Senin, 28 Maret 2011

ROSUL MUHAMMAD MELARANG MENGIMANI HADITS

Kekeliruan para agamawan-ulama-pendeta-rahib mempercayai Taurat,-Zabur-Injil-Qur’an sebagai kitab suci (kitab sabda suci Alloh) yang memiliki kebenaran mutlak menurut bunyi tertulis ayat-ayatnya. Itu bertentangan dengan, Asyuro 51 yang menerangkan bahwa Alloh tidak berkata-kata dengan manusia, melainkan dengan perantaraan wahyu (ilham akal) atau dibalik tabir (alam peragaan = alamraya) atau melalui utusan. Sekaligus ayat itu menyiratkan bahwa, Taurat, Zabur, Injil, Qur’an adalah murni karya Rosul pembawanya  sendiri, hasil ilham dari Alloh, lalu diilhamkan kepada manusia sebagai petunjuk jalan lurus.
Kalau Qur’an hanya menyebutkan 4 kitab, bukan berati para Rosul lainnya tidak mempunyai karya tulis, tetapi ada alasan lain. 4 kitab yang disebutkan adalah yang paling memenuhi kelengkapan syarat dimensi (seperti yang dirumuskan Paul Dirac  x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas)  atau “peralihan 3 dimensi ruang menghasilkan 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3 dimensi. Taurat = kitab petunjuk ilmu, Zabur = kitab panduan teknologi, Injil = kitab petunjuk hukum, dan Qur’an = kitab petunjuk kosmologi, sebagai bayangan cermin yang mengisi 3 kitab pendahulunya.
Dengan kata lain, peralihan ilmu-teknologi-hukum menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi. Artinya dalam pola simetri, 4-kitab petunjuk itu membangun simetri tingkat delta atau pasangan akhir. Taurat (delta-nol), Zabur (delta-plus), Injil (delta-minus), dan Qur’an adalah bayangan cermin (delta-dua-plus) sebagai kitab petunjuk yang isinya mencakup Injil-Zabur-Taurat dengan moral akal pengasih penyayang (bismillaahir rohmaanir rohiim), sehingga menjadi ajaran yang penuh damai.
Jadi, kalau sekarang agama terpecah-pecah, karena yang diimaninya bukan kitab-kitab tersebut, tetapi justru keluarannya. Pengikut Rosul Musa dan Rosul Daud, mengimani exodus, pengikut Rosul Isa mengimani bibble, dan pengikut Rosul Muhammad mengimani hadist. Akibatnya semua agama mengimani Tuhan yang berbeda (walaupun namanya sama). Bahkan dalam satu agama pun terpech-pecah pula. Sebagai contoh, dalam agama Islam yang merupakan mayoritas Penduduk negeri ini, ada banyak aliran, seperti NU, Muhammadyah, Persis, Naksabandyah dan lainnya. Itu karena perbedaan pemahaman/penggunaan hadist yang di percayainya. Padahal kalau Qur’an yang diimani sebagai kitab petunjuk Rosul, maka Islam adalah satu peradaban yang membawa kepada ketuhanan yang satu.
Kalau anda membaca keterangan dalam pengantar Qur’an terjemahan Depag RI halaman 114 di sana tertulis : Pada mulanya hadits tidak dikumpulkan seperti al-Qur’aanul Karim, karena banyak ucapan-ucapan Rosululloh yang maksudnya melarang membukukan hadits. Larangan itu antara lain tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Said Al-Qhudri yang berkata : “Bersabda Rosululloh s,a,w : Jangan kamu tuliskan ucapan-ucapanku , Siapa yang menuliskan ucapanku selain Al-Qur’aan, hendaklah dihapuskan, dan kamu boleh meriwayatkan perkataan-perkataan ini. Siapa yang dengan sengaja berdusta terhadapku, maka tempatnya adalah neraka.
Dari keterangan di atas, Rosul Muhammad menyuruh menghapus hadits. Alasannya jelas hadits itu bukan penjabaran Rosul Muhammad dari Qur’an atas petunjuk Alloh langsung, melainkan penjabaran para akhli kitab (ulama-politisi Arab-Yahudi) karena meyakini Qur’an sebagai kitab suci sabda Alloh. Padahal pada Alhaaqqoh 40-42 Rosul Muhammad sendiri memberitahu bahwa : Sesungguhnya Qur’an itu perkataan Rosul yang mulia, bukan perkataan penyair dan bukan perkataan tukang sihir,     (tetapi puisi alam sebagai petunjuk akar ilmu penciptaan atau kosmologi --ilmu asal kejadian segala sesuatu--).
Kenyataannya para ahli kitab di Mekah tetap menolak Qur’an karena mereka hanya mau menerima jika Qur’an sebagai sabda  suci Alloh. Para ahli kitab Yahudi mengkotakpandorakan Taurot, dan mengganti dengan kitab keluarannya yang disebut Exodus, mereka juga mengkotakpandorakan Injil, dan mengganti dengan kitab perjanjiannya yang disebut Bibble. Karena itu untuk menjaga kelestarian Qur’an agar tidak disembunyikan, Rosul Muhammad menjelang wafatnya telah menyampaikan dua amanat : 1. Kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, selama berpegang pada dua pusaka, yaitu Alqur’an dan sunahku (hukum qisos disiplin ilmu = hukum sebab akibat); 2. Jangan menuliskan sesuatu yang lain dari aku kecuali Qur’an.
Tetapi ternyata Muawiyyah dan Abasiyyah telah memanfaatkan penolakan para ahli kitab terhadap Qur’an untuk kepentingan politiknya. Dalam menjalankan langkah-langkah politiknya  untuk mendapat dukungan massa Muawiyyah dan Abasiyyah dengan cara memanipulasi kebenaran, mereka saling mendukung dalam mengubah status Qur’an sebagai karya Rosul Muhammad menjadi sabda Alloh (kitab dari langit). Lalu mereka mengarang ribuan hadits dari ayat-ayat Qur’an yang mudah dicerna, dan dinyatakan sebagai penjabaran Rosul atas petunjuk Alloh. Mereka mengambil nama para sahabat dekat Rosul yang sudah wafat sebagai para rawinya yang mengkultuskan diri Rosul Muhammad, agar dipercaya. Itulah pengkotakpandoraan Qur’an.
Tidak kepalang tanggung, mereka juga menyusun riwayat hidup Rosul Muhammad sejak lahir. Dan di antara langkah langkah perjuangan Rosul Muhammad diselipkan para wanita yang dikawini seperti kebiasaan pemimpin suku di Mekah sebagai raja-raja kecil beristeri puluhan untuk pemuas syahwat dan ego kelelakiannya. Banyak isteri itu diperlukan untuk bahan hadits, sebab dalam Qur’an banyak ayat yang menyebut isteri nabi. Dengan mengangkat Qur’an menjadi sabda suci Alloh, maka sebutan ‘kamu’ Dari Rosul Muhammad kepada para nabi dan manusia umumnya, otomatis jadi teguran Alloh kepada Rosul Muhammad. Maka Rosul Muhammad menjadi Rosul bebal, bersyahwat maniak, diskriminatif hasil pilih kasih (ketidakadilan) Alloh, karena hadits dinyatakan sebagai sunah Rosul Muhammad.
Tentu saja,  untuk memuluskan tujuannya, politik menghalalkan segala cara. Muawiyyah-Abasiyyah menyanjung Rosul Muhammad setinggi langit, sehingga mendapat dukungan semua ahli kitab dan mayoritas masyarakat. Akhirnya system kekholifahan Madinah kalah pamor. Sejak saat itu peradaban Islam berubah bentuk menjadi agama Islam dengan system pemerintahan Monarki (kerajaan), dan para ahli kitab (yang doyan poligami) dijadikan penasihat raja. Dengan demikian, lengkaplah impian lelaki dengan haremnya.
Hadits penghinaan terhadap Rosul Muhammad
Kalau kita melihat produk jadi hadist yang diimani para ulama Islam sekarang, sebenarnya merupakan penghianatan terhadap Rosulnya. Betapa tidak, hadits yang merupakan hasil karya para ahli kitab Arab-Yahudi telah melecehkan Muhammad sebagai rosul bebal bersyahwat maniak yang diskriminatif. Padahal semua rosul yang diangkat oleh Tuhan (Hukum) adalah manusia-manusia teladan bagi seluruh manusia di jamanny, karena sudah membuang ‘rasa’(syahwat, angkara, pamrih, ambisi). Rosul itu orang bermoral luhur, sehingga mampu menemukan amanah-amanah Alloh langsung dari ufuk alam fana.
Banyak contoh hadist yang nyata-nyata merupakan penghinaan terhadap Rosulnya, tetapi para ulama Islam langsung mengimaninya tanpa koreksi, hal itu terjadi karena mereka telah menutup diri terhadap akal dengan keimanan taklidnya            (hadits), yang kemudian diturunkan pula pada pengikut-pengikutnya sampai sekarang. Demikian banyak hadits yang menghinakan rosul Muhammad di antaranya : Hadits Isro-Mi’roj misalnya, terlihat jelas bahwa kisah itu hasil rekayasa orang Israil untuk menunjukan kebenaran agama Yahudi yang konon katanya, penganut agama itu dipastikan masuk Syurga, dan Rosul Musa sebagai penentu ritual sholat agama Islam yang direstui Alloh. Semetara Rosul Muhammad tidak lebih dari rosul bebal bersyahwat maniak yang tidak punya pendirian samasekali. Sebab seluruh perjalanan menghadap Alloh untuk menerima tugas kerosulannya dipersiapkan Jibril, dan kewajiban ritual penyembahan agamanya diatur rosul bangsa Israil yang berotak paling cerdas (Rosul Musa).
Karena Alloh mengetahui Rosul Muhammad itu tidak mampu menahan nafsu syahwat         (dongeng hadits menyatakan istri Rosul Muhammad 9 orang, bahkan hadits lain menyatakan 12 orang           ), maka Dia menyuruh Jibril menyediakan burok (wanita bernafsu kuda) untuk dijadikan tunggangan  dalam perjalanan ke Sidrotul Muntaha itu. Dan dengan kata sakti ‘kun fayakun’ Alloh menghapus hukum ruang untuk melancarkan perjalanan calon rosul terkasih-Nya itu.
Karena agama Yahudi dan baitul Makdis (Betlehem = Masjid Aqsho) yang direstui Alloh sebagai kiblat para Rosul berada di Yerusalem, sebelum naik     (mi’roj ) ke Sidrotil Muntaha, Rosul Muhammad diwajibkan mengunjungi kiblat itu dulu dipandu oleh Jibril, sang pelayan Rosul. Lalu dalam perjalanan naik, dari langit ke-1 hingga langit ke-6 dia bertemu dengan para Rosul pendahulunya      (yang telah wafat) untuk memperoleh informasi tentang tugas kerosulannya.
Informasi paling penting adalah dari langit ke-6, karena Muhammad ingin penganut ajarannya (Agama Islam) jadi penghuni syurga seperti penganut Agama Yahudi. Maka         Rosul Musa berpesan, jika telah bertemu Alloh dan menerima perintahnya, Muhammad harus menemui dirinya lagi untuk mempertimbangkan perintah itu. Ketika menerima perintah menyembah Alloh 50 kali sehari-semalam, tentu saja Rosul Musa menyatakan terlalu berat, Maka Rosul Musa menyuruh Muhammad rekes untuk minta keringanan. Sampai 9 kali Muhammad harus bolak-balik atas suruhan Rosul Musa. Dengan demikian hadits ini menggambarkan bahwa Rosul Muhammad tidak lebih dari orang bodoh yang ktidak berkemampuan.
Sementara buku yang ditulis oleh Dr. Madjid Ali Khan yang berjudul “Muhammad saw,  Rosul terakhir“ Penerbit Pustaka Bandung terjemahan dari “Muhammad The Final Messenger“. Menyebutkan pada bulan yang bersamaan dengan wafatnya Khodijah, Muhammad menikahi Saudah lalu dengan Aisyah (Syawal 620 M). Isro Mi’raj-terjadi tahun 621 M. Hijrah ke Yatsrib tahun 622 M. Menikahi Zainab binti Khuzaimah tahun 625 M. Menikahi Umu Salmah tahun 626 M. Menikahi Juwariah tahun 627 M. Menikahi Zainab binti Yahsy tahun 627 M. Menikahi Syofiah tahun 628 M. Menikahi. Berumah tangga (kumpul kebo) dengan Ummu Habibah tahun 628 M. Menikahi Maemunah tahun 629 M. Rosul Muhammad wafat tahun 632 M            (jumlah isteri 11 dengan Khodijah). Walhasil setelah jadi Rosul, menikah hamper tiap tahun.
Dalam riwayat perkawinan itu tidak tercantum Maria Qibtiah yang melahirkan Ibrohim         (628 M) dari Muhammad. Sebab Maria hanya sahaya milik Muhammad (pasti dijabarkan dari Annisaa’ 3). Dengan Ummu Habibah disebut kumpul kebo, karena yang melakukan pernikahannya Raja Negus (kawin politik), baru diserahkan kepada Rosul Muhammad. Artinya menurut moral, percampuran Rosul Muhammad dengan 2 wanita itu adalah perzinahan. Naudubillahi min dzalik, suatu fitnah yang keji.
Masih banyak cerita prilaku tidak genah para isteri Rosul Muhammad dalam hadits, namun ironisnya para ulama mengimaninya. Bahkan buku Ali Khan ini dipuji para ulama sebagai buku yang hebat, dan pada awal pengantarnya dikatakan sebagai buku pemenang sayembara internasional tahun 1978 di Mekah dengan jurinya para Sheik jumhur. Tidak heran jika citra Rosul Muhammad menjadi buruk di dalam pandangan agama lain, bahkan orang Islam pun, jika berfikir netral, maka prilaku yang digambarkan dalam hadits itu adalah prilaku yang bertentangan dengan moral.             Pertanyaannya, patutkah kita sebagai orang Islam mempercayai hadits sebagai sunah rosul ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar