Sejak Charles Darwin
pertama kali menganggap manusia sebagai hasil evolusi dari gorilla, para
ilmuwan berusaha mempermasalahkannya. Mereka mengajukan pertanyaan, benarkah
manusia berasal dari jenis kera?
Sepanjang abad 19 para
ilmuwan dengan sungguh-sungguh mulai melakukan penelitian.. Sebab terasa adanya
kejanggalan pada teori itu. Mereka berkeyakinan, manusia tidak pernah berubah
bentuk sejak penciptaan. Selain itu mereka pun melihat bahwa
keanekaragaman tetumbuhan dan binatang
baru, dapat dihasilkan dari asal jenis terpilih, karena semakin banyak fosi
yang ditemukan, menunjukkan banyak sekli jenis binatang yang telah punah,
Teori-teori
evolusi.
Tahun
1809, Jean Baptise deLamarck seorang naturalis Prancis, mengemukakan teori
evolusi pertama yang menarik perhatian
masyarakat. Lamarck berpendapat bahwa semua organisme mencapai kesempurnaan
bentuk melalui perubahan. Dia menyatakan, akibat lingkungan pada tubuh
cikalbakal dapat diwariskan pada keturunannya. Proses situ disebut pewarisan ciri-ciri
khas yang diperoleh. Teori Lamarck ini secara keseluruhan tidak diterima karena
bukti yang mendukungnya hanya sedikit.
Tahun 1831 hingga 1836,
Charles Darwin melakukan perjalanan ke berbagai belahan Bumi dengan kapal laut
bernama Beagle, untuk mempelajari sejarah alam dan mengumpulkan contoh-contoh.
Hasil dari pengalaman itu, Darwin mengemukakan teori evolusi melalui pilihan
alam. Dia mempertahankan pilihan alam didasarkan pada tiga asas.
Pertama, terdapat aneka
ragam binatang atau tumbuhan dari jenis yang sama, tepat seperti bersaudara
(perempuan dan lelaki dalam keluarga) yang ukuran, kekuatan, atau warna
rambutnya berbeda, membentuk setiap anggota spesies tunggal. Kedua, pada setiap generasi, lebih banyak yang lahir
daripada yang dapat hidup. Ketiga, individu-individu yang paling dapat
menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya, lewat meninggalkan ciri-ciri
khas mereka ke generasi berikutnya. Ketika lingkungan berubah, secara
perlahan-lahan bentuk kehidupan baru berkembang dari yang lama.
Alfred Russel Wallace,
naturalis muda Inggris yang bekerja di Indonesia secara terpisah mempunyai
kesimpulan yang sama seperti Darwin. Menjelang diterbitkannya buku Darwin, The
Original of Species by Natural Selection tahun 1859, Wallace dan Darwin menyajikan
makalah bersama dalam topik itu.
Dalam The Origin of Species, Darwin
mengatakan :”Banyak keterangan akan dilemparkan pada asal orang dan
sejarahnya”. Kemudian dari situ Darwin dan para ilmuwan yang menerima
gagasannya bekerja untuk memastikan kebenaran turunnya derajat manusia, bukan
dari gorilla-gorila modern tetapi dari nenekmoyang gorilla modern dan orang.
Satu di antara
pendukung teori Darwin adalah Thomas Henry Huxley yang menerbitkan Man’s Place
in Nature tahun 1864. Di dalam bukunya dia menunjukkan bahwa tubuh manusia
lebih mirip tubuh gorilla modern. Dia berpendapat, jika plihan alam diterima
sebagai proses monyet yang berkembang ke gorilla, maka proses itu juga dapat
berlaku pada manusia yang berkembang dari nenekmoyang mirip gorilla.
Hingga sekarang masih
sedikit sekali fosil-fosil yang ditemukan sebagai bukti untuk mendukung
hubungan evolusi antara manusia dan primate (mamalia modern). Potongan-potongan
bukti manusia yang diketahui adalah kerangka orang Neanderthal (jenis homo yang
terutama hidup di Eropa Barat hingga ke Irak) sekitar150.000 hingga 34.000
tahun sebelum Masehi.
Tetapi tahun 1889,
Dokter muda belanda, Eugene Dubois, berangkat ke Asia Tenggara untuk
menyelidiki fosil-fosil orang yang lebih awal. Dia memilih Asia Tenggara,
karena kawasan ini merupakan tempat tingal orang utan, yang diangapnya sebagai
makhluk paling rapat dengan orang modern. Tahun 1891 Dubois berhasil menemukan
fosil manusia yang kini dikenal sebagai Orang Jawa (Indonesia), dan sejak itu
mulailah penelitian terhadap evolusi manusia modern. Konsep Dubois bersifat
mendobrak, karena kebanyakan ilmuwan waktu itu berpendapat bahwa fosil tersebut
adalah fosil siamang raksasa.
Evolusi
Mamalia
Kisah
evolusi mamalia dimulai sejak 65 juta tahun yang silam pada akhir jaman geologi
yang disebut Messozoic. Sepanjang jaman Mesozoic,dinosaurus menguasai Bumi, dan
mamalia, yaitu binatang berdarah panas,secara perlahan-lahan berevolusi. Di
antara mamalia itu terdapat nenek moyang primate (segala jenis monyet). Bukti
fosil terawalnya adalah gigi mamalia primitif yang ditemukan di Montana Timur,
dan disebut Purgatorius ceratops, karena ditemukan di Bukit Purgatory.
Perkembangan garis
primate lainnya di jama Cenozoic dibagi dalam tujuh masa: Palaeocene, Eocene,
Oligocene, Miocene, Pliocene,Pleistocene, dan Holocene. Bukti kehidupan primate
Palaeocene yang lebih awal hanya sedikit, yaitu struktur daerah tulang telinga
dan gigi graham. Tetapi di masa Eocene lebih banyak bukti primate primitif
modern. Tersier yang hidup di rimba Asia Tenggara, kini diperkirakan nenek
moyang gorilla dan monyet.
Jejak pertama primate
yang lebih maju muncul di jaman Oligocene, dimulai sekitar 36 juta tahun yang
silam. Fosil-fosil tengkorak dan giginya diperkirakan sebagai nenekmoyang
monyet dan gorilla modern. Kemudian dipertengahan masa Miocene 16 juta tahun
yang silam, penelitian menunjukkan, gorilla jelas berbeda dari monyet Afrika
dan Asia. Karena itu para ilmuwan menduga, sejarah evolusi manusia mungkin
dimulai pada 16 juta tahun yang silam. Sebab fosil gigi dan sedikit potongan
rahang yang ditemukan, mirip jenis homo belakangan.
Sekitar 4 juta tahun
yang silam, garis manusia secara pasti terpisah dari garis yang membawa ke
gorilla modern. Dari bukti fosil, jelas sekali bahwa jenis Homo masa Paliocene
berjalan dengan dua kaki, sedangkan rahang dan giginya lebih menyerupai manusia
daripada gorilla. Pada akhir masa Paliocene ada bukti baik yang menunjukkan
bahwa otak jenis Homo telah mulai berkembang, dan jenis Homo awal itu mulai
menggunakan alat. Tetapi dari bukti fosil yang diketahui, jenis Homo bentuk modern baru muncul sekitar 100.000 tahun yang silam.
Tafsir
bukti
Para
antropologiwan umumnya sependapat mengenai Australopithecus africanus, yaitu
Homo tertua dari Afrika Selatan yang berdiri tegak dengan tinggi 1,2 meter dan
beratnya antara 30-40 kg. Sebagian ilmuwan percaya bahwa spesies jenis itu
tidak memiliki hubungan langsung dengan evolusi manusia modern. Fosil yang
ditemukan hadir sekitar 4 juta tahun silam yang kini sudah punah, ditafsirkan
sebagai nenekmoyang manusia modern.
Para ilmuwan lainnya
juga mempercayai bahwa Australopithecus africanus bukan bagian dari orang
modern. Mereka berpendapat bahwa Australopithecus africanus hanya bagian satu
garis yang membawa kepada Australopithecus robustus dan kemudian belakangan
telah punah lagi. Pendapat ilmuwan lainnya menyatakan, baik Australopithecus
africanus maupun Australopithecus afarensis (yang dianggap sebagai nenekmoyang
africanus) menunjukkan spesies tunggal, dan dinyatakan sebagai Homo awal yang disebut
homo habilis.
Sebenarnya belum cukup
bukti kebenaran penafsiran itu. Tetapi satu hal yang nampaknya pasti: dimulai
sekitar 2 juta tahun yang silam. Ada dua spesies jenis homo yang hidup di
Afrika Selatan, yaitu Australopithecus robustus dan Homo Habilis.
Australopithecus rubustus yang berukuran lebih besar ditafsirkan sebagai
jantan, sedangkan Homo awal yang lebih ringan, ditafsirkan sebagai betina.
Karena itu punahnya dua spesies tersebut pernah dipercayai sebagai contoh
punahnya bentuk seksual. Tetapi analisis modern telah membuktikan bahwa teori
itu salah. Sebab perbedaan jenis fosil-fosil itu menunjukkan, mereka memiliki
gaya hidsup yang berbeda.
Australopithecus
robustus diperkirakan tingginya antara 1,5 dan 1,7 meter dengan berat antara 50
dan 70 kg dengan rahangnya besar dan pola penggunaan giginya menunjukkan
sebagai pemakan sayuran. Susunan wajahnya yang keras mendukung otot-otot yang
mampu mengunyah sempurna. Sedangkan Homo awal Afrika Selatan yang lebih ringan,
memiliki geraham lebih kecil dan otak lebih besar, giginya menendakan, makanan
mereka beraneka ragam, termasuk jenis daging; sementara otaknya yang lebih
besar menandakan sebagai makhluk yang lebih cerdas. Karena itu, kebanyakan
antropologiwan sepakat bahwa Homo awal itu mengarah sebagai nenekmoyang orang.
Belum
berakhir
Sejak
munculnya buku Charles Darwin tahun 1859, banyak jawaban yang telah diajukan
para ilmuwan. Fosil pertama yang diakui secara umum yang sejalan dengan
pertanyaan tentang asal manusia, yaitu orang Neanderthal yang ditemukan tahun
1856, merupakan masalah yang menimbulkan perdebatan cukup seru. Sebagian kecil
mau menerima status makhluk itu sebagai nenekmoyang, karena pada waktu itu,
kepercayaan yang diterima secara umum adalah setiap bentuk manusia yang
ditemukan harus mirip dengan diri kita.
Setelah puluhan tahun
berlalu, fosil-fosil lain ditemukan. Fosil penemuan itu lebih mirip manusia.
Tetapi ketika semakin banyak orang yang melibatkan diri dalam penelitian
tentang asal manusia, maka teknik-teknik ilmiah yang dgunakannyapun semakin
beragam. Setiap satu penemuan diperkenalkan sebagai jawaban, antropologiwan
lainnya mengemukakan fosil baru sebagai potongan bukti yang berlawanan dengan
pendapat alasan yang lebih rasional.
Karena itu penelitian
terhadap asal manusia masih terus berlangsung. Sejak awal 1960-an, para
antropologiwan yang bekerja di India dan Pakistan, Pulau Jawa, Cina, Afrika
telah menggali ribuan fosil potongan jenis manusia yang diperkirakan sebagai
nenek moyang kita. Semuanya menjadi bahan perdebatan.
Kini banyak
antropologiwan menyatakan bahwa pengungkapan foil jenis manusia, tidak lengkap
untuk menjawab pertanyaan asal manusia. Untuk itu diperlukan kerja gabungan
para geologiwan, para anatomis, para palaeontologis, dan para arkeologis, serta
beberapa spesialis lainnya. Itulah sebabnya, kini banyak dilakukan kerjasama
dan saling tukar pendapat di antara para spesialis. Dengan demikian, keahlian
di bidang gigi jenis Homo awal berkaitan dengan penemuan kunci-kunci dari
banyak tempat. Penelitian laboratorium yang berasal dari Omo juga berkaitan
dengan yang dari Koobi Fora, Lateoli dan Hadar.
Selama 20 tahun yang
lalu, sejumlah kimiawan dan biologwan molekul telah mempelajari pertanyaan
tentang asal manusia tanpa melakukan pengujian terhadap sepotong tulangpun atau
batuan berfosil. Para ilmuwan ini percaya, umumnya masalah genetika pada
manusia dan binatang yang nisbi paling mirip wujudnya. Gorilla dan simpanse,
akan memberikan jawaban yang menentukan tentang kapan gorilla-gorila besar
terpisah mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Jika penanggalan ini diketahui,
maka akan lebih mudah mempersempit bidang nenek moyang yang mungkin. Tetapi ia
tidak akan memecahkan pertanyaan tentang asal manusia. Karena selalu ada teori-teori
baru yang diselidiki, tempat baru yang digali, bahkan penggolongan kembali
fosi-fosil yang telah ditentukan lama melalui pengujian ulang.
Sesungguhnya,
penelitian tentang asal manusia ini tidak pernah berakhir, karena potongan bukti yang lain selalu membuka
pertanyaan-pertanyaan baru. Dalam keadaan demikian, nampaknya para ilmuwan mau
tidak mau harus menengok kepada hukum penciptaan alam, mengingat proses evolusi
berlangsung dari sebab ke akibat mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan
(conformal transformation) yang terjadi karena bergiatnya gaya-gaya vektor
(besaran-besaran yang menghambat ruang pada sudut siku-siku) terhadap medan
scalar (gerakan ruang yang berpusing tidak mengarah). Dengan memahami teori skalar tensor, tentunya
anda akan mudah memahami kesalahan teori Darwin. Untuk itu sekalian menjawab komentar
agan Molecullarafic dalam tulisan yang berjudul Gagasan Pengurungan Einstein teori yang salah, kami akan menurunkan
tulisan tentang teori skalar-tensor, karena untuk membuktikan kesalahan Teori
Darwin pun salah satu pembuktinya adalah teori tersebut. (Discovering The
Origin Of Mankind/Etos/Kelompok Diskusi cs67).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar