentuk dari nukleon-nukleon yang netral dalam batas-batas gaya kuat. Nampaknya gaya kuat ini berasal dari jenis muatan baru yang disebut warna. Karena, seperti warna-warna pokok cahaya, ia muncul dalam tiga jenis quark. Quark membawa muatan warna, dan diikat berkumpul dalam nukleon oleh gaya kuat. Warna-warna quark dalam setiap nukleon terhapus, sehingga nukleon-nukleon sendiri keadaannya netral. Persamaan di antara kerja gaya-gaya warna dalam inti dan gaya listrikstastis yang bergiat dalam molekul, bekerja pada bentangan tertentu. Tetapi ia terputus ketika kita tiba pada persamaan anggapan yang menggambarkan gaya kuat. Nampaknya gaya itu tidak berkurang kekuatannya pada kuadrat jarak terbalik seperti hukum gaya elektrostatis Coloumb. Sebaliknya, ketika quark-quark berkumpul rapat, gaya itu nisbi lemah. Tetapi sewaktu quark-quark bergerak menjauh, gaya itu jadi lebih kuat. Hal ini membuat para fisikawan tidak begitu memahami sifat gaya kuat untuk menuliskan persamaannya dengan tepat. Namun begitu mereka menyimpulkan bahwa, pada jarak-jarak dekat nisbi kecil bagi ukuran atom ia menyerupai gaya Coloumb. Tetapi pada jarak-jarak yang lebih jauh, ia harus berubah sedemikian rupa, dengan maksud menambah tenaga secukupnya untuk menjaga quark-quark itu berkumpul di dalam zarah yang mereka bentuk. Ringkasnya, gaya nuklirkuat yang bergiat pada jarak 10 pangkat minus 18 meter ini, ialah kekuatan yang mengikat quark-quark dasar di dalam nukleon, mengikat proton dan netron dalam inti, mengikat electron melalui proton dalam atom, mengikat atom-atom melalui listrik statis membentuk molekul-molekul dalam cara yang sama seperti terhadap atom-atom yang bermuatan listrik netral. Dengan demikian, gaya nuklirkuat yang ditimbulkan quark-quark itu memiliki kekuatan luarbiasa, mempengaruhi semua tingkat jenis zarah, memberi warna atau wujud dan rasa. Namun kelompok 3 quark yang membentuk kesatuan khusus tiga dimensi ini, dalam kesatuannya tidak punya rasa dan tidak punya wujud, sehingga tidak terpengaruh oleh yang lain. Ini sifat-sifat gayanuklir kuat. Begitu pula sifat-sifat gaya lambda yang telah membingungkan para kosmologiwan. Dari kenyataan ini, kita dapat memastikan bahwa gaya lambda atau gaya tolak kosmis Newton atau alam negative Mc Crea itu tidak lain dari gaya nuklirkuat, gaya itu mengisi segala sesuatu. Ia adalah komponen delta dua plus dari simetri 2-didalam-1 di luar, yang dalam pasangan akhir (sigma) ditandai dengan (*). Artinya gaya lambda bukan kekuatan ke 5 seperti dugaan para kosmologiwan, tetapi gaya nuklirkuat. Perbedaan nama sebutan itu disebabkan perbedaan cabang disiplin ilmu yang menemukannya. Barangkali ada yang ingin bertanya. Bagaimana mungkin gayanuklirkuat yang bergiat pada jarak demikian kecil (10 pangkat minus 18) dapat disamakan dengan gaya Λ yang mengikat alamraya terhadap antialamraya? Pertanyaan semacam itu umumnya timbul dari kalangan para pemikir spesialisasi. Mereka lupa bahwa setiap benda tersusun dari zarah dasar quark yang dirubah-rubah bentuknya oleh zarah dasar lepton. Meskipun nuklirkuat hanya mengikat zarah-zarah hingga ukuran molekul, namun mereka mengisi segala benda, bahkan ruang kosong yang tidak diisi benda. Tidak satu apapun di alamraya ini yang tidak dipengaruhi gaya nuklirkuat. Karena tanpa kehadiran nuklirkuat, tidak akan ada wujud apapun yang hadir, dia adalah ruh. Ini berarti bahwa seluruh ruang (alamraya dan antialamraya) sebenarnya dibentangi oleh gaya nuklirkuat sebagai medan skalar atau medan gravitasi terpendam Newton. Kemudian medan skalar itu dirubah-ubah bentuknya oleh massa-massa zarah sesuai dengan kepadatan benda, menghasilkan hamparan medan ruang. Pada ukuran benda-benda langit, medan skalar itu dibentangi oleh hamparan medan gravitasi Einstein. Kesimpulan. Ketika Einstein membuang gaya lambda dari rumusannya, dia menyatakan bahwa tetapan kosmologi itu telah “menyesatkan dirinya“. Tetapi bila kita berpegang pada kebiasaan akal kedua dalam mencari kebenaran yang sesungguhnya (ilmu), maka perkataan itu memiliki pengertian terbalik, yaitu “untuk menyesatkan para ilmuwan“. Para pendukung Einstein yang berusaha melenyapkan gaya lambda dari perbendaharaan ilmu, menganggap tetapan kosmologi itu sebagai buatan Einstein sendiri, bukan muncul dari alam. Karena itu, mereka merasa berhak mengutak-atik hukum tersebut menurut selera sendiri, Bahkan menghilangkannya. Penjelasan yang merubah Λ > 0 menjdi Λ = 0, merupakan bukti ketidaktahuan mereka bahwa gaya lambda adalah hukum yang muncul dari alam, bukan tetapan buatan manusia.

SUDAH BENARKAH KEIMANAN KITA ?

Citra negatif tentang sains (ilmu) di dunia Islam nampaknya perlu diluruskan, memang tidak sedikit orang yang beranggapan  jika meperdalamnya akan membahayakan keimanan, sebab konon sains bertentangan dengan agama. Tetapi menurut peradaban Islam, mempelajari ilmu itu satu kewajiban yang tidak bisa ditawar. Tanpa mempelajari fisika dan kosmologi misalnya, kita tidak akan pernah tahu sososk pencipta alam ini. Bagaimana watak dan hukum yang diterapkannya ?. Padahal itu merupakan pokok utama dalam menentukan sikap yang harus diambil dalam mengimaninya. Dalam keimanan, hukum adalah penentu nasib hidup, apabila salah dalam mematuhinya, celakalah nasib diri. Keyakinan pada Tuhan tidak bisa diduga-duga atau dikhayalkan perasaan, tetapi harus diketahui secara pasti melalui hasil penelitian ilmu.
Manusia dinyatakan sebagai makhluk terpenting dan menjadi pusat penciptaan bukan dilihat dari wujud fisiknya, tetapi karena akalnya. Kenyataan itu dapat dilihat dari catatan sejarah, baik dari puing-puing  peradaban  maupun yang diberitakan dari kitab-kitab petunjuk rosul. Semua itu digambarkan oleh pemikiran dan kemampuan akal manusia. Sehingga tanpa kehadiran manusia tidak mungkin hadir istilah apapun, termasuk jin, setan, malaikat, dan alin-lain. Dengan kata lain, potensi akal tinggi yang dimilikinya menjadi ukuran tinggi rendahnya peradaban. Semakin tinggi kesadaran masyarakatat atas potinsinya, peradaban masyarakat tersebut semakin maju. Sebaliknya, semakin rendah kesadaran atas potensinya, peradaban masyarakat itupun akan semakin rendah pula. Pada kesadaran atas potensi yang meluncur ke tingkat yang paling rendah, maka masyarakat itu menjadi biadab.
Menurut fitrahnya, makhluk berakal akan selalu berusaha melakukan yang benar, tetapi nilai benar itu sangat tergantung pada tingkat potensi akal yang dimilikinya. Kita dapat menyimpulkan bahwa teori-teori ilmu dan pola pikir manusia umumnya berlandas pada 3 tingkat perubahan bentuk dalam tingkat ruang yaitu, hanya pada dimensi tampak. Akibat pola pikir yang tidak lengkap itu, berlangsungnya perubahan pemikiran menyesuaikan dengan tempat kedudukannya menjadi samar, sehingga perubahan bentuknya terlepas dari pengamatan.
Hukum alam atau hukum evolusi, mempunyai pola sederhana namun memiliki pengembangan yang tidak terbatas. Perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) dari teori skalar tensor Pascual Jordan dan persamaan gelombang kenisbian (relativistic wave equation) Paul Dirac merupakan dasar dari hukum tersebut. Gabungan dari keduanya menunjukan bahwa, segala benda dan peristiwa tidak bisa tidak akan berkembang menyesuaikan  diri (berevolusi) pada ruang dan waktunya.
Manusia sebagai makhluk berakal yang memiliki ego (rasa) umumnya berfikir dari alamnya sendiri, sehingga menganggap kebenaran ada di fihaknya. Bahkan ekstrimnya berfikir lebih sempit lagi, yaitu memihak pada lingkup bidang tempat dirinya berada. Masing-masing kita memihak pada kedudukan sendiri. Contohnya dapat kita buktikan melalui definisi, yang pada garis besarnya terbagi dalam 3 bidang yaitu : agama, politik, dan, ilmu. Sekalipun masing-masing di antara kita memiliki pengetahuan atau mempelajari bidang-bidang tersebut, namun secara alami, sikap kita akan memihak pada salah satu bidang yang dipilih.
Mari kita lihat kenyataannya, ketiga kelompok itu mengadakan diskusi gabungan, mereka adalah para filsuf dari ketiga bidang tersebut, setidaknya, mereka semua berangkat dari falsafah. Dalam perjalanan hidupnya kemudian, yang memilih berkecimpung di bidang agama, cenderung akan menjadi agamawan, dan akan berpendapat bahwa agama adalah kebenaran tertinggi. Orang yang mengambil bidang politik atau ilmu sebagai pilihan hidupnya, masing-masing akan menjadi politisi dan ilmuwan, sekaligus akan menganggap bidang yang dipilihnya adalah kebenaran tertinggi. Dengan kata lain, ketika mereka merumuskan definisi, masing-masing akan menempatkan bidang pilihannya pada kedudukan tertinggi. akibatnya ketika dilakukan diskusi gabungan tentang definisi kebenaran, yang terjadi adalah perdebatan tanpa akhir yang berlangsung penuh emosi dan berlarut-larut, tanpa memperoleh rumusan yang pasti dan dapat diterima secara bulat oleh ketiga fihak pembicaranya.
Pilihan pola fikir tersebut, disadari atau tidak disadari membawa kepada perubahan tingkat kesadaran atas potensi diri. Kesadaran atas potensi menghasilkan peringkat kemampuan berfikir akal. Itulah sebabnya, ketika utusan dari 3 bidang itu berdiskusi, mereka tidak dapat memperoleh kebenaran yang sama dalam rumusannya. Diskusi yang tujuannya mencari kebenaran hakiki tidak akan pernah tercapai, karena mereka masing-masing memegang kebenarannya, yang tentu saja tidak akan sama, karena perbedaan tingkat kesadaran atas potensi.
Sampai hari ini, didunia terdapat 3 teori tentang kebenaran yaitu, teori korespondensi (the correspondence theory of truth), teori konsistensi (the consistence theory of truth), dan teori pragmatis (the pragmatic theory of truth). Dari ketiga teori ini, masing masing punya penganut serta pendukung, dan memang prilaku manusia tidak akan terlepas dari ketiganya.
Teori korespondensi menyatakan bahwa, kebenaran harus sesuai (conforms) dengan fakta, selaras dengan kenyataan, dan serasi (correspond) dengan bukti atau keadaan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, kebenaran harus memiliki bukti-bukti nyata, itu adalah kebenaran yang dipercayai akal, atau kebenaran ilmu.
Teori konsistensi menyatakan bahwa, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lain (yaitu fakta dan kenyataan), tetapi atas hubungan di antara putusan itu sendiri. Artinya kebenaran didasarkan pada  pernyataan sebelumnya, atau sesuatu dinyatakan benar, bukan didasarkan pada bukti atau kenyataan. Tetapi pada keputusan yang telah disepakati sebelumnya. Sebagai contoh, ada sehelai kertas, sekarang berwarna kuning, dulunya ia berwarna putih, maka pemegang teori ini menyebut kertas itu putih. Penganut teori konsistensi tidak mau tahu bahwa kertas itu telah berubah warna karena terkena evolusi waktu. Mereka menolak hukum alam yang berlangsung dalam evolusi. Dengan kata lain, mereka bersepakat menolak bahwa diri mereka telah berevolusi dari seorang bayi menjadi orang dewasa. Itu adalah kebenaran kesepakatan atau kebenaran politik.
Teori pragmatis menyatakan bahwa, suatu ukuran disebut benar selama ukuran itu berlaku dan memuaskan menurut anekaragam pandangan yang digambarkan oleh penjelasan orang berlainan.  Dengan kata lain, suatu pendapat dikatakan benar apabila membawa akibat yang memuaskan, apabila berlaku dalam praktek, apabila mempunyai nilai praktis. Artinya kebenaran harus dibuktikan oleh kegunaannya, hasil dan akibat-akibat praktisnya. Karena itu, kebenaran adalah yang berlaku, sehingga didunia ini tidak ada kebenaran mutlak. Sesuatu disebut benar jika membawa akibat yang memuaskan perasaan. Kalau tidak memuaskan perasaan, sekalipun ada bukti atau sesuai dengan kenyataan, maka harus ditolak. Jadi, masuk akal ataupun tidak masuk akal harus diterima jika memuaskan perasaan. Itulah kebenaran agama.
Kita dapat melihat, teori korespondensi berbeda dari kedua teori lainnya (teori konsistensi dan teori pragmatis). Kedua teori yang terakhir ini mempunyai pandangan yang hampir sama, yaitu kebenaran buatan manusia. Kebenaran konsistensi adalah kebenaran dari ketentuan yang disepakati bersama atau kebenaran kami (ego kelompok). Sedangkan kebenaran pragmatis berangkat dari kepercayaan terhadap kekuatan super yang tidak terjangkau akal, sehingga masuk akal ataupun tidak masuk akal harus diterima asal memuaskan perasaan diri atau kebenaran aku (ego diri). Dua kebenaran ini muncul dari perasaan manusia yang selalu ingin memuaskan jasad (pamrih-ambisi). Karena watak dari hukum yang dianut keduanya sama, sehingga bagi penganut agama tidak ada hambatan untuk menjadi politisi, sebaliknya seorang politisi tidak ada larangan jadi agamawan.
Bagi penganut teori korespondensi, kebenaran harus ditemukan dari alam melalui penelitian yang memberi alasan-alasan.  Sebab mereka percaya bahwa alam diciptakan dengan ilmu dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari sebab ke akibat. Sehingga memiliki alasan-alasan yang dapat dijelaskan akal, mengapa alam ini dibuat, siapa yang membuatnya,  hukum apa yang diterapkannya, bagaimana nasib akhirnya. Dengan berbekal pengetahuan itu, penganut teori korespondensi dapat menentukan pilihan langkah hidupnya sesuai dengan hukum sebab akibat yang diciptakan Alloh.
Orang yang menganut kebenaran korespondensi adalah para ilmuwan murni, dan orang ummi (tidak beragama dan berpolitik), mereka konsisten percaya pada hukum fisika atau hukum alam ciptaan Alloh. Dalam menyikapi hidupnya, selalu berpegang pada hukum sebab akibat karena mengetahui bahwa alam ini diciptakan dengan hukum pembalasan seimbang. Jika kita berbuat baik –netral-adil-- di alam sebab (dunia), maka Hukum (Tuhan) akan membalasnya di alam akibat (akhirat) dengan kebaikan pula, sebaliknya jika mengikuti kehendak rasa-jasad (syahwat-angkara-pamrih-ambisi) di dunia ini, maka di akhirat kelak akan dilemparkan ke jalur malik.
Namun kenyataannya, kebanyakan manusia tertipu oleh penampilan luar akibat rasa yang ada pada dirinya selalu ingin memuaskan jasad. Sementara para agamawan sepanjang jaman selalu menanamkan doktrin kepada manusia bahwa agama adalah ajaran Tuhan yang membina moral. Dengan demikian,  para orang tua sejak dini telah menanamkan agama yang dianutnya kepada anak-anaknya sebagai keimanan yang benar, sedangkan agama lain salah. Tidak heran jika mayoritas manusia mengaku beriman kepada Alloh berdasarkan keturunan. Padahal doktrin itu merupakan akar pembentuk watak egois-diskriminatif yang menimbulkan perpecahan-permusuhan di antara manusia darai generasi ke generasi di muka Bumi ini.
Kenyataan, carut-marutnya hukum yang terjadi di negeri ini demikian parah. Sementara koruptor menjamur di setiap lini, bahkan itu terjadi dilingkungan yang harusnya menjadi teladan seperti Departemen pendidikan dan Deprtemen agama. Padahal kita tahu, penduduk negeri ini adalah orang-orang yang katanya “beriman“. Penerangan agamawan di media-media tiap hari dari pagi buta, tidak pernah terlewatkan, tetapi mengapa keadaan menjadi tambah parah. Lalu bagaimana pertanggungjawaban para agamawan-ulama yang mengkalaim sebagai pembina moral?.
Jika melihat akar dari kepercayaan yang dipaparakan di atas serta fakta yang ada, nampaknya, kita pun wajib berfikir dan merenungkan kembali tentang pilihan hidup. Hukum apa yang selama ini kita pegang, sudah betulkah yang kita imani. Sebab hukum Alloh itu bersifat kekal, kematian di alam fana bukan akhir kehidupan, tetapi sekedar jeda hukum untuk menunggu proses evolusi keseluruhan (kiamat), sebagai penentu nasib hidup di alam akibat.



Ini koreksi
Artikel ini pernah di posting kangamun dengan nama Ajam Jamhari untuk komentar/jawaban ke kaisnet.wordpress.com.

·         Pernah dipublish sebagai komentar terhabap : kaisnet.wordpress.com
C
C











Selasa, 12 April 2011

TANGGAPAN TERHADAP KOMENTAR TAFSIR QUR'AN

AKAL = ALLOH ≠ TUHAN

Sebaiknya Anda membaca dari awal (tafsir Al-Fatihah).
Pemahaman saya, Akal = Alloh  ≠ Tuhan (Hukum); akal = bangsa akal = makhluk (pemroses prilaku perbuatan, pembangun jasad, pengendali, penghubung kepada Alloh yang ada pada manusia, dan makhluk lainnya, dalam Qur’an disebut tali Alloh = katalisator).
Sebelum alamsemesta ada, Alloh hadir paripurna dengan kelengkapan Akal (negaatif) - Rasa (nol) - Jasad (positif), 3-dimensi dengan dasar 10. Dari 10, separuhnya atau 5 dibuang dijadikan bahan. 2/5 jadi tenaga tambahan yang dibawa oleh zathidup (bangsa akal), sedangkan yang 3/5 adalah bahan. Alamsemesta dan segala isinya termasuk manusia adalah ½ dari diri Alloh yang sudah dibuang, tetapi dengan adanya katalisator (zathidup) sebagai pembawa tenaga tambahan, segala yang ada dalam alamsemesta tidak lepas dari pengawasan Alloh.
Alloh wujud = hadir, tetapi gaib. Alamsemesta ≠ wujud Alloh.

Di awal penciptaan Alloh membangun (menciptakan) Hukum (Tuhan). Hukum Akal (Tuhan Alloh) adalah moral pengasih penyayang terus menerus mengalirkan zathidup pembawa tenaga tambahan berupa zarah gaung qurk  (rasa = bahan jasad makhluk) dari pusat alam (termonuklir raksasa) yang oleh Rosul Ibrohim disebut sebagai Rumah Alloh. Dengan kata lain, Sinar Alloh = termonuklir raksasa = cermin CPT =  titik p pada ruang P3 (aksioma Hausdorff) = mesin kerja alam = Rumah Alloh = Tuhan Alloh ≠ Alloh (tidak sama dengan Alloh).

Sementara quark sebagai zarah rasa (bahan jasad makhluk) adalah zarah kosmis (sinar kosmis) yang mengisi ruang alam Fana, alam Syurga dan permukaan alam Ruh. Zarah kosmis ini, menurut perhitungan para ilmuwan yang turun ke Bumi sebanyak 40 butir setiap m²/detiknya.

Hukum Akal yang oleh Rosul Muhammad dirumuskan dalam pola qisos disiplin ilmu (hukum sebab akibat - hukum kekekalan massa dan tenaga - hukum keseimbangan). Sedangkan hukum yang mengendalikan di hari kiamat adalah sekat-sekat ruang/sekat-sekat dimensi atau cermin-cermin (C – CP – T - P sebagai saksi) diciptakan Alloh dan dibangun oleh perlambatan pusingan akibat hambatan gaya-gaya vektor. Contohnya : Cermin CPT dihambat oleh medan nuklirkuat sampai ke cermin P, Cermin P dihambat  oleh medan listrik lemah sampai ke cermin T. Cermin T dihambat oleh medan nuklirlemah sampai ke cermin CP, cermin CP dihambat oleh medan elektromagnet sampai cermin C, hambatan medan gravitasi.

Karena Hukum merupakan sekat-sekat ruang yang tidak bisa disuap dengan apapun, termasuk dengan uang penebus dosa, penyembahan dan lainnya. Yang harus kita fahami adalah karakter hukum itu. Dan Rosul Muhammad telah memberitakannya dalam Qur’an bahwa Alloh pengasih-penyayang. Di hari pengadilan moral (kiamat), orang-orang yang menganut Hukum Akal (melaksanakan amanah-amanah Alloh), akan mampu menembus cermin-cermin tersebut dan akan dilontarkan ke jalur Ridwan. Sebaliknya orang-orang yang menganut Hukum Rasa (syahwat-angkara-pamrih-ambisi) tidak akan mampu menembusnya (berada di permukaan), dan akan dilontarkan ke jalur Malik.

Coba baca lagi, pelajari dengan fikiran jernih, jika belum jelas
Baca lagi, teliti, cermati, dan renugkan, lalu
Baca lagi,  Insya Alloh Anda akan memahami maksudnya.
Dan kesimpulan Anda akan berbeda dengan pemahaman sebelumnya.

Kalau mengambil tafsir dari hadits untuk disamakan dengan tafsir ini, pasti tidak akan sama. Sebab dasar pijakkannya berbeda. Kalau menafsirkan dengan pola qisos Rosul Muhammad (petunjuk Qur’an), setiap ayat yang ditafsirkan, ayat sebelumnya akan memberi petunjuk pada ayat selanjutnya dan sebaliknya.
1.  Wujud Masjid Aqsha yang disebutkan hadits memang belum ada waktu itu, tentang mi’raj yang
     berhubungan dengan  perjalanan Rosul Muhammad belum saya temukan dalam Al-Qur’an.
2.  Maksud dari memperjalankan dari masjidil Harom ke Masjidil Aqsho adalah perjalanan dari alam
     akal suci ke alam pemimpin (alam malaikat).
3.  Raka’at solat ada di surat An-Nisa 11-12. Pemahaman saya dari tafsir permukaan, ayat 102
     menerangkan tentang menegakan hukum di tempat orang lain (daerah lain/bukan di daerah tempat
     tinggal kita). Coba Anda baca ayat sebelumnya,di situ tidak membicarakan orang sedang berperang
     seperti yang diterangkan hadits (tafsir An-Nisa 102 belum saya abaca).

Mari kita sama-sama menegakkan Hukum Alloh dan berbuat kebajikan.
Salam,

Minggu, 10 April 2011

TAFSIR QUR'AN POLA QISOS DISIPLIN ILMU

Albaqoroh 49-50

Tafsir 2e. Komponen Hukum dari Dimensi Pengetahuan

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = dengan nama Alloh yang Pengasih-Penyayang

Ayat 49. Dari latarbelakang (ayat 28-32) diperoleh keterangan. Hasil pengamatan bangsa malaikat melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) ufuk syurga menyatakan. Dari perilaku orang Neanderthal di muka Bumi, nampaknya Tuhan Alloh (Hukum Akal) berencana mengangkat bangsa manusia sebagai pemimpin di alam Fana. Yang mengherankan, para pemimpin itu perilakunya brutal-biadab, tukang merusak dan berbunuhan. Padahal menurut moral malaikat, sesuai dengan watak Pencipta yang pengasih-penyayang, pemimpin harus pengemban amanah bermoral pengasih-penyayang dan suci dari nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Kejanggalan perilaku manusia itu telah menimbulkan kepenasaranan mereka, sehingga bangsa malaikat berencana melakukan tantangan ilmu kepada manusia untuk mengetahui alasan yang sebenarnya.
                     Dari gejala-tampak (ayat 33-37) diperoleh petunjuk. Ketika bangsa malaikat mengutus Jibril menantang manusia (Adam) yang tinggal di alam kasar syurga, Adam membalasnya dengan menembus alam malaikat, sehingga mereka tahu, rencana Tuhan mengangkat manusia sebagai pemimpin karena ketika akalnya digunakan, potensi moral manusia paling tinggi dari seluruh makhluk ciptaan. Ternyata rencana Tuhan (Hukum) itu berlaku tanpa paksaan, tetapi atas pilihan makhluk sendiri. Rencana itu terjadi akibat Adam-Hawa melanggar hukum karena digelincirkan syetan, sehingga mereka diseret dan dilontarkan Hukum Akal turun ke alam Fana. Itu bukti paling kuat bahwa Alloh dan Tuhan Alloh (sesuai dengan sifat aneh gaya nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya.  
                     Penelitian ilmu (ayat 38-43) memberi data. Rosul Muhammad mengambil contoh perilaku brutal-biadab manusia melalui bangsa Israil yang punya buku petunjuk ilmu dari Rosul Musa. Karena kemampuan otak tingginya, ternyata kebanyakan manusia cenderung menolak kebenaran akal dan memilih dua anutan kebenaran, yaitu kebenaran pragmatis agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan perasaan (pamrih) dan kebenaran konsistensi politik untuk mengejar kekuasaan-kekayaan yang memuaskan jasad (ambisi), sehingga di sepanjang zaman petunjuk para rosul dalam Taurot-Zabur-Injil-Qur’an selalu diputar-balik menurut kebenaran ego pemimpin agama-politik hasil rekayasa otak para ahli kitabnya (agamawan-politisi pembuat aturan-uu-hukumnya) dalam Exodus-Tripitaka-Weda-Bibble-Hadits yang dinyatakan sebagai keluaran-penjabaran para rosul dari Taurot-Zabur-Injil-Qur’an (sabda suci Alloh) atas petunjuk Alloh langsung.
                     Simpulan pemimpin (ayat 44-48) menyatakan. Amanat Alloh mengingatkan manusia bahwa akal tinggi adalah nikmat dirinya, dan nikmat itu dianugerahkan kepada manusia, sehingga Alloh melebihkan manusia atas segala bangsa penghuni alam kasar (hewan), alam halus (jin), dan alam lembut (malaikat-setan). Tetapi karena kebenaran akal tinggi itu ditolak agama-politik, manusia jadi bangsa bodoh-kejam yang licik-munafik-dengki-serakah-jahat. Soalnya, agamawan-politisi (ahli kitab, pembuat aturan-uu-hukum) tidak pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum-hukum anutannya, sehingga tidak pernah tahu apa hukum-hukum anutannya itu sesuai dengan hukum yang ditetapkan Alloh atau tidak?. 
                     Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin tersebut diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Karena menolak akal dan ilmu, daya pikir bangsa Israil merosot ke tingkat keledai dungu. Kamu bangsa Israil jadi bangsa bodoh dan lemah karena tidak punya ilmu, sehingga hidup dalam penindasan Fir’aun rajamu kaum liberal yang menganggap dirinya Tuhan dan memiliki pasukan segelar sepapan. Begitulah keadaan kamu bangsa Israil ketika akhirnya Kami (Hukum) mengutus Musa untuk menyelamatkan kamu dari Raja Fir’aun dan pasukan pengikutnya yang kejam.
                     Raja Fir’aun dan pasukannya hidup dalam kemewahan hasil dari menguras harta kekayaan kamu rakyatnya yang bodoh dan lemah. Mereka menindas kamu bangsa Israil berkepanjangan. Mereka menimpakan kepada kamu yang berani melawan kekuasaannya dengan siksaan yang seberat-beratnya. Mereka menyembelih semua anak-anakmu yang lelaki untuk menghindari kemungkinan adanya revolusi sebagai balas dendam rakyat. Mereka membiarkan hidup semua anak-anakmu yang perempuan untuk memenuhi kepuasan nafsu syahwatnya. Pada situasi demikian terdapat cobaan yang besar dan berat untuk kamu bangsa Israil dari Tuhanmu, karena kerjamu hanya memohon pertolongan dengan menyembah mayat dan menolak anugerah nikmat akal tinggi dari Penciptamu.

Ayat 50. Musa adalah orang ummi (tidak beragama-berpolitik) penganut kebenaran akal. Dia mempelajari alam mencari ilmu dengan tekun untuk menolong penderitaan kamu bangsa Israil dari penindasan Fir’aun. Dia berhasil menembus cermin-CP (hukum pembalikan ruang) gerbangnya ilmu-ilmu tinggi di alam halus. Dia tampil sebagai nabi (ilmuwan penemu) karena menemukan ilmu membelah laut. Ketika perencanaan penyelamatan kamu bangsa Israil telah matang, Kami mengutus Musa jadi rosul agar membelah laut untuk menyelamatkan kamu dari penindasan Fir’aun. Lalu melalui laut yang belah itu, Kami selamatkan pelarian kamu dari kejaran Fir’aun dan pasukannya. Ketika kamu telah selamat sampai di seberang, Kami menyuruh Musa menghentikan penerapan ilmunya untuk menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya yang sedang mengejar kamu di tengah lautan yang belah itu. Sementara kamu yang telah berada di daratan seberang dapat menyaksikan.sendiri bagaimana laut yang belah itu menutup kembali dan menelan Fir’aun berikut seluruh pasukannya.


Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kab. Bandung.

Mahmud: “Dua ayat komponen hukum di atas sudah amat jelas. Akibat menolak akal, rakyat Israil di masa Dinasti Fir’aun menjadi bangsa keledai dungu yang bebal dan lemah. Mereka ditindas oleh Fir’aun dan pasukannya berkepanjangan, dan baru bisa diselamatkan oleh Rosul Musa penganut kebenaran akal dengan ilmu tinggi yang dimilikinya yaitu ilmu membelah laut. Karena itu dua pertanyaan yang ingin saya sampaikan bukan terhadap dua ayat di atas, tetapi terhadap kerosulan agama Islam, yaitu Rosul Muhammad
                     Pertama. Dalam Qur’an, perjalanan ke Sidrotil Muntaha hanya melalui isro’, tetapi para agamawan-ulama Islam menambahnya dengan mi’roj. Pertanyaan saya, apa perbedaan isro’ dengan mi’roj?.
                      Kedua. Soal Annuur ayat 2 dan 4 yang oleh agamawan-ulama Islam ditafsirkan sebagai hukuman dera bagi pezina, yaitu hukum cambuk seperti yang sekarang diterapkan di Aceh. Tetapi Anda menafsirkan Annuur 2-4 itu sebagai proses penciptaan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga terjadi ledakan besar supernova. Apakah hukum penciptaan itu mengamanatkan hukuman dera cambuk?”.


Jawaban untuk Mahmud

Sandie: “Pertama. Dalam Qur’an, isro’ adalah perjalanan menembus langit dalam kecepatan kilat (bark) atau kecepatan cahaya (300.000 km/detik) dari masjid harom (alam akal suci) ke masjid aqsho (alam akal pemimpin) atau alam kecepatan cahaya (dimensi ruang lembut) tempat tinggal bangsa malaikat. Sedangkan para ulama Islam menafsirkan perjalanan ke Sidrotil Muntaha dari cerita hadits melalui dua tahap. Isro’ ditafsirkan sebagai perjalanan dari masjid harom di Mekah ke masjid aqsho di Palestina, dan mi’roj adalah perjalanan naik ke langit ke-7 (sidrotil muntaha). Padahal waktu Nabi Muhammad melakukan isro’ (sebelum hijrah dan jadi pemimpin di Madinah), masjid aqsho di Palestina belum ada, karena masjid tersebut didirikan penganut agama Islam setelah kekholifahan Madinah dirubah jadi kesultanan (kerajaan) oleh penganut agama Islam Mekah penyembah Ka’bah. Artinya, cerita isro’-mi’roj adalah dongeng bohong khayalan ahli kitab agama Islam Yahudi yang dibuat di masa kesultanan (kekuasaan raja) sekitar 300 tahun setelah Rosul Muhammad wafat, bukan di masa kekholifahan Madinah (yang berakhir setelah Ali bin Abu Tholib dibunuh). Itu bukti amat kuat bahwa hadits dibuat bukan di masa kekholifahan Madinah.
                     Kedua. Para ahli kitab (agamawan-ulama Islam) menafsirkan Annuur dari bunyi tertulis ayat berdasarkan dongeng hadits yang mengimani Qur’an sebagai sabda suci Alloh, sehingga dongeng hukum cambuk bagi pelaku perzinahan itu tidak ada hubungannya samasekali dengan kandungan isi surat Annuur. Karena yang diambilnya arti wantah yang dangkal, agamawan-ulama Islam tidak pernah tahu bahwa yang dimaksud dengan Annuur (cahaya) ialah gaya nuklirkuat (titik p = Hukum Akal) yang menceritakan proses awal kejadian alam rumusan rosulnya sendiri (Rosul Muhammad) 14 abad silam dalam persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood sebagai rumus penciptaan alam semesta.
                     Dari urutan simetri naik surat Alanbiyaa (para nabi = ilmuwan penemu = alam halus), Alhajj (haji = pemimpin = malaikat = rosul = alam lembut), Almu’minuun (orang-orang beriman = bangsa akal sebagai katalisator = alam ruh), dan Annuur (cahaya = tenaga atau enerji E = gaya nuklirkuat = cermin-CPT), sudah amat jelas, Annuur (Yaa = E) itu menceritakan proses evolusi penciptaan alam semesta oleh titik p di ruang P3, dimulai dengan membangun katalisator (bangsa akal = dera 80 kali = ruang ke-80) di alam ruh dan hukum-hukum ruangnya (4 saksi = cermin C-CP-T-P, Annuur 4), dengan yang kelima (cermin-CPT = Hukum Akal = titik p) sebagai pemutus perkara pada ruang ke-100 (dera 100 kali, Annuur 2, 7) menghasilkan ledakan besar supernova (awal kelahiran alam semesta).
                     Itu berarti, surat Annuur bukan dimaksudkan untuk hukuman perzinahan seperti yang diberlakukan di Aceh. Sebab ia merupakan proses evolusi penciptaan semesta alam dimulai dari percampuran (perzinahan) tenaga-tambahan (isteri para zathidup = lelaki) yang mengalir dari Sidrotil Muntaha kepada bahan (isteri Alloh = perempuan), menghasilkan pemadatan bahan melalui deraan (percepatan pusingan) terus meningkat. Amanat dari proses itu bukan hukuman dera cambuk tetapi kewajiban puasa (membunuh-mengosongkan-membuang nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad). Dengan demikian jelas sekali, surat Annuur (= cahaya, enerji) bukan untuk arti wantah. Itu dapat dibuktikan oleh hadirnya Sidrotil Muntaha (titik p pada ruang P3 seperti dirumuskan aksioma Hausdorff = Annuur 35) yang jadi pusat alam.
                     Dengan kata lain, jika surat Annuur dibuka tafsirnya dengan menggunakan sunnah Muhammad (pola qisos disiplin ilmu), maka sejak 14 abad silam umat Islam akan sudah mengetahui lengkap bagaimana alam semesta diciptakan Alloh dari jasadnya sendiri dalam hukum evolusi dari awal hingga terbentuk dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut (masjid-masjid)(Annuur 36), dan terus berevolusi hingga nasib akhirnya.


Ditafsirkan oleh S. Anwar Effendie CS67