Rabu, 20 April 2011

SEMUA ROSUL MENGAJARKAN PERADABAN ISLAM

Tafsir permukaan Surat Yunus ayat 19 menyatakan : Dan pada awal peradaban hasil binaan para rosul (dahulunya) manusia itu hanya satu bangsa (yang beriman kepada Tuhan Esa). Lalu (setelah rosulnya wafat) mereka berselisih (hingga berpecahan jadi agama-agama dan aliran-aliran agama, karena kebanyakannya menganut kebenaran pragmatis dan konsistensi). Dan kalau saja tidak ada aturan hukum (perkataan) yang telah berlaku (ada) dari Tuhanmu sejak awal penciptaan (dahulu), pasti di antara mereka telah (lama) diberi putusan (siapa salah siapa benar) atas apa yang mereka perselisihkan itu. Dari teori ilmu diketahui bahwa Hukum Alloh telah ditetapkan sejak awal penciptaan dan tidak ada perubahan, sehingga putusan siapa benar siapa salah hanya akan dilakukan pada hari kiamat, bukan di alam kubur apalagi diadzab langsung waktu hidup. Ayat ini menolak kepercayaan agama-agama yang menyatakan bahwa Pencipta selalu mencampuri urusan makhluk dan menghukum makhluk kapan saja Dia mau. Dan para pemimpin semua agama beranggapan bahwa agamanya adalah yang paling benar. Mereka pun mengkultuskan rosulnya masing-masing tanpa ada parameter yang pasti, sehingga sepanjang jaman terjadi permusuhan antara agama karena saling mengkafirkan. Karena Islam adalah selamat, maka para agamawan islam pun beranggapan hanya agamanya yang direstui Alloh. Tetapi faktanya dalam agama islam pun terpecah-pecah pula. Yang jadi pertanyaan, mungkinkah agama yang direstui-Nya akan dibiarkan berpecahan, dan moral penganutnya lebih bobrok dari penganut agama lain. Sebagai bukti bahwa mayoritas bangsa Indonesia pengantut agama Islam, tetapi korupsi merajalela di segala lapisan dan hukumnya amburadul. Padahal peradaban Islam adalah satu-satunya yang diridhoi Alloh. Itu petunjuk jelas, terjadinya perpecahan dalam agama Islam disebabkan penganutan ayat-ayat hadits yang berlainan, bukan karena Qur’an. Artinya, Qur’an adalah sebagai penyatu aliran-aliran ke dalam satu wadah peradaban bernama Islam. Lalu mereka berpecahan karena menganut kebenaran hadits. Mulanya hanya 4 aliran berdasar madzhab hadits sebagai kebenaran yang disepakati (politik) para ulama. Perpecahan semakin banyak ketika sebagian agamawan merasa tidak cocok (tidak memuaskan perasaan) dengan aliran yang telah ada. Padahal para agamawan menyatakan Qur’an petunjuk ilmu, dengan kata lain , kebenaran hakiki (yang hak) Alloh menurut Qur’an adalah ilmu. Karena Alloh itu Akal dan hukumnya adalah Hukum Akal yang tidak menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal, maka alam dan segenap isinya diciptakan dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari sebab ke akibat. Maksudnya jelas, jika akal manusia menjejaki mundur penciptanya, akan tahu siapa dirinya, dia akan tahu bagamana terjadinya, dari bahan apa dibuatnya, dan hukum apa yang diterapkannya. Bila dijejaki maju, akal manusia akan tahu bagaimana nasib akhirnya bila tidak mematuhi hukum itu. Dengan demikian jelaslah, keimanan agama menurut Qur’an, adalah bathil, karena yang dianutnya bukan hukum akal yang ditetapkan Alloh, tetapi hukum rasa anutan pemuas jasad yang mendidik manusia jadi makhluk egois-diskriminatif-materialistik. Maka dalam Baqoroh 42 Rosul Muhammad melarang manusia membaurkan yang hak (ilmu) dengan yang bathil (sihir/mukjijat ajaran hadits). Dampak dibaurkannya pendidikan ilmu dan agama, akan membuat anak didik malas berfikir berat. Sebab doktrin agama menyatakan, masuk akal tidak masuk akal kebenaran Alloh harus diterima dengan penuh keimanan. Hasilnya masyarakat bodoh, karena mereka lebih takut pada ancaman agama ketimbang mencari ilmu. Apalagi agamawan selalu menyatakan, jangan membongkar-bongkar rahasia alam seperti para ilmuwan yang hendak menyaingi Alloh. Itulah dampak dari mengimani hadits, yang diajarkan para ulama sepanjang jaman(mengimani hadits = menutup akal, padahal akal adalah tali Alloh). Karena manusia lebih percaya kepada para agamawan ketimbang kepada para ilmuwan. Maka setelah hadits diajarkan para agamawan (150-250) tahun setelah Rosul Muhammad wafat. Maka budaya mencari ilmu di dunia Islam sedikit demi sedikit memudar. Belakangan ini tidak sedikit orang yang beragama Islam melarang memperdalam sains (ilmu), karena konon sains bertentangan dengan agama. Akhirnya, penemuan-penemuan ilmu belakangan ini menjadi milik dunia barat. Padahal di awal peradaban Islam, penemuan ilmu di dominasi oleh orang-orang Isalam (sebalum mengimani hadits). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, mengapa mutu-moral pendidikan di Indonesia terus merosot. Sebab dalam kurikulum sekolah, mentri pendidikan telah mengganti mata pelajaran budipekerti (moral pengasih-penyayang) dengan agama, sehingga terjadi pembauran ilmu dengan doktrin exodus-bibble-hadits. Dalam kamus John M. Echols dan Hassan Shadily begitu jelas menyatakan freethinker (pemikir bebas) adalah orang yang tidak mempercayai ajaran agama, sebab agama adalah pemecah-belah peradaban manusia dan penghambat kebebasan berfikir akal. Padahal Qur’an mengajarkan manusia untuk menggunakan akal, karena jika tidak menggunakan akal apa bedanya dengan hewan. Artinya agama tidak menganut hukum Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar