Albaqoroh
11-15
Tafsir 1c. Komponen Ilmu dari Dimensi Akal
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = Dengan nama
Alloh yang Pengasih-Penyayang
Ayat 11. Sebagian di antara
para politisi bukan penganut agama, tetapi mereka kaum liberal (bebas
tanpa batasan). Merekalah yang membangun kebenaran politik (kesepakatan
ego kuat) untuk meraih kepuasan pamrih-ambisi jasadnya. Kebenaran ini muncul di
kalangan pemimpin yang punya kedudukan-kekuasaan. Mereka menganggap alam jadi
dengan sendirinya, dan setelah mati tidak ada apa-apa lagi. Karena itu kerja
mereka aji mumpung, mengejar kekuasaan-kekayaan dengan menghalalkan cara. Sebagiannya
menganggap diri Tuhan dengan sikap otoriter-diktator untuk menindas rakyatnya,
agar nunut-patuh kepada dirinya.
Bila dikatakan kepada
mereka: “Dengan memegang kebenaran politik menghalalkan cara berarti kamu
membuat kerusakan di muka Bumi”. Tetapi mereka menjawab: “Kamu sok tahu. Politik
adalah cara menyelenggarakan dan mengatur pemerintahan negara, sehingga dengan
berpolitik, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Sebab
kalau politik itu tidak benar, mustahil dianut semua negara”.
Ayat 12. Beri peringatan
olehmu penganut kebenaran akal. Politik itu tipudaya kaum liberal pengejar
kekuasaan-kekayaan dengan korupsi-kolusi-nepotisme di kalangan pemimpin untuk
kepentingan diri dan kelompoknya dengan membodohi rakyat. Karena itu
sesungguhnya mereka (para elit politik) adalah orang-orang munafik yang
membuat kerusakan tatanan peradaban. Mereka menggunakan kesejahteraan rakyat
sebagai kamuflase politik dalam kampanye agar dipilih lagi jadi pemimpin.
Tetapi mereka tidak menyadari kamuflase politik justru memperpanjang
kemelaratan rakyat yang memilihnya.
Ayat 13. Sebab sesungguhnya
kampanye
kesejahteraan rakyat adalah senjata paling ampuh dalam meraih ambisinya,
sehingga kemiskinan rakyat itu sengaja diternak mereka. Karena itu bila dikatakan kaum moralis kepada
mereka: “Beriman kamu kepada Akal sebagaimana orang-orang lain telah beriman”.
Mereka menjawab: “Bagaimana mungkin kami akan beriman sebagaimana para agamawan (orang-orang bodoh) itu
beriman?.
Beri mereka peringatan.
Para agamawan itu bukan orang-orang beriman, karena menolak kebenaran akal
seperti mereka sendiri. Sesungguhnya mereka (kaum agamawan dan politisi)
itu adalah orang-orang bodoh karena hanya menggunakan otak dengan menolak akal.
Padahal Alloh adalah Akal yang tidak bisa menerima kebenaran agama-politik yang
tidak masuk akal dan tidak adil, tetapi mereka tidak tahu, karena tidak
pernah melakukan penelitian terhadap kebenaran hukum-hukum yang dianutnya.
Ayat 14. Dari
latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu tersebut diperoleh simpulan
berikut. Dengan menyatakan para agamawan sebagai orang-orang bodoh, sebenarnya
mereka tahu keimanan yang benar adalah keimanan penganut kebenaran akal. Itu dibuktikan
oleh sikapnya ketika mereka berjumpa dengan para ilmuwan (orang-orang
beriman), mereka mengatakan: “Dalam berpolitik kami juga selalu berpikir
menggunakan akal (maksudnya otak), sehingga kami telah beriman seperti
kamu”.
Maksud pengakuan itu adalah
agar dalam meraih ambisinya mereka mendapat dukungan dari golongan ilmuwan.
Sebab ketika mereka telah kembali kepada setan-setan (para pemimpin
parpol) mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu. Pengakuan
kami terhadap para ilmuwan itu hanya berolok-olok (akal-akalan), agar
mereka mau mendukung kami dalam pemilu nanti”.
Ayat 15. Alloh itu Akal
tanpa wujud yang tidak mungkin berolok-olok, karena sejak awal penciptaan Dia
telah melepaskan kekuasaannya kepada Tuhan (Hukum), sehingga tidak
mencampuri lagi urusan makhluk. Sedangkan yang suka berolok-olok adalah otak
tinggi yang jadi media wujud akal. Jadi yang akan mengolok-olok mereka adalah
otaknya sendiri, dan membiarkan mereka terombang-ambing tipudaya (akal-akalan)
otak mereka sendiri dalam kesesatan.
Tanggapan Rahmat, Antapani, Bandung, Jawa Barat
Rahmat: “Pertama. Pada tafsir Alfatihah 1-7 dan
Albaqoroh 1-5, Anda menafsirkan kata isteri dalam Annisaa 1 adalah pasangan
Alloh, yaitu makhluk (alam dan
seluruh isinya). Tetapi ketika Annisaa 1 saya buka, para ulama menafsirkan
isteri di situ adalah Hawa isteri Adam yang diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Dari situ ulama menafsirkan Adam sebagai manusia pertama, dan seluruh manusia
Bumi adalah anak cucu Adam hasil perkawinan di antara anak-anaknya sendiri.
Bagaimana cara Anda menjelaskannya?.
Kedua. Dalam menafsirkan Albaqoroh, Anda menggunakan sebutan tafsir
1a, 1b, 1c, apa ada alasannya?.
Ketiga.
Dari penjelasan Anda tentang kesalahan perjalanan antariksa Einstein
disebutkan. Ufuk peristiwa (event
horizon) yang didatangi Rosul Muhammad hampir tiap malam dalam menyusun
ayat-ayat Qur’an itu berjarak 150 juta tahun cahaya dari Bumi. Dari mana Anda
menghitungnya?.
Keempat. Ketika saya mengkaji tafsiran Anda ayat 1-15, nampaknya
bersangkutan dengan 3-kebenaran dalam The Theory of Truth (Teori Tentang
Kebenaran) yang dianut manusia Bumi. Ayat 1-5 adalah penganut kebenaran korespondensi,
ayat 6-10 penganut kebenaran pragmatis agama, yaitu praktek ritual penyembahan
yang memuaskan perasaan, dan ayat 11-15 adalah penganut kebenaran konsistensi,
yaitu kesepakatan ego yang memuaskan jasad. Sebab pada tafsir 06-10 Anda
menyatakan, ayat 16-20 adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi
rasa-akal-hukum. Apa pendapat saya benar?.
Jawaban
Sandie: “Pertama. Yang Anda tanyakan berhubungan
dengan tafsir hadits Buchori-Muslim. Tetapi Nabi Muhammad sendiri menyuruh menghapus
hadist dengan ancaman neraka. Alasannya, hadits bukan penjabaran Nabi Muhammad dari
Qur’an atas petunjuk Alloh langsung, melainkan penjabaran para ahli kitab
(ulama-politisi Arab-Yahudi) karena meyakini Qur’an kitab suci sabda Alloh.
Padahal pada Alhaaqqoh 40-42 Nabi Muhammad sendiri sudah memberitahu bahwa
Qur’an itu perkataan (karya ilmiah) rosul yang mulia, bukan syair
perkataan penyair melainkan puisi alam (ilmu), dan bukan jangjawokan
(perkataan) tukang sihir, melainkan petunjuk akar ilmu penciptaan atau kosmologi
(ilmu asal kejadian segala sesuatu).
Dari rumusan sunnah
Muhammad diketahui, 3-surat Albaqoroh (hukum), Ali Imron (bangsa akal, lelaki),
dan Annisaa (rasa, perempuan) adalah penjelasan watak tiga ganjil yang
bersih mengisi ruang (ruang bayangan cermin tanpa ujud alam ruh dalam
kesatuan khusus 3-dimensi hukum-akal-rasa). Dari uraian terdahulu sudah
diketahui, berlangsungnya penciptaan makhluk wujud dimulai ketika zathidup pembawa
tenaga-tambahan yang mengalir dari pusat alam (cermin-CPT) menumbuk bahan di Annisaa
(alam rasa). Itu berarti, Annisaa dimulai di awal penciptaan isteri
Alloh (pasangan Alloh = alam ruh-syurga-fana) dari bahan yang diciptakan
dari jasad Alloh sendiri karena tidak ada bahan, bukan waktu penciptaan manusia
(otak tinggi) yang hadir paling belakangan dari makhluk lain.
Artinya, tafsir hadits Buchori-Muslim
itu dongeng bohong buatan penganut agama-politik yang mempercayai Qur’an kitab
suci sabda Alloh dan tidak boleh diakalkan, karena Alloh punya jasad wujud
(Muhammad Abduh dalam Risalah Tauhid menyatakan: Alloh duduk bersila di
Sidrotil Muntaha, punya dua tangan. Tetapi entah bagaimana wajahnya).
Selanjutnya, kalau semua
manusia turunan langsung Adam-Hawa sebagai manusia pertama yang turun 50.000
tahun silam, maka jumlah manusia Bumi sekarang paling banyak juga baru jutaan
bukan miliaran, dan mustahil warna kulitnya beraneka-ragam, ada yang
hitam-merah-kuning-putih-coklat. Tafsir ulama itu diambil dari Albaqoroh 30
yang menyatakan, Tuhan (Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin
(kholifah) bukan jadi manusia pertama di Bumi. Selain itu, kalau Adam manusia
pertama, maka perkawinan di antara anak-anaknya sendiri melanggar aturan Tuhan
Alloh (Hukum Akal) dan bertentangan dengan berita Annisaa 22-23 yang
menyatakan: ‘Jangan kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau (sebelum kholifah turun ke
Bumi)...’. Artinya, sebelum Adam-Hawa turun ke Bumi, di Bumi telah hadir
manusia (orang Neanderthal) yang hidup berkelompok-kelompok di berbagai benua
dengan warna kulit masing-masing, dan yang harus dibina moralnya oleh
Adam-Hawa.
Ceritanya begini. Sebelum
Adam-Hawa turun ke Bumi, melalui kemanunggalan telanjang (naked
singularity), bangsa malaikat dari alam lembut Syurga dapat menyaksikan Orang Neanderthal
yang hidup berkelompok-kelompok membangun kekuasaan untuk jadi pemimpin
(diartikan penguasa). Para pemimpinnya saling jegal-fitnah-bunuh dalam berebut
kekuasaan itu seperti disebutkan Albaqoroh 30, sehingga bangsa malaikat menilai Tuhan
(Hukum) akan mengangkat manusia jadi pemimpin di alam Fana (muka Bumi).
Penilaian diperkuat oleh kenyataan, Ketika satu kelompok bertemu dengan
kelompok lain, mereka berperang untuk memperbesar kekuasaan, dan yang kalah
menyembah pemenangnya agar dikasihani-diampuni.
Ketika Adam-Hawa berhasil
menjawab tantangan bangsa malaikat menembus dimensi-dimensi ruang halus-lembut
Syurga (Albaqoroh 33), mereka mengamati kehidupan Orang Neanderthal itu lebih
seksama. Dalam memperbesar kekuasaan, yang kalah menyerahkan para isterinya
kepada yang menang. Sama seperti dalam perebutan kekuasaan di kelompoknya
sendiri. Pemimpin kelompok itu adalah penguasa. Dia dapat mengambil isteri
menurut seleranya sendiri, termasuk anak gadis kandungnya. Ketika Bapaknya
meninggal, anak lelakinya yang menduduki kekuasaan mengambil semua isteri
Bapaknya, termasuk ibu dan saudara kandungnya sendiri jadi isterinya. Itulah
awal kehidupan politik orang Neanderthal yang berlangsung hingga sekarang.
Tetapi dalam perjalanan
hidupnya mereka tidak bisa mengatasi bencana
badai-guntur-gempa-banjir-longsor-gunung meletus. Karena itu mereka semua
termasuk sebagian pemimpinnya serah bongkokan jadi taklukan Penguasa
goib tak terlawan itu. Karena goib (tidak diketahui wujudnya), mereka
menciptakan benda-patung penguasa goib itu untuk disembah agar
dikasihani-diampuni-diselamatkan. Itulah awal kehidupan agama yang berlangsung
hingga sekarang. Dua kepercayaan inilah yang harus dibina moralnya oleh
Adam-Hawa dan para rosul setelahnya.
Kedua. Penentuan menggunakan angka 1a, 1b, 1c dalam menafsirkan
Albaqoroh bukan aturan khusus, melainkan hanya untuk mempermudah menemukan
komponen-komponen simetri qisos dalam setiap dimensi. 1a adalah komponen akal,
1b komponen pengetahuan, 1c komponen ilmu, 1d komponen pemimpin, dan 1e
komponen hukum, sehingga tiap dimensi nantinya terdiri dari 5 komponen. Ketika
mulai dimensi pengetahuan, saya akan menggunakan 2a-2e, dan seterusnya.
Ketiga. Tahun 1976, astronom wania bernama Vera Rubin menemukan dua
jalur yang berlawanan. Jalur dingin adalah pengembangan alamraya, dan jalur
panas adalah tenaga seretan yang mengerutkan alamraya. Tetapi para astronom
dunia menyatakan, temuan Vera Rubin itu mustahil dan gila, karena jalur panas
itu menyeret galaksi-galaksi ke arah yang tidak penting samasekali, yaitu ke
satu titik ruang kosong di luar rasi bintang Hydra dan Centaurus di langit
selatan.
Meskipun begitu para astronom di seluruh
dunia melakukan penelitian atas temuan itu. Tahun 1986 mereka semua menyatakan
temuan Vera Rubin ternyata benar. Bahkan astronom Sandra Feber dan Alan Dessler
dari California berhasil menghitung jaraknya, yaitu 300 juta tahun cahaya, dan
melakukan seretnan terhadap ribuan galaksi dalam kecepatan 621 km/detik,
sehingga mereka menyebutnya Sang Penyeret Besar (The Great Attractor),
termasuk menyeret pasangan galaksi kita Bima Sakti dan Andromeda, yang bergerak
saling mendekati dalam kecepatan 21 km/detik.
Kemudian astronom Chandrasekar memperbaiki jaraknya dari 300 juta tahun
cahaya jadi hanya 150 juta tahun cahaya.
Titik di ruang kosong itu
adalah alam ruh dalam kesatuan khusus 3-dimensi, yaitu tempat akhir perjalanan
para rosul ke ufuk ruang dalam mencari Pencipta.
Keempat. Saya gembira karena ternyata Anda bukan hanya membaca
tetapi sekaligus mengkaji. Berkaitan dengan Sang Penyeret Besar, sesungguhnyalah
pendapat Anda memang benar. Ayat-ayat itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam persamaan
gelombang nisbi (relativistic wave equation) Paul Dirac, yaitu kaaf-haa-yaa-ain
shood (x = 0 dengan fungsi delta tak terbatas). Rumus itu menyatakan,
peralihan 3-dimensi ruang kasar (ayat 11-16), ruang halus (ayat 6-10), dan
ruang lembut (ayat 1-5), menghasilkan 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan
khusus 3-dimensi Alfatihah 1-7 (hukum-akal-rasa). Tetapi pada Albaqoroh
keadaannya terbalik, yaitu: peralihan 3-dimensi ruang lembut-halus-kasar (ayat
1-15) menghasilkan 1 ruang bayangan cermin dalam kesatuan khusus 3-dimensi
rasa-akal-hukum.
Persamaan
gelombang nisbi Dirac itu dirumuskan Nabi Muhammad dalam upacara haji membangun
umroh. Peralihan 3-dimensi ruang kasar-halus-lembut
(Arofah-Muzdalifah-Mina), membangun 1-ruang bayangan cermin dalam kesatuan
khusus 3-dimensi Alfatihah 1-3 (tawaf = hukum), tugas bangsa akal (ayat 4,
sa’i), dan kewajiban rasa (ayat 5-7)”.
Ditafsirkan
oleh oleh S. Anwar Effendie CS67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar