Albaqoroh
49-50
Tafsir 2e. Komponen Hukum dari Dimensi Pengetahuan
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = dengan nama Alloh yang Pengasih-Penyayang
Ayat 49. Dari latarbelakang (ayat 28-32)
diperoleh keterangan. Hasil pengamatan bangsa malaikat melalui kemanunggalan
telanjang (naked singularity) ufuk syurga menyatakan. Dari perilaku orang
Neanderthal di muka Bumi, nampaknya Tuhan Alloh (Hukum Akal) berencana
mengangkat bangsa manusia sebagai pemimpin di alam Fana. Yang mengherankan,
para pemimpin itu perilakunya brutal-biadab, tukang merusak dan berbunuhan.
Padahal menurut moral malaikat, sesuai dengan watak Pencipta yang
pengasih-penyayang, pemimpin harus pengemban amanah bermoral pengasih-penyayang
dan suci dari nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Kejanggalan perilaku manusia
itu telah menimbulkan kepenasaranan mereka, sehingga bangsa malaikat berencana
melakukan tantangan ilmu kepada manusia untuk mengetahui alasan yang
sebenarnya.
Dari gejala-tampak (ayat
33-37) diperoleh petunjuk. Ketika bangsa malaikat mengutus Jibril menantang
manusia (Adam) yang tinggal di alam kasar syurga, Adam membalasnya dengan
menembus alam malaikat, sehingga mereka tahu, rencana Tuhan mengangkat manusia
sebagai pemimpin karena ketika akalnya digunakan, potensi moral manusia paling
tinggi dari seluruh makhluk ciptaan. Ternyata rencana Tuhan (Hukum) itu
berlaku tanpa paksaan, tetapi atas pilihan makhluk sendiri. Rencana itu terjadi
akibat Adam-Hawa melanggar hukum karena digelincirkan syetan, sehingga mereka
diseret dan dilontarkan Hukum Akal turun ke alam Fana. Itu bukti paling kuat
bahwa Alloh dan Tuhan Alloh (sesuai dengan sifat aneh gaya nuklirkuat)
membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib
dirinya.
Penelitian ilmu (ayat
38-43) memberi data. Rosul Muhammad mengambil contoh perilaku brutal-biadab
manusia melalui bangsa Israil yang punya buku petunjuk ilmu dari Rosul Musa.
Karena kemampuan otak tingginya, ternyata kebanyakan manusia cenderung menolak
kebenaran akal dan memilih dua anutan kebenaran, yaitu kebenaran pragmatis
agama penyembah mayat untuk menghapus dosa yang memuaskan perasaan (pamrih) dan
kebenaran konsistensi politik untuk mengejar kekuasaan-kekayaan yang memuaskan
jasad (ambisi), sehingga di sepanjang zaman petunjuk para rosul dalam
Taurot-Zabur-Injil-Qur’an selalu diputar-balik menurut kebenaran ego pemimpin
agama-politik hasil rekayasa otak para ahli kitabnya (agamawan-politisi
pembuat aturan-uu-hukumnya) dalam Exodus-Tripitaka-Weda-Bibble-Hadits yang
dinyatakan sebagai keluaran-penjabaran para rosul dari
Taurot-Zabur-Injil-Qur’an (sabda suci Alloh) atas petunjuk Alloh langsung.
Simpulan pemimpin (ayat
44-48) menyatakan. Amanat Alloh mengingatkan manusia bahwa akal tinggi adalah
nikmat dirinya, dan nikmat itu dianugerahkan kepada manusia, sehingga Alloh
melebihkan manusia atas segala bangsa penghuni alam kasar (hewan), alam halus
(jin), dan alam lembut (malaikat-setan). Tetapi karena kebenaran akal tinggi
itu ditolak agama-politik, manusia jadi bangsa bodoh-kejam yang
licik-munafik-dengki-serakah-jahat. Soalnya, agamawan-politisi (ahli
kitab, pembuat aturan-uu-hukum) tidak pernah melakukan penelitian terhadap
kebenaran hukum-hukum anutannya, sehingga tidak pernah tahu apa hukum-hukum
anutannya itu sesuai dengan hukum yang ditetapkan Alloh atau tidak?.
Dari latarbelakang,
gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin tersebut diperoleh rumusan
hukumnya sebagai berikut. Karena menolak akal dan ilmu, daya pikir bangsa
Israil merosot ke tingkat keledai dungu. Kamu bangsa Israil jadi bangsa bodoh
dan lemah karena tidak punya ilmu, sehingga hidup dalam penindasan Fir’aun
rajamu kaum liberal yang menganggap dirinya Tuhan dan memiliki pasukan segelar
sepapan. Begitulah keadaan kamu bangsa Israil ketika akhirnya Kami
(Hukum) mengutus Musa untuk menyelamatkan kamu dari Raja Fir’aun dan pasukan
pengikutnya yang kejam.
Raja Fir’aun dan
pasukannya hidup dalam kemewahan hasil dari menguras harta kekayaan kamu
rakyatnya yang bodoh dan lemah. Mereka menindas kamu bangsa Israil
berkepanjangan. Mereka menimpakan kepada kamu yang berani melawan kekuasaannya
dengan siksaan yang seberat-beratnya. Mereka menyembelih semua anak-anakmu yang
lelaki untuk menghindari kemungkinan adanya revolusi sebagai balas dendam
rakyat. Mereka membiarkan hidup semua anak-anakmu yang perempuan untuk memenuhi
kepuasan nafsu syahwatnya. Pada situasi demikian terdapat cobaan yang besar dan
berat untuk kamu bangsa Israil dari Tuhanmu, karena kerjamu hanya memohon
pertolongan dengan menyembah mayat dan menolak anugerah nikmat akal tinggi dari
Penciptamu.
Ayat 50. Musa adalah orang ummi
(tidak beragama-berpolitik) penganut kebenaran akal. Dia mempelajari alam
mencari ilmu dengan tekun untuk menolong penderitaan kamu bangsa Israil dari
penindasan Fir’aun. Dia berhasil menembus cermin-CP (hukum pembalikan
ruang) gerbangnya ilmu-ilmu tinggi di alam halus. Dia tampil sebagai nabi
(ilmuwan penemu) karena menemukan ilmu membelah laut. Ketika perencanaan
penyelamatan kamu bangsa Israil telah matang, Kami mengutus Musa jadi rosul
agar membelah laut untuk menyelamatkan kamu dari penindasan Fir’aun. Lalu
melalui laut yang belah itu, Kami selamatkan pelarian kamu dari kejaran Fir’aun
dan pasukannya. Ketika kamu telah selamat sampai di seberang, Kami menyuruh
Musa menghentikan penerapan ilmunya untuk menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya
yang sedang mengejar kamu di tengah lautan yang belah itu. Sementara kamu yang
telah berada di daratan seberang dapat menyaksikan.sendiri bagaimana laut yang
belah itu menutup kembali dan menelan Fir’aun berikut seluruh pasukannya.
Tanggapan Mahmud, Cimenyan, Kab. Bandung.
Mahmud: “Dua ayat komponen hukum di atas
sudah amat jelas. Akibat menolak akal, rakyat Israil di masa Dinasti Fir’aun
menjadi bangsa keledai dungu yang bebal dan lemah. Mereka ditindas oleh Fir’aun
dan pasukannya berkepanjangan, dan baru bisa diselamatkan oleh Rosul Musa
penganut kebenaran akal dengan ilmu tinggi yang dimilikinya yaitu ilmu membelah
laut. Karena itu dua pertanyaan yang ingin saya sampaikan bukan terhadap dua
ayat di atas, tetapi terhadap kerosulan agama Islam, yaitu Rosul Muhammad
Pertama. Dalam Qur’an, perjalanan ke Sidrotil Muntaha hanya melalui
isro’, tetapi para agamawan-ulama Islam menambahnya dengan mi’roj. Pertanyaan
saya, apa perbedaan isro’ dengan mi’roj?.
Kedua. Soal Annuur ayat 2 dan 4 yang oleh agamawan-ulama Islam
ditafsirkan sebagai hukuman dera bagi pezina, yaitu hukum cambuk seperti yang
sekarang diterapkan di Aceh. Tetapi Anda menafsirkan Annuur 2-4 itu sebagai
proses penciptaan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga terjadi
ledakan besar supernova. Apakah hukum penciptaan itu mengamanatkan hukuman dera
cambuk?”.
Jawaban untuk Mahmud
Sandie: “Pertama. Dalam Qur’an, isro’ adalah perjalanan menembus langit
dalam kecepatan kilat (bark) atau kecepatan cahaya (300.000 km/detik)
dari masjid harom (alam akal suci) ke masjid aqsho (alam akal
pemimpin) atau alam kecepatan cahaya (dimensi ruang lembut) tempat
tinggal bangsa malaikat. Sedangkan para ulama Islam menafsirkan perjalanan ke
Sidrotil Muntaha dari cerita hadits melalui dua tahap. Isro’ ditafsirkan
sebagai perjalanan dari masjid harom di Mekah ke masjid aqsho di Palestina, dan
mi’roj adalah perjalanan naik ke langit ke-7 (sidrotil muntaha). Padahal waktu
Nabi Muhammad melakukan isro’ (sebelum hijrah dan jadi pemimpin di Madinah),
masjid aqsho di Palestina belum ada, karena masjid tersebut didirikan penganut
agama Islam setelah kekholifahan Madinah dirubah jadi kesultanan
(kerajaan) oleh penganut agama Islam Mekah penyembah Ka’bah. Artinya, cerita
isro’-mi’roj adalah dongeng bohong khayalan ahli kitab agama Islam Yahudi yang
dibuat di masa kesultanan (kekuasaan raja) sekitar 300 tahun setelah
Rosul Muhammad wafat, bukan di masa kekholifahan Madinah (yang berakhir
setelah Ali bin Abu Tholib dibunuh). Itu bukti amat kuat bahwa hadits dibuat
bukan di masa kekholifahan Madinah.
Kedua. Para ahli kitab (agamawan-ulama Islam) menafsirkan Annuur
dari bunyi tertulis ayat berdasarkan dongeng hadits yang mengimani Qur’an
sebagai sabda suci Alloh, sehingga dongeng hukum cambuk bagi pelaku perzinahan
itu tidak ada hubungannya samasekali dengan kandungan isi surat Annuur. Karena
yang diambilnya arti wantah yang dangkal, agamawan-ulama Islam tidak pernah
tahu bahwa yang dimaksud dengan Annuur (cahaya) ialah gaya nuklirkuat (titik
p = Hukum Akal) yang menceritakan proses awal kejadian
alam rumusan rosulnya sendiri (Rosul Muhammad) 14 abad silam dalam
persamaan gelombang nisbi kaaf-Haa-yaa-ain-shood sebagai rumus penciptaan alam
semesta.
Dari urutan simetri naik surat
Alanbiyaa (para nabi = ilmuwan penemu = alam halus), Alhajj (haji
= pemimpin = malaikat = rosul = alam lembut), Almu’minuun (orang-orang
beriman = bangsa akal sebagai katalisator = alam ruh), dan Annuur (cahaya
= tenaga atau enerji E = gaya nuklirkuat = cermin-CPT), sudah amat jelas, Annuur
(Yaa = E) itu menceritakan proses evolusi penciptaan alam semesta oleh titik
p di ruang P3, dimulai dengan membangun katalisator (bangsa akal =
dera 80 kali = ruang ke-80) di alam ruh dan hukum-hukum ruangnya (4
saksi = cermin C-CP-T-P, Annuur 4), dengan yang kelima (cermin-CPT =
Hukum Akal = titik p) sebagai pemutus perkara pada ruang ke-100 (dera 100 kali,
Annuur 2, 7) menghasilkan ledakan besar supernova (awal kelahiran alam
semesta).
Itu berarti, surat
Annuur bukan dimaksudkan untuk hukuman perzinahan seperti yang diberlakukan di
Aceh. Sebab ia merupakan proses evolusi penciptaan semesta alam dimulai
dari percampuran (perzinahan) tenaga-tambahan (isteri para
zathidup = lelaki) yang mengalir dari Sidrotil Muntaha kepada bahan
(isteri Alloh = perempuan), menghasilkan pemadatan bahan melalui deraan
(percepatan pusingan) terus meningkat. Amanat dari proses itu bukan hukuman dera
cambuk tetapi kewajiban puasa (membunuh-mengosongkan-membuang nafsu
syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad). Dengan demikian jelas sekali,
surat Annuur (= cahaya, enerji) bukan untuk arti wantah. Itu dapat dibuktikan
oleh hadirnya Sidrotil Muntaha (titik p pada ruang P3 seperti dirumuskan
aksioma Hausdorff = Annuur 35) yang jadi pusat alam.
Dengan kata lain, jika
surat Annuur dibuka tafsirnya dengan menggunakan sunnah Muhammad (pola qisos
disiplin ilmu), maka sejak 14 abad silam umat Islam akan sudah
mengetahui lengkap bagaimana alam semesta diciptakan Alloh dari jasadnya
sendiri dalam hukum evolusi dari awal hingga terbentuk dimensi-dimensi ruang kasar-halus-lembut
(masjid-masjid)(Annuur 36), dan terus berevolusi hingga nasib akhirnya.
Ditafsirkan
oleh S. Anwar Effendie CS67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar