Minggu, 05 Januari 2014

Data Penelitian Homo



Sejak Charles Darwin pertama kali menganggap manusia sebagai hasil evolusi dari gorilla, para ilmuwan berusaha mempermasalahkannya. Mereka mengajukan pertanyaan, benarkah manusia berasal dari jenis kera?
Sepanjang abad 19 para ilmuwan dengan sungguh-sungguh mulai melakukan penelitian.. Sebab terasa adanya kejanggalan pada teori itu. Mereka berkeyakinan, manusia tidak pernah berubah bentuk sejak penciptaan. Selain itu mereka pun melihat bahwa keanekaragaman  tetumbuhan dan binatang baru, dapat dihasilkan dari asal jenis terpilih, karena semakin banyak fosi yang ditemukan, menunjukkan banyak sekli jenis binatang yang telah punah,
Teori-teori evolusi.
Tahun 1809, Jean Baptise deLamarck seorang naturalis Prancis, mengemukakan teori evolusi  pertama yang menarik perhatian masyarakat. Lamarck berpendapat bahwa semua organisme mencapai kesempurnaan bentuk melalui perubahan. Dia menyatakan, akibat lingkungan pada tubuh cikalbakal dapat diwariskan pada keturunannya. Proses situ disebut pewarisan ciri-ciri khas yang diperoleh. Teori Lamarck ini secara keseluruhan tidak diterima karena bukti yang mendukungnya hanya sedikit.
Tahun 1831 hingga 1836, Charles Darwin melakukan perjalanan ke berbagai belahan Bumi dengan kapal laut bernama Beagle, untuk mempelajari sejarah alam dan mengumpulkan contoh-contoh. Hasil dari pengalaman itu, Darwin mengemukakan teori evolusi melalui pilihan alam. Dia mempertahankan pilihan alam didasarkan pada tiga asas.
Pertama, terdapat aneka ragam binatang atau tumbuhan dari jenis yang sama, tepat seperti bersaudara (perempuan dan lelaki dalam keluarga) yang ukuran, kekuatan, atau warna rambutnya berbeda, membentuk setiap anggota spesies tunggal. Kedua,  pada setiap generasi, lebih banyak yang lahir daripada yang dapat hidup. Ketiga, individu-individu yang paling dapat menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungannya, lewat meninggalkan ciri-ciri khas mereka ke generasi berikutnya. Ketika lingkungan berubah, secara perlahan-lahan bentuk kehidupan baru berkembang dari yang lama.
Alfred Russel Wallace, naturalis muda Inggris yang bekerja di Indonesia secara terpisah mempunyai kesimpulan yang sama seperti Darwin. Menjelang diterbitkannya buku Darwin, The Original of Species by Natural Selection tahun 1859, Wallace dan Darwin menyajikan makalah bersama dalam topik itu.
Dalam The Origin of Species, Darwin mengatakan :”Banyak keterangan akan dilemparkan pada asal orang dan sejarahnya”. Kemudian dari situ Darwin dan para ilmuwan yang menerima gagasannya bekerja untuk memastikan kebenaran turunnya derajat manusia, bukan dari gorilla-gorila modern tetapi dari nenekmoyang gorilla modern dan orang.
Satu di antara pendukung teori Darwin adalah Thomas Henry Huxley yang menerbitkan Man’s Place in Nature tahun 1864. Di dalam bukunya dia menunjukkan bahwa tubuh manusia lebih mirip tubuh gorilla modern. Dia berpendapat, jika plihan alam diterima sebagai proses monyet yang berkembang ke gorilla, maka proses itu juga dapat berlaku pada manusia yang berkembang dari nenekmoyang mirip gorilla.
Hingga sekarang masih sedikit sekali fosil-fosil yang ditemukan sebagai bukti untuk mendukung hubungan evolusi antara manusia dan primate (mamalia modern). Potongan-potongan bukti manusia yang diketahui adalah kerangka orang Neanderthal (jenis homo yang terutama hidup di Eropa Barat hingga ke Irak) sekitar150.000 hingga 34.000 tahun sebelum Masehi.
Tetapi tahun 1889, Dokter muda belanda, Eugene Dubois, berangkat ke Asia Tenggara untuk menyelidiki fosil-fosil orang yang lebih awal. Dia memilih Asia Tenggara, karena kawasan ini merupakan tempat tingal orang utan, yang diangapnya sebagai makhluk paling rapat dengan orang modern. Tahun 1891 Dubois berhasil menemukan fosil manusia yang kini dikenal sebagai Orang Jawa (Indonesia), dan sejak itu mulailah penelitian terhadap evolusi manusia modern. Konsep Dubois bersifat mendobrak, karena kebanyakan ilmuwan waktu itu berpendapat bahwa fosil tersebut adalah fosil siamang raksasa.
Evolusi Mamalia
Kisah evolusi mamalia dimulai sejak 65 juta tahun yang silam pada akhir jaman geologi yang disebut Messozoic. Sepanjang jaman Mesozoic,dinosaurus menguasai Bumi, dan mamalia, yaitu binatang berdarah panas,secara perlahan-lahan berevolusi. Di antara mamalia itu terdapat nenek moyang primate (segala jenis monyet). Bukti fosil terawalnya adalah gigi mamalia primitif yang ditemukan di Montana Timur, dan disebut Purgatorius ceratops, karena ditemukan di Bukit Purgatory.
Perkembangan garis primate lainnya di jama Cenozoic dibagi dalam tujuh masa: Palaeocene, Eocene, Oligocene, Miocene, Pliocene,Pleistocene, dan Holocene. Bukti kehidupan primate Palaeocene yang lebih awal hanya sedikit, yaitu struktur daerah tulang telinga dan gigi graham. Tetapi di masa Eocene lebih banyak bukti primate primitif modern. Tersier yang hidup di rimba Asia Tenggara, kini diperkirakan nenek moyang gorilla dan monyet.
Jejak pertama primate yang lebih maju muncul di jaman Oligocene, dimulai sekitar 36 juta tahun yang silam. Fosil-fosil tengkorak dan giginya diperkirakan sebagai nenekmoyang monyet dan gorilla modern. Kemudian dipertengahan masa Miocene 16 juta tahun yang silam, penelitian menunjukkan, gorilla jelas berbeda dari monyet Afrika dan Asia. Karena itu para ilmuwan menduga, sejarah evolusi manusia mungkin dimulai pada 16 juta tahun yang silam. Sebab fosil gigi dan sedikit potongan rahang yang ditemukan, mirip jenis homo belakangan.
Sekitar 4 juta tahun yang silam, garis manusia secara pasti terpisah dari garis yang membawa ke gorilla modern. Dari bukti fosil, jelas sekali bahwa jenis Homo masa Paliocene berjalan dengan dua kaki, sedangkan rahang dan giginya lebih menyerupai manusia daripada gorilla. Pada akhir masa Paliocene ada bukti baik yang menunjukkan bahwa otak jenis Homo telah mulai berkembang, dan jenis Homo awal itu mulai menggunakan alat. Tetapi dari bukti fosil yang diketahui,  jenis Homo bentuk modern  baru muncul sekitar 100.000 tahun yang silam.
Tafsir bukti
Para antropologiwan umumnya sependapat mengenai Australopithecus africanus, yaitu Homo tertua dari Afrika Selatan yang berdiri tegak dengan tinggi 1,2 meter dan beratnya antara 30-40 kg. Sebagian ilmuwan percaya bahwa spesies jenis itu tidak memiliki hubungan langsung dengan evolusi manusia modern. Fosil yang ditemukan hadir sekitar 4 juta tahun silam yang kini sudah punah, ditafsirkan sebagai nenekmoyang manusia modern.
Para ilmuwan lainnya juga mempercayai bahwa Australopithecus africanus bukan bagian dari orang modern. Mereka berpendapat bahwa Australopithecus africanus hanya bagian satu garis yang membawa kepada Australopithecus robustus dan kemudian belakangan telah punah lagi. Pendapat ilmuwan lainnya menyatakan, baik Australopithecus africanus maupun Australopithecus afarensis (yang dianggap sebagai nenekmoyang africanus) menunjukkan spesies tunggal, dan dinyatakan sebagai Homo awal yang disebut homo habilis.
Sebenarnya belum cukup bukti kebenaran penafsiran itu. Tetapi satu hal yang nampaknya pasti: dimulai sekitar 2 juta tahun yang silam. Ada dua spesies jenis homo yang hidup di Afrika Selatan, yaitu Australopithecus robustus dan Homo Habilis. Australopithecus rubustus yang berukuran lebih besar ditafsirkan sebagai jantan, sedangkan Homo awal yang lebih ringan, ditafsirkan sebagai betina. Karena itu punahnya dua spesies tersebut pernah dipercayai sebagai contoh punahnya bentuk seksual. Tetapi analisis modern telah membuktikan bahwa teori itu salah. Sebab perbedaan jenis fosil-fosil itu menunjukkan, mereka memiliki gaya hidsup yang berbeda.
Australopithecus robustus diperkirakan tingginya antara 1,5 dan 1,7 meter dengan berat antara 50 dan 70 kg dengan rahangnya besar dan pola penggunaan giginya menunjukkan sebagai pemakan sayuran. Susunan wajahnya yang keras mendukung otot-otot yang mampu mengunyah sempurna. Sedangkan Homo awal Afrika Selatan yang lebih ringan, memiliki geraham lebih kecil dan otak lebih besar, giginya menendakan, makanan mereka beraneka ragam, termasuk jenis daging; sementara otaknya yang lebih besar menandakan sebagai makhluk yang lebih cerdas. Karena itu, kebanyakan antropologiwan sepakat bahwa Homo awal itu mengarah sebagai nenekmoyang orang.
Belum berakhir
Sejak munculnya buku Charles Darwin tahun 1859, banyak jawaban yang telah diajukan para ilmuwan. Fosil pertama yang diakui secara umum yang sejalan dengan pertanyaan tentang asal manusia, yaitu orang Neanderthal yang ditemukan tahun 1856, merupakan masalah yang menimbulkan perdebatan cukup seru. Sebagian kecil mau menerima status makhluk itu sebagai nenekmoyang, karena pada waktu itu, kepercayaan yang diterima secara umum adalah setiap bentuk manusia yang ditemukan harus mirip dengan diri kita.
Setelah puluhan tahun berlalu, fosil-fosil lain ditemukan. Fosil penemuan itu lebih mirip manusia. Tetapi ketika semakin banyak orang yang melibatkan diri dalam penelitian tentang asal manusia, maka teknik-teknik ilmiah yang dgunakannyapun semakin beragam. Setiap satu penemuan diperkenalkan sebagai jawaban, antropologiwan lainnya mengemukakan fosil baru sebagai potongan bukti yang berlawanan dengan pendapat alasan yang lebih rasional.
Karena itu penelitian terhadap asal manusia masih terus berlangsung. Sejak awal 1960-an, para antropologiwan yang bekerja di India dan Pakistan, Pulau Jawa, Cina, Afrika telah menggali ribuan fosil potongan jenis manusia yang diperkirakan sebagai nenek moyang kita. Semuanya menjadi bahan perdebatan.
Kini banyak antropologiwan menyatakan bahwa pengungkapan foil jenis manusia, tidak lengkap untuk menjawab pertanyaan asal manusia. Untuk itu diperlukan kerja gabungan para geologiwan, para anatomis, para palaeontologis, dan para arkeologis, serta beberapa spesialis lainnya. Itulah sebabnya, kini banyak dilakukan kerjasama dan saling tukar pendapat di antara para spesialis. Dengan demikian, keahlian di bidang gigi jenis Homo awal berkaitan dengan penemuan kunci-kunci dari banyak tempat. Penelitian laboratorium yang berasal dari Omo juga berkaitan dengan yang dari Koobi Fora, Lateoli dan Hadar.  
Selama 20 tahun yang lalu, sejumlah kimiawan dan biologwan molekul telah mempelajari pertanyaan tentang asal manusia tanpa melakukan pengujian terhadap sepotong tulangpun atau batuan berfosil. Para ilmuwan ini percaya, umumnya masalah genetika pada manusia dan binatang yang nisbi paling mirip wujudnya. Gorilla dan simpanse, akan memberikan jawaban yang menentukan tentang kapan gorilla-gorila besar terpisah mengikuti jalur evolusi yang berbeda. Jika penanggalan ini diketahui, maka akan lebih mudah mempersempit bidang nenek moyang yang mungkin. Tetapi ia tidak akan memecahkan pertanyaan tentang asal manusia. Karena selalu ada teori-teori baru yang diselidiki, tempat baru yang digali, bahkan penggolongan kembali fosi-fosil yang telah ditentukan lama melalui pengujian ulang.
Sesungguhnya, penelitian tentang asal manusia ini tidak pernah berakhir, karena potongan  bukti yang lain selalu membuka pertanyaan-pertanyaan baru. Dalam keadaan demikian, nampaknya para ilmuwan mau tidak mau harus menengok kepada hukum penciptaan alam, mengingat proses evolusi berlangsung dari sebab ke akibat mengikuti perubahan bentuk yang menyesuaikan (conformal transformation) yang terjadi karena bergiatnya gaya-gaya vektor (besaran-besaran yang menghambat ruang pada sudut siku-siku) terhadap medan scalar (gerakan ruang yang berpusing tidak mengarah).  Dengan memahami teori skalar tensor, tentunya anda akan mudah memahami kesalahan teori Darwin. Untuk itu sekalian menjawab komentar agan Molecullarafic dalam tulisan yang berjudul Gagasan Pengurungan Einstein teori yang salah, kami akan menurunkan tulisan tentang teori skalar-tensor, karena untuk membuktikan kesalahan Teori Darwin pun salah satu pembuktinya adalah teori tersebut. (Discovering The Origin Of Mankind/Etos/Kelompok Diskusi cs67).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar