Al-Baqoroh 28-32
Tafsir
2a. Komponen Akal dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir rohmaanir rohiim = Dengan nama Alloh
yang Pengasih-Penyayang
Ayat 28. Alloh adalah Akal dan Tuhan Alloh
adalah Hukum Akal. Karena itu Muhammad bertanya kepada manusia penganut kebenaran
agama dan politik penolak kebenaran akal: ‘Mengapa kamu penganut agama
penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan rasa dan penganut politik melakukan
tipudaya kesepakatan yang memuaskan jasad, sehingga jadi kafir dan munafik kepada
Akal? Padahal menurut pengetahuan kamu sendiri, tadinya kamu mati, lalu Alloh melalui
bangsa akal yang diciptakan sebagai katalisator menghidupkan kamu, membangun
jasad kamu, dan memproses perilaku-perbuatan kamu atas pilihan hasrat rasa-jasadmu
sendiri.
Karena memakan makanan-minuman dan perbuatan
yang merusak jasad, kemudian kamu dimatikan oleh racun-penyakit dari makanan-minuman
dan langkah perbuatan kamu sendiri. Tetapi pada seretan kiamat jasad kamu yang
mati menumbuk cermin-P, sehingga akal yang jadi roh (katalisator) kamu bersatu
lagi dengan jasadmu (Takwir 7), dan jasad kamu dihidupkan-dibangun kembali
olehnya. Kemudian pada akhir kiamat kamu akan dikembalikan kepada Hukum Akal
(cermin-CPT) sebagai pemutus perkara.
Ayat 29. Melalui bangsa akal sebagai
katalisator itulah Dia (Alloh) menciptakan
(menjadikan) segala benda-peristiwa yang ada di alam wujud (Bumi) untuk dimanfaatkan
oleh kamu makhluk otak tinggi. Dimulai dengan merencanakan (berkehendak)
penciptaan ruang (langit) sebagai wadah bagi segala benda-peristiwa
pengisinya, dengan menggunakan rumus persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood
(x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas), berlangsunglah proses evolusi
penciptaan 3-dimensi ruang semesta, yaitu 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo),
3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood), dan 1-ruang bayangan cermin
dalam kesatuan khusus 3-dimensi (alif-laam-miim).
Dengan demikian dalam
penciptaan itu terbentuk tujuh dimensi ruang (langit), yaitu 3-dimensi
ruang lembut-halus-kasar Fana (P1), 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar Syurga
(P2), dan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi
hukum-akal-rasa (P3) seperti rumusan aksioma kedua ruang Haussdorff. Karena
rencana penciptaan dilakukan dengan rumus persamaan matematika dan berlangsung
dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung, tentu saja Dia
mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya.
Ayat 30. Ini adalah peringatan utama bagi
manusia (ingat). Peringatan dimulai ketika bangsa malaikat di alam lembut
Syurga mengamati kehidupan orang Neanderthal (manusia) di muka Bumi
melalui kemanunggalan telanjang (naked singularity) seperti rumusan sensor
langit Roger Penrose. Mereka menyaksikan orang Neanderthal hidup
berkelompok-kelompok di tiap benua Bumi membangun kekuasaan diri. Kekuasaan
diperebutkan para anggota kelompoknya dengan menghalalkan segala cara, saling
jegal-fitnah-bunuh. Ketika satu kelompok bertemu dengan kelompok lain terjadi
peperangan, yang kalah jadi taklukan menyembah dan memberi upeti kepada yang menang.
Dari hasil pengamatan itu
diperoleh simpulan. Ternyata Tuhan (Hukum) kamu semua makhluk otak
tinggi telah mengamanatkan putusan kepada bangsa malaikat: ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan manusia sebagai kholifah di muka Bumi (alam Fana)’. Amanat
hasil tangkapan bangsa malaikat itu telah memunculkan protes di lingkungan
mereka kepada Hukum (Tuhan): ‘Wahai Tuhan kami! Mengapa Engkau hendak
menjadikan pemimpin di muka Bumi (alam Fana) itu justru makhluk yang
suka membuat kerusakan padanya dan selalu menumpahkan darah? Bukankah menurut
watak Engkau, pemimpin itu seharusnya kaum moralis seperti kami yang selalu
bertasbih memuji watak pengasih-penyayang Engkau dan menyucikan Engkau dari ketidakadilan,
bukan yang berwatak biadab seperti manusia?’.
Tuhan (Hukum)
mengilhamkan jawaban: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui yang tersembunyi dibalik
kebiadaban manusia itu, tetapi kamu tidak mengetahui. Karena itu jika kamu
bangsa malaikat ingin tahu kelebihan yang tersembunyi pada manusia, kamu harus menantang
mereka untuk melakukan pertandingan ilmu. Dengan demikian kepemimpinan akan ditentukan
oleh keunggulan ilmu, bukan oleh hukum agama dan politik. Bukankah di
Syurga ini juga ada bangsa manusia yang disebut Adam dan Hawa?”.
Ayat 31. Karena Adam itu punya otak
tinggi, Dia (Hukum Akal = Tuhan Alloh) telah mengajarkan (mengajar
melalui alam peragaan) kepada Adam untuk memberi nama-nama seluruh benda yang
dilihatnya di alam Syurga. Cara Adam mempelajari alam dan memberi nama-nama
benda alam itu dapat disaksikan bangsa malaikat sendiri melalui peragaan
gerak-geriknya kepada Hawa yang mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian Hukum mengemukakan
permintaan kepada para malaikat dalam bentuk ilham: ‘Sekarang sebutkan kepadaku
nama benda-benda yang diceritakan Adam kepada Hawa itu jika kamu memang
orang-orang yang bisa menilai dengan benar’.
Ayat 32. Mereka semua bangsa malaikat menggelengkan
kepala dan mengemukakan jawaban: ‘Mahasuci engkau dari sifat ketidakadilan. Kami
tidak tahu apa yang diceritakan Adam kepada Hawa tentang semua benda yang
ditunjuknya, dan disetujui Hawa dengan anggukkan kepalanya. Tidak ada yang kami
ketahui tentang pengetahuan Adam itu selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami, yaitu gerak-gerak Adam dan Hawa dalam memberi nama-nama seluruh
benda. Sesungguhnya engkau mengetahui segala sesuatu dan bijaksana dalam
membuat putusan’.
Tanggapan
Ma’mun: “Pertama. Pada surat Alfatihah ada pertanyan terlewat dan tidak
ditanyakan anggota kelompok diskusi yang lain. Para ulama agama Islam
menyatakan, surat Albaroah atau oleh para ulama agama Islam disebut juga
Attaubah, tidak diawali bismillah tanpa memberi alasan ilmunya. Tetapi kalau
bismillah itu moral, mestinya setiap surat Qur’an mutlak harus memiliki
bismillah. Bagaimana alasan Anda?
Kedua. Pada Albaqoroh dan tafsir
2a (Albaqoroh 29) Anda menyebutkan ledakan besar supernova di awal penciptaan menghasilkan aksioma kedua
ruang Haussdorff, yaitu: alam syurga
(P2, alif-laam-shood), alam fana (P1,
alif-laam-roo), dan alam ruh (P3,
alif-laam-miim). Pada tafsir 1a
(albaqoroh 01-05) Anda menyatakan, akibat seretan kiamat mengubah alam syurga
jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana jadi alif-laam-miim-roo. Artinya, baik
alam syurga maupun alam fana sama-sama masuk kembali ke lubang bekas
meloncatnya di alam ruh. Bagaimana Anda menjelaskannya?”..
Anda T.S.: Pertama. Pada tafsir 1b
(Albaqoroh 10) Anda menyatakan, Tuhan Alloh adalah hukum qisos (hukum pembalasan seimbang), dan para ulama agama Islam
menyatakan hukum qisos adalah hukum mati bagi pembunuh. Ketika saya buka
Albaqoroh 178 ditemukan kejanggalan, yang jika mengikuti tafsir ulama, hukum akan
menjadi kacau. Bukankah tafsir
ulama itu sama dengan mengkhayalkan ucapan Adam kepada Hawa melalui
gerak-geriknya (Albaqoroh 32)? Padahal bangsa malaikat sendiri tidak berani
mengkhayalkan kata-kata Adam. Sebab jika orang merdeka membunuh sahaya atau
seorang suami membunuh perempuan, maka yang akan mendapat hukuman bukan
pembunuhnya, tetapi sahaya dari orang merdeka dan isteri dari si suami
pembunuh. Karena itu saya minta Anda menjelaskan maksud ayat tersebut.
Kedua. Dari penjelasan Anda tentang layar TV di ufuk peristiwa yang
terlihat dari ruang lembut syurga (Albaqoroh 30) dan dari ruang lembut fana
(Annajm 15), saya menangkap geometri alam semesta adalah ruang bundar dan
alamfana adalah ruang lonjong. dilihat
dari angka ayatnya: Albaqoroh ayat 30 menunjukkan ruang bundar dan Annajm ayat
15 menunjukkan ruang lonjong. Bagaimana menurut pendapat Anda?”.
Rahmat: “Pertama. Pada tafsir 1c dijelaskan. Ruang bayangan cermin dari
Albaqoroh 1-15 bukan hanya Albaqoroh 16-20 (rasa dan akal) tetapi juga
Albaqoroh 21-27 (hukum). Bagaimana Anda menjelaskannya?.
Kedua. Dari tafsir 1e saya baru mengerti mengapa misi semua rosul
selalu gagal dan mendapat perlawanan dari masyarakat. Sebab semua rosul tampil
di lingkungan masyarakat agamis yang para pemimpinnya menganut kebenaran
politik (hukum kesepakatan). Dengan berpegang pada rumusan The Theory of
Truth, dalam memberi peringatan nampaknya semua rosul menyatakan
agamawan-politisi bukan orang-orang beriman meski mulut mereka tidak pernah
berhenti menyanjung-puja Alloh, tetapi orang-orang kafir dan munafik, sehingga
mereka menggerakkan massa pengikutnya untuk memusuhi rosul. Apa pendapat saya
tidak salah?
Jawaban
Sandie: “Jawaban untuk Ma’mun. Pertama. Albaroah artinya kebebasan,
menceritakan bahwa Alloh melalui Tuhan Alloh (Hukum Akal atau gaya
nuklirkuat) membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan
nasibnya. Kalau ulama mengubah Albaroah jadi Attaubah, itu menunjukkan bahwa
mereka tidak mempercayai Alloh membebaskan makhluk menentukan nasib sendiri. Sebab
menurut keyakinan mereka, Alloh menentukan segalanya. Padahal landasan
Albaroah adalah gaya nuklirkuat. Yang memberi kebebasan makhluk adalah moral
pengasih-penyayang Alloh. Karena itu di awal Albaroah mutlak harus
dicantumkan bismillaahir rohmaanir rohim. Kalau dinyatakan tidak ada, pasti
penyusun pertama Qur’an yang jadi acuan ulama itu kelupaan. Atau bisa jadi
juga, penyusunnya (ulama awal) sengaja menghapus untuk menyesatkan
keimanan.
Kedua. Gaya nuklirkuat membebaskan makhluk memilih langkah hidup
sendiri. Bertolak dari ayat yang menyatakan, ketika dua pasukan bertemu,
pasukan kafir melihat seolah kekuatan pasukan mu’min itu dua kali lipat
jumlahnya. Yang diungkapkan ayat itu adalah proses kiamat. Alam semesta terdiri
dari 3-dimensi ruang, yaitu alam ruh (1/3), alam syurga (1/3), dan alam fana
(1/3). Pasukan kafir adalah alam fana, sedangkan di alam baka ada dua alam: alam
ruh dan alam syurga (= 2/3). Ketika alamfana diseret pada hari kiamat, kekuatan
2-didalam menarik kekuatan 1-diluar. Perlawanan alamfana menyeret pertahanan
alam syurga, sehingga dua alam wujud itu masuk kembali ke lubang bekas
meloncatnya masing-masing di alam ruh
(alif-alaam-miim). Maka alam syurga jadi alif-laam-miim-shood dan alam fana
jadi alif-laam-miim-roo.
Jawaban untuk Anda T.S. Pertama.
Kita cantumkan dulu ayatnya: ‘Hai orang-orang beriman! Diwajibkan atasmu qisos
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka,
sahaya dengan sahaya, dan wanita dengan wanita. Siapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah membayar kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik. Demikian itu
suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Siapa yang melampaui batas
sesudah itu, baginya siksa yang amat pedih’.
Hukum qisos adalah hukum
pasangan saling mengekalkan atau hukum pembalasan seimbang. Pembunuhan hanya
contoh kasus. Karena saling mengekalkan, hukuman yang diterapkan bukan hukum
mati bagi pembunuh, tetapi menyeimbangkan hukuman dengan usia si korban,
acuannya usia rata-rata manusia. Misalkan usia rata-rata manusia 100 tahun.
Bila yang dibunuh berusia 40 tahun, maka si pembunuh harus dihukum kurungan 100
- 40 = 60 tahun. Karena dikurung (dipenjara) sama dengan lenyap dari
peredaran selama sisa usia yang belum dijalani si korban.
Ayat selanjutnya
menceritakan keringanan atau pembebasan hukuman sebagai berkah (rohmat)
dari Tuhan (Hukum). Kalau si pembunuh ingin mendapat keringanan atau
bebas dari hukuman, dia harus minta persetujuan dari keluarga (saudara)
si korban. Pemberian maaf harus ditukar dengan membayar ganti nyawa kepada
keluarga si korban. Perhitungannya didasarkan pada penghasilan (kalau
bekerja) atau pengeluaran si korban. Pengeluaran perhari orang merdeka beda
dari sahaya, pengeluaran lelaki beda dari perempuan. Bila pengeluaran perhari
si korban Rp. 10.000, jika si pembunuh menyerahkan uang ganti nyawa Rp.
36.500.000,- maka dia mendapat keringanan 10 tahun. Jika ingin bebas dari
kurungan, maka si pembunuh harus membayar 365 x 60 x 10.000. Uang ganti nyawa
ini harus diberikan kepada keluarga (saudara) si korban.
Kedua. Jawaban Anda memang benar. Sebab pada hal-hal yang prinsip,
angka ayat-ayat Qur’an selalu berkaitan dengan landasan ilmunya. Contoh,
Alisroo 78 menjelaskan dimensi ruang ke 78 atau alam rasa di langit ke tujuh dalam
kesatuan khusus 3-dimensi rasa-akal-hukum. Karena itu Albaqoroh 30 merupakan
ruang antipode dari Annajm 15. Dengan demikian, alam fana (15) adalah ruang
lonjong yang berpasangan dengan alam syurga, sehingga menjadi ruang bundar
(30).
Jawaban untuk Rahmat. Pertama. Semua benda (termasuk jasad
manusia) memiliki ruang yang dibangun hukum (cermin C-CP-T-P) ke dalam
dimensi-dimensi. Hati adalah ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus
3-dimensi rasa-akal-hukum. Tetapi tiga dimensi ruang itu permukaannya dari qoof
(cermin-P) hingga kaaf (cermin-C) diisi oleh rasa (daging hati).
Dibalik kaaf dalam bentuk ruang kosongnya diisi oleh bangsa akal sebagai
katalisator hingga Haa (cermin-T). Sedangkan cermin-CPT (Hukum
Akal) adalah yaa sebagai pembalikan dari ruang akal, sehingga berada
diluar alam rasa-akal (hati dan ruangnya). Artinya, alam Alloh itu
dinding tenaga di balik atau di luar alam makhluk (bangsa akal dan
rasa). Karena itu Albaqoroh 21-27 di luar Albaqoroh 17-20.
Ketika makhluk berniat
melakukan sesuatu, niat itu menumbuk dinding hati (cermin-P). Bila
niatnya dusta-buruk-salah-jahat-takadil, akal memantulkan peringatan agar
mengurungkan niat itu. Tetapi bila peringatannya tidak digubris, akal tetap
memproses niat tersebut sesuai dengan yang dihasrati rasa-jasad. Bila niat itu
sudah tidak mampu menumbuk dinding hati, akal tidak akan memproses, yang
menyatakan rasa-jasad itu sudah mati (jasad makhluk itu sudah mati rasa).
Selama rasa jasadnya masih mampu menumbuk akal, akalnya akan tetap memproses
niat jasad sesuai dengan janji fitrohnya (Alisroo 78). Artinya,
anggapan semua agamawan yang menyatakan Alloh menghidupkan dan mematikan adalah
tidak benar. Kematian dan nasib akhir makhluk ditentukan oleh pilihan
langkah makhluk sendiri.
Rosul Muhammad menyusun
Qur’an dalam pola qisos (pasangan saling mengekalkan) antara kholik dan
makhluk, antara akal dan rasa, lelaki dan perempuan, bumi dan langit, siang dan
malam, dan seterusnya. Semua pasangan itu memiliki sifat berlawanan. Artinya,
kalau Alloh pengasih-penyayang-penyantun-pengampun-bijaksana, maka yang peminta-pembenci-pemurka-pengutuk-pengazab
adalah pasangannya. Kalau Alloh yang menghidupkan, mustahil akan mematikan lagi
yang dihidupkannya. Kalau Alloh menciptakan syurga (alam kebahagiaan),
mustahil akan menciptakan neraka (alam penyiksaan). Dengan kata lain, mustahil
Alloh akan memiliki segala watak buruk. Sebab sejak awal penciptaan, Alloh
telah membuang rasa-jasadnya dan telah menyerahkan kekuasaan atas alam
ciptaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga dia tidak ikut campur lagi
urusan makhluk.
Kalau pada Yunus 100 dikatakan, Alloh
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak menggunakan akalnya,
kemurkaan itu bukan dilakukan Alloh, tetapi ditimpakan dirinya sendiri karena tidak
mau menggunakan akal, sehingga daya pikirnya jadi setingkat keledai dungu.
Kedua.
Pendapat Anda benar. Contohnya Rosul Muhammad tampil dilingkungan masyarakat agamis
Mekah penyembah Ka’bah. Para pemimpin suku-sukunya menganut kebenaran politik.
Dalam hadits, Rosul Muhammad dimusuhi masyarakat tanpa alasan yang jelas.
Mereka menyatakan ketika Rosul sedang melakukan ritual sholat di Masjid Harom,
tubuhnya dilumuri kotoran, tetapi karena khusunya sholat, rosul tidak
merasakan. Padahal dengan merumuskan The Theory of Truth di awal Albaqoroh,
mustahil Rosul Muhammad akan melakukan ritual menyembah Ka’bah, karena dia
sendiri menyatakan penyembahan terhadap ka’bah itu perbuatan kafir menyembah
mayat (Albaqoroh 173).
Artinya, kalau Rosul Muhammad dimusuhi
semua pemimpin suku di Mekah, alasannya pasti karena dia menyatakan kepercayaan
agama menyembah Ka’bah itu bukan beriman tetapi kafir dan penganutan kebenaran
politik para pemimpin suku adalah munafik.
Ditafsirkan
oleh S. Anwar Effendie CS67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar