Al-Baqoroh 6-10
Tafsir 1 b. Komponen Pengetahuan dari Dimensi Akal
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = Dengan nama
Alloh yang Pengasih-Penyayang
Ayat 06. Pencipta yang oleh
Ibrohim disebut Alloh adalah Akal, sehingga orang yang beriman kepada Alloh
menurut petunjuk orang takwa atau rosul (pemimpin akal utusan Akal)
adalah para penganut kebenaran akal yang tidak bisa menerima
kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Dengan demikian dapat diketahui, dari
tiga kebenaran anutan manusia di dunia, orang yang beriman kepada Alloh itu
penganut kebenaran korespondensi, karena anutan kebenaran mereka harus yang
selaras dengan fakta, sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti
penelitian.
Artinya menurut Alloh, orang-orang
kafir adalah penganut kebenaran pragmatis atau dogma agama, yaitu kebenaran
praktek ritual menyembah mayat
(jasad-benda-patung-ka’bah untuk mendapat ampunan-penghapusan segala dosa dan
jaminan masuk Syurga yang memuaskan perasaan = pamrih), dan penganut
kebenaran konsistensi atau kebenaran kesepakatan ego politik (kebenaran tipudaya
rasa yang memuaskan jasad = ambisi). Sebab bagi penganut kebenaran
agama-politik yang memuaskan rasa-jasad (nafsu
syahwat-angkara-pamrih-ambisi) itu, tidak ada kebenaran lain kecuali
kepentingan dirinya. Karena itu sesungguhnya tidak ada artinya, baik kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman juga
kepada Akal.
Ayat 07. Alloh adalah Akal
yang menerapkan Hukum Akal pada segala ciptaannya. Karena itu ketika mereka
menganut kebenaran hukum rasa-jasad, maka hukum itu telah mengunci mati
peringatan akalnya dalam ruang hati dan pendengaran telinga mereka. Sedang
penglihatan mata mereka ditutup oleh kepuasan rasa syahwat-angkara dan
pamrih-ambisi jasadnya. Mereka tidak tahu bahwa akal adalah katalisator
penghidup-pembangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan dirinya, sehingga
dengan menutup-mengunci peringatan akalnya, maka bagi mereka adalah kebodohan
yang menjadi siksa hidup amat berat. Sebab tanpa akal, otak tinggi mereka
jadi tidak bermoral. Mereka tidak tahu benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil,
sehingga perilakunya jadi aneh-janggal. Perbuatan
anarkis-brutal-biadab-mencuri-berzina-merampok-korupsi-membunuh-teroris
dianggap sebagai jihad yang direstui Alloh.
Ayat 08. Dari tiga
kebenaran yang dianut manusia, anutan kebenaran agama pemuas rasa dan kebenaran
politik pemuas jasad mendominasi kehidupan dunia Sebagian di antara mereka (penganut
agama) mengatakan: ‘Kami beriman kepada Alloh pencipta alam dan kepada hari
akibat. Buktinya, tiap hari kami menyanjung-memuja dan menyembahnya di mana pun
kami berada’. Padahal sesungguhnya mereka bukan orang yang beriman kepada
Alloh. Sebab yang disembah mereka bukan Alloh tetapi mayat (jasad-benda mati). Mereka tidak tahu samasekali sosok Alloh
yang diimaninya, selain euceuk jeung euceuk. Soalnya di antara agamawan
dan politisi tidak ada yang pernah melakukan penelitian terhadap alam ciptaan
dan hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam itu. Keimanan mereka hanya
retorika didasarkan pada dongeng para pemimpinnya dalam buku-buku agama seperti
exodus-tripitaka-weda-bibble-hadits, dan diyakini sebagai penjabaran
rosul-nabinya dari kitab suci Taurot-Zabur-Injil-Qur’an sabda Alloh atas
petunjuk Alloh langsung.
Ayat 09. Karena tidak ada agamawan-politisi yang
pernah membuka-meneliti jatidiri Alloh, kebenaran agama-politik masing-masing
yang mereka sebarkan setiap hari sejak pagi buta hingga malam larut melalui
ceramah-khotbahnya tidak lain dari khayalan rasa otak tinggi, masuk akal tidak
masuk akal harus diterima dengan penuh keimanan. Sebab yang mereka ajarkan
tidak lain dari doktrin aturan-uu-hukum dogma buatan para ahli kitabnya
(agamawan-politisinya) dengan memberi ancaman neraka, sehingga
mayoritas manusia jadi pengikutnya karena takut masuk neraka. Mereka hendak
menipu Alloh dan orang-orang beriman
(penganut kebenaran akal). Padahal penyebaran doktrin yang dilakukannya, tanpa
mereka sadari hanya menipu diri sendiri. Sebab sesungguhnya aturan-uu-hukum
agama-politik yang mereka ajarkan adalah rekayasa otak tinggi mereka sendiri.
Ayat 10. Alloh adalah Akal tanpa wujud, karena di awal
penciptaan Dia telah membuang jasadnya untuk dijadikan isterinya (Annisaa
1) atau pasangan hidupnya, yaitu makhluk
(alam dan seluruh isinya), sehingga Tuhan
Alloh (Hukum Akal) yang diterapkannya juga adalah hukum qisos (hukum pasangan saling mengekalkan antara Kholik dan
makhluk). Hukum qisos adalah hukum sebab-akibat, membebaskan makhluk memilih
langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya (Annuur 35), tetapi di hari
akibat akan memberi balasan setimpal terhadap pilihan langkah itu berdasar
moral perilaku-perbuatan diri tanpa pembela dan tanpa penolong (Alfatihah 3). Karena
itu Muhammad menyatakan, hukum qisos adalah hukum pembalasan seimbang.
Karena rasa yang jadi
bahan jasad semua makhluk wujud adalah nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi,
maka melalui bangsa akal sebagai katalisator penciptaannya, Alloh selalu
memberi peringatan ketika makhluknya hendak berbuat
dusta-salah-buruk-jahat-takadil agar mengurungkan kembali niatnya. Sebab di
hari akibat akan mendapat pembalasan setimpal. Ketika peringatannya tidak
digubris, sesuai dengan janji fitrohnya, akal tetap memproses menurut pilihan
rasa-jasad makhluk sendiri. Itulah watak penyayangnya Akal (Akal).
Artinya di dalam hati penganut
agama dan politik terdapat penyakit kotor rasa-jasad, yaitu nafsu
syahwat-angkara-pamrih-ambisi. Karena peringatan akalnya selalu
ditolak, maka Akal menambah penyakit kotornya dengan kebodohan (tidak tahu
benar-salah-baik-buruk-jahat-takadil), sehingga perilakunya jadi
anarkis-brutal-biadab lebih kejam dari hewan. Kebodohan itu bagi mereka
merupakan siksa amat pedih, sebab sepanjang hidupnya selalu lapar-dahaga pada
kehidupan dunia. Mereka telah mendustakan (tidak tahu samasekali) janji
fitrohnya (Alfatihah 4-5, Alisroo’ 78), sehingga dengan serakah
(menghalalkan segala cara) mengejar kepuasan rasa-jasadnya.
Tanggapan Anda T Sugandi Cikutra, Bandung
Anda : “Dengan mengacu pada tafsir
Alfatihah 1-7 dan Albaqoroh 1-5, tafsir
komponen pengetahuan (ayat 06-10) jadi amat jelas. Kalau pada tafsiran lalu yang ditanggapi Sdr. Ma’mun terkejut karena Alqur’an ternyata buku
petunjuk kosmologi, sekarang saya lebih
terkejut lagi karena Teori Relativitas Einstein bukan ilmu yang benar, tetapi politisasi
ilmu. Kenyataannya, rumusan teori relativitas adalah hasil comotan Einstein
dari rumusan beberapa ilmuwan. Gaya lambda lebih besar dari 0 tetapan kosmis
Newton, gerakan lubang hitam ruangwaktu dalam kecepatan cahaya rumusan Wilhelm
de Sitter. Big bang Allan Guth dicomot melalui pengubahan nilai lambda jadi 0,
sebagai salah satu dari 3-jenis rumusan kurva Friedmann. Gravitasi Einstein
yang mengendalikan alamrayanya (teori kenisbian umum) tidak lebih dari alam
kasar ruangwaktu. Dalam hubungan itu, saya ingin tahu apa rumus perjalanan
antariksa Einstein yang bisa kembali ke masa silam dan pergi ke masa depan
benar atau salah?.
Sedangkan dalam menanggapi
Albaqoroh 06-10, masih ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan.
Pertama. Pada ayat 06 Anda mengatakan bahwa orang takwa adalah
rosul, dan rosul diartikan sebagai pemimpin akal utusan Akal. Apa alasannya?
Sebab kalau rosul diangkat Alloh jadi utusannya berdasar pilih kasihnya,
berarti mahaadil Alloh hanya retorika.
Kedua. Semua agamawan menyebut
benda-patung sembahan adalah berhala, tetapi pada ayat 06 dan 08 Anda
menyebutnya mayat. Apa alasannya?.
Ketiga. Pada ayat 07 Anda membedakan akal dari otak
tinggi. Bagaimana menjelaskan perbedaannya?.
Keempat. Saya lebih setuju tafsir Anda pada ayat
09 yang menyatakan ahli kitab adalah agamawan-politisi pembuat
aturan-uu-hukum. Sebab perpecahan dalam agama-agama dan aliran-aliran agama
terjadi karena perbedaan aturan-uu-hukum yang dianut mereka masing-masing dan
cara ritual penyembahannya yang berlainan. Apa dalam Qur’an ada ayat yang
menjelaskan kesalahan aturan-uu-hukum anutan mereka?”.
Jawaban
Sandie : “Pertanyaan awal Anda memerlukan penjelasan panjang. Para fisikawan
menyebut geometri Euclides sebagai geometri parabol, untuk membedakan geometri
lonjong dan geometri hiperbol. Ketika diterapkan pada ruang, geometri Euclides
jadi ruang bundar. Menurut Einstein, ruang lonjong dan ruang bundar memiliki
geometri yang sama, tetapi berbeda dalam pengertian berikut.
Permukaan bundar sama
dengan ruang bundar, sedang permukaan setengah bundar sama dengan ruang
lonjong. Ketika diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan
hal yang ganjil. Bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode, ia akan
lenyap dari pandangan, dan muncul di sisi lain dari alamraya. Pesawat menjauh
tersebut tampak seperti mendekat. Ini terjadi karena ruang lonjong telah
dikenal para ilmuwan sebagai keganjilan sejarah.
Einstein menyatakan. Bila
alamraya benar-benar lembut, ia akan bergiat sebagai lensa optik raksasa.
Sebuah benda yang bergerak menjauh pada mulanya akan tampak mengecil. Ketika
mencapai setengah perjalanan ke antipode mengecilnya akan berhenti, dan ketika
bergerak lebih jauh, ia akan tampak membesar lagi. Semua daerah di antipode
akan tampak membayang, seolah mereka berada dekat di daerah setempat.
Orang-orang di antipode melihat kita seolah dekat kepada mereka. Sebaliknya,
kita melihat mereka seolah dekat kepada kita.
Yang dikatakan Einstein
itu sebenarnya ufuk peristiwa (ufuk ruangwaktu = event horizon) yang
terlihat dari alam malaikat sebagai layar televisi. Penglihatan itu telah
dirumuskan Rosul Muhammad dalam Albaqoroh 30 (penglihatan dari alam
lembut Syurga atau antipode) dan dalam Annajm 15 (penglihatan dari alam
malaikat di alam Fana).
Karena cahaya tetap
berkeliling, kata Einstein, para penghuni ruang secara sinambung mengetahui apa
yang mereka lakukan 2 jam yang lalu, 4 jam yang lalu, 6 jam yang lalu, dan
seterusnya. Ini terjadi karena ruang antipode tidak ada, yang sejak lama telah
diketahui sebagai keganjilan sejarah, dan lensa optik itu berlaku sebagai
cermin pembalikan. Artinya, cermin-P itu menurut Einstein berlaku sebagai
cermin pembalik benda-benda yang bergerak dalam kecepatan cahaya
Disitulah letak politisasi
Einstein. Dia menyatakan antipode
(alam seberang} tidak ada, karena alamraya dalam Teori Kenisbian Umum adalah
geometri lonjong. Dengan mengubah nilai lambda jadi nol, maka alamfana jadi alam mandiri (alamraya Einstein-de
Sitter pusingan kecepatan cahaya) yang diketahui asal kejadiannya dari big bang
Allan Guth, tetapi tidak diketahui nasib akhirnya. Itu terjadi karena Einstein
membuang gaya tolak kosmis (gravitasi menyeluruh) Newton yang disebutnya
gaya lambda, sehingga Teori Kenisbian Umum tidak punya tetapan kosmis penyebab
kelahirannya. Setelah dikritik Friedmann, baru dia memasukkan gaya lambda
dalam rumusannya.
. Karena perjalanan antariksa adalah gerakan,
maka ruang bundar dapat kita misalkan bola Bumi yang berpusing. Bola Bumi
terbagi dalam dua belahan, utara dan selatan, dengan garis khatulistiwa sebagai
pembatasnya. Ruang lonjong adalah sebelah permukaan Bumi, utara atau selatan.
Maka Bumi punya dua ruang lonjong berseberangan. Kita tinggal di belahan
selatan, dan belahan utara alam seberang atau antipode. Antipode
dinyatakan sama seperti belahan yang kita tinggali dalam ruang lonjong. Ketika
diterapkan pada perjalanan antariksa, geometri ini menghasilkan hal ganjil kata
Einstein. Sebab bila pesawat mencapai setengah perjalanan ke antipode
(bila tiba di garis khatulistiwa), ia akan lenyap dari pandangan, dan muncul di
sisi ruang seberangnya, serta pesawat menjauh itu tampak seperti mendekat
(lihat gambar pada Jurnal Etos no. 3 tahun 1995: membuka kesalahan Einstein).
Tafsir
Einstein itu hampir sama dengan tafsir fisikawan nuklir atas cermin-CP. Sebab,
zarah yang melanggar cermin-CP (melanggar garis khatulistiwa) dinyatakan
sebagai makhluk asing dari galaksi-galaksi lain yang tersusun dari antibahan,
namun penampilannya tidak berbeda dengan makhluk yang tersusun dari bahan.
Artinya, di sini Einstein menyamakan cermin-T dengan cermin-CP.
Geometri ruang lonjong adalah pembalikan ruang. Kita dapat membuktikan
dengan mudah, dengan keluar rumah pada malam cerah, sehingga dapat melihat
rasi-rasi bintang menaburi langit. Rasi Beruang Besar di belahan utara, oleh
kita di selatan tampak terbalik dari penglihatan orang belahan utara. Karena
garis khatulistiwa adalah hukum pembalikan ruang (cermin-CP) bola Bumi,
rasi bintang yang oleh kita tampak di sebelah kiri, oleh orang di utara tampak
di sebelah kanan. Tidak ada keganjilan sejarah. Yang pasti, karena kita
melihat dari arah berlawanan dengan orang yang ada di utara atau di antipode.
Kalau
antipode tidak ada seperti pernyataan Einstein, sebutan pembalikan ruang atau
penglihatan terbalik dari belahan seberang tidak akan ada, sebab tidak ada
orang yang bisa membuktikannya. Hasilnya, bila perjalanan antariksa mencapai
ujung kiri garis khatulistiwa, maka ia akan tampak di ujung kanan pada
cermin-CP atau kecepatan 150.000 km/detik, bukan kecepatan cahaya (300.000
km/detik). Artinya dalam perjalanan antariksa, Einstein telah menyamakan
150.000 km = 300.000 km/detik. Karena itu menurut saya, antipode harus hadir
sebagai pembukti adanya pembalikan ruang. Pembalikan ruang atau cermin-CP itu oleh
Rosul Musa disebut perjanjian bukit, sebagai syarat gelar Nabi bagi yang mampu
menembusnya. Sebab cermin-CP gerbangnya ilmu tinggi. Alasannya begini.
Bola
Bumi kita misalkan ruang bundar. Pusingan pada porosnya adalah medan skalar.
Misalkan ruang Bumi berpusing 30 km/detik, persamaan dari medan skalar alamraya
yang berpusing 300.000 km/detik. Bila pesawat bergerak dari titik A 15 km/detik
mengitari ruang Bumi, maka jarak setengah lingkaran bola (titik A’) yang
ditempuhnya akan berhimpitan dengan titik keberangkatannya di A, sehingga
pesawat itu seolah tidak bergerak dari tempatnya. Sebab, titik A’ yang dicapai
pesawat dalam satu detik, dibawa balik ke awal pemberangkatannya di titik A
oleh pusingan Bumi yang kecepatannya dua kali lipat.
Itulah rahasia cermin-CP atau hukum pembalikan ruang. Setiap benda yang
menembus alam halus hingga menginjak cermin-CP, tubuhnya akan menciut jadi
sekecil kaon. Tetapi dia bisa muncul lagi di alam kasar dengan ukuran tubuh
normal, namun dalam keadaan kosong. Kita mengenalnya dengan sebutan hantu,
karena tubuhnya menghantu di pembalikan ruang. Tubuhnya yang kosong dapat
ditembus-menembus benda apa saja tanpa cedera, dapat terbang seperti burung,
dan dapat menerbangkan benda-benda ratusan ton tanpa kesulitan samasekali
seperti dikatakan Al-Baqoroh 57.
Artinya, perjalanan antariksa Einstein
yang bisa pergi ke masa depan dan kembali ke masa silam adalah mustahil.
Perjalanan antariksa itu dirumuskan dari gagasan pengurungan (the idea
of containment) Einstein sendiri yang menyatakan, pejalan yang mencapai
kecepatan cahaya dapat kembali ke masa silam atau pergi ke masa depan. Tetapi asas
pengurungan (the containment prinsiple) yang hadir dalam alam menyatakan, panah
waktu menunjuk hanya ke masa depan, dan waktu yang sudah lewat tidak bisa
dijalani dua kali. Karena kita hidup dalam kurungan waktu sekarang,
dan waktu lampau tidak bisa dijalani dua kali. Kita bicara selalu pada waktu
sekarang, dan sedetik yang lalu bahkan dalam ukuran nano detik adalah
waktu lampau yang sudah lewat, dinyatakan dengan barusan-tadi (lihat Jurnal
Etos no. 4 tahun 1995: Mendobrak Teori Einstein).
Waktu adalah medan skalar
ruangwaktu, yaitu gaya listriklemah atau tensor urutan 2 (alamraya
Wilhelm de Sitter) sebagai pusingan ruang dalam kecepatan cahaya. Artinya
kecepatan cahaya adalah ukuran waktu, tetapi bukan waktu sebagaimana rumusan
Einstein. Setiap benda yang gerakannya mencapai kecepatan cahaya, dia akan
menetralkan medan skalar (pusingan ruang) dengan gerakan dirinya
(gerakan mengarah, vektor). Berapa lama dan jauh pun jarak ruang yang
dijalaninya dalam kecepatan itu, dia tidak akan terkena hitungan waktu. Itulah
yang disebut waktu satu detik diperlebar tanpa batas.
Itu dibuktikan Rosul
Muhammad dalam isroo 1 dengan bark (= kecepatan cahaya), bukan bark = burok seperti cerita hadits.
Karena itu Rosul Muhammad adalah penemu rahasia waktu. Dia jadi manusia pejalan
waktu yang pertama. Hampir tiap malam Rosul Muhammad pergi isro ke
ufuk ruangwaktu yang jaraknya 150 juta tahun cahaya, untuk mempelajari lompatan
bundel-bundel di cermin-P dan menyusun ayat-ayat Qur’an melalui pola
petunjuknya. Ketika kembali ke alam kasar, waktu yang dihabiskannya tidak lebih dari
satu detik. Tetapi bila menembus alam halus, waktu satu hari di sana
sama dengan 100 tahun di alam kasar sebagaimana disebutkan Al-Baqoroh 259 yang
dialami Nabi Ibrohim dalam meneliti hukum evolusi. Itu alasannya usia Nabi
Ibrohim mencapai 1000 tahun. Sekarang saya jawab pertanyaan Anda selanjutnya
Pertama. Albaqoroh 1-15 adalah gelombang turun keimanan makhluk
3-dimensi ruang kasar-halus-lembut dari yang tertinggi (takwa) kepada
yang terendah (pembangkang, kafir). Ayat 1-5 adalah simetri turun
keimanan dari yang takwa-beriman-selamat (mutaqin-mu’min-muslim). Takwa
ialah kepatuhan tertinggi terhadap Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang 100 %
meneladani pengorbanan moral Alloh dengan membunuh-membuang rasa (nafsu)
syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad, sehingga jadi orang suci dari kekotoran
rasa-jasad, yang hanya bisa dipenuhi oleh para rosul (pemimpin akal tinggi).
Di masa lampau,
pembunuhan-pembuangan rasa-jasad dilakukan melalui penembusan dimensi-dimensi ruangwaktu
(alamfana) hingga ke ufuknya dalam upaya mencari Pencipta. Itu diceritakan
Rosul Musa dalam Taurot (Albaqoroh 51-60), sehingga Taurot itu dipastikan sebagai
buku petunjuk ilmu. Untuk bisa menembus alam halus yang dibatasi cermin-C
(hukum penolak jasad kasar), dia harus membunuh rasa syahwat-angkara-pamrih-ambisi
jasad (bunuh dirimu, Albaqoroh 54). Sebab pada batas peralihan alam
kasar ke alam halus (ruang ke-38) akan dihantam-gencet gaya elektromagnet
pada pusingan ruang 100.000 km/detik, sehingga tubuh menciut jadi sekecil atom
dan masuk alam halus (ruang ke-40).
Di pertengahan ruang
halus (ruang ke-50) perjalanan mereka dihambat cermin-CP (hukum
pembalikan ruang). Untuk bisa memasukinya, dia harus mengosongkan rasa
syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad. Sebab cermin itu menghantam-gencet jasad
dengan gaya nuklirlemah pada pusingan ruang 150.000 km/detik, sehingga tubuh
yang dihantamnya mengerut jadi sekecil kaon. Rosul Musa menyebut cermin-CP
adalah perjanjian bukit sebagai syarat untuk gelar nabi (ilmuwan penemu).
Yang mampu memasukinya akan berjasad samar (dinaungi awan) menjadi
hantu (menghantu di pembalikan ruang). Dia dapat muncul di alam kasar
dengan ukuran tubuh normal dalam keadaannya kosong. Tubuhnya bisa
ditembus-menembus segala benda tanpa cedera, dapat terbang seperti burung dan
menerbangkan benda-benda besar dengan mudah, dapat muncul-menghilang atau
memunculkan-menghilangkan benda-benda (Albaqoroh 57)
Di batas alam lembut
(ruang ke-58) perjalanan mereka dihambat dinding tenaga cermin-T (hukum
pembalikan waktu). Untuk bisa menembus dinding tenaga itu dengan selamat, harus
mampu membuang rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi). Sebab tubuhnya
akan dihantam-gencet gaya listriklemah pada pusingan ruang 300.000 km/detik,
sehingga mengerut jadi sekecil netrino dan masuk alam lembut (alam
malaikat). Rosul Musa menyebut cermin-T adalah perjanjian gunung sebagai
syarat jabatan rosul (pemimpin akal utusan Akal) yang suci dari
segala kekotoran rasa-jasad (bebaskan dari dosa, Albaqoroh 58).
Jabatan rosul diberikan bangsa malaikat atas nama Tuhan Alloh (Hukum
Akal).
Dari alam malaikat ini semua rosul,
bangsa malaikat, dan bangsa setan dapat menyaksikan panorama alam Syurga
melalui ufuk ruangwaktu yang berlaku sebagai layar televisi, dan dari
alam lembut Syurga dapat menyaksikan panorama alam Fana (Annajm 15, Albaqoroh
30). Layar TV itu terbentuk karena kemanunggalan telanjang (naked
singularity) seperti dikatakan hipotesis sensor langit Roger Penrose: ‘Bila
ufuk peristiwa bergerak dalam kecepatan cahaya, sensor langit akan menutup
kemanunggalan dengan segala cara. Tetapi bila ufuk peristiwa bergerak lebih
cepat dari cahaya, sensor langit akan lenyap, kemanunggalan jadi terbuka, dan
segala peristiwa dapat lepas sehingga terlihat dari alam seberang’. Dalam
kenyataannya, cermin-P (hukum keseimbangan rasa-jasad) yang jadi ufuk
peristiwa itu menurut rumusan Paul Dirac berpusing 2 mc2.
Dalam mencari Pencipta itu
para rosul tidak berhenti sampai alam malaikat. Mereka terus menembus ruang
hingga ke ufuknya (ufuk alam Fana = event horizon = ufuk peristiwa) yang
panas suhunya mahadahsyat. Tetapi di ufuk peristiwa itu perjalanan mereka
dihambat dinding tenaga cermin-P yang tidak bisa ditembus jasad wujud (lubang
yang tak tembus, Annuur 35). Ketika dinding tenaga itu dipukul, terjadi 12
lompatan bundel (quantum leap) zathidup pembawa tenaga-tambahan bersuku-suku
(berkelompok-kelompok jenis makhluk)(Albaqoroh 60), dan berlaku sebagai
layar komputer mahacanggih.
Karena perjalanannya
dihambat cermin-P, tidak ada rosul yang bisa masuk ke alam ruh apalagi ke
pusat alam atau Sidrotil Muntaha (Pohon Teratai = Rumah Alloh = Hukum
Akal = Cermin-CPT) sebagai mesin kerja alam. Karena
itu tidak
ada rosul yang pernah melihat-bertemu-bicara dengan Alloh (Alloh
tidak berkata-kata dengan manusia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibalik
tabir, Asy-Syuuro 51). Karena tidak ada rosul yang pernah
melihat-bertemu-bicara dengan Alloh, maka mustahil Alloh memerintahkan
makhluk melalui para rosul untuk menyembahnya. Taurot-Zabur-Injil-Qur’an
juga bukan kitab suci sabda Alloh, tetapi perkataan (karya
ilmiah) rosul pembawanya sendiri yang bermoral mulia dan suci
dari segala kekotoran rasa-jasad (Alhaaqqoh 40).
Dari urian tersebut
jelaslah. Rosul adalah pemimpin akal tinggi yang tuntas penelitiannya dalam
mencari Pencipta. Ajaran semua rosul merupakan hasil apresiasi mereka dari
cermin-CPT (pusat alam), lompatan bundel-bundel di cermin-P sebagai layar
televisi dan layar komputer mahacanggih, serta dari hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) yang ditembusnya, dalam
bentuk amanat-amanat Alloh (Mu’minuun 8), bukan berupa perintah Alloh.
Sedangkan amanat cermin C-CP-T yang ditembus para rosul itu, ditetapkan mereka
sebagai kewajiban puasa rasa-jasad bagi manusia.
Kedua. Berhala adalah istilah yang digunakan Rosul Ibrohim bagi
segala benda-patung sembahan. Dia menghancurkan segala benda-patung yang
disembah masyarakatnya. Alasannya, Alloh itu Akal tanpa wujud, sehingga
tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Segala makhluk wujud diciptakan
dari jasad Alloh, sehingga jasad-benda-patung-ka’bah bukan Alloh apapun bentuk
dan nama sebutannya. Sedangkan Rosul Muhammad menyebut berhala itu mayat
agar mengandung arti lebih luas, termasuk jasad hidup penolak akal
(Albaqoroh 173: definisi kekafiran). Akal adalah katalisator penghidup bahan
(rasa), pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad, sehingga yang
menolak akal berarti benda mati atau mayat karena menolak penghidupnya sendiri.
Ketiga. Bangsa akal adalah zathidup tanpa
wujud sebagai katalisator penciptaan. Sedangkan otak bukan akal tetapi
jasad yang jadi media akal dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai
dengan janji fitrohnya. Tugas bangsa akal adalah menghidupkan bahan, membangun
jasad, dan memproses perilaku-perbuatan pilihan jasad yang dibangunnya.
Ketika makhluk berniat-hendak berbuat sesuatu, niat itu menumbuk akal di
cermin-P dalam ruang hatinya. Bila niatnya dusta-salah-buruk-jahat-takadil,
kewjiban akal adalah memberi peringatan kepada otak agar mengurungkan
lagi niatnya. Bila peringatannya tidak digubris otak, akal tetap akan memproses
rekayasa otak tinggi pilihan niat (hasrat jasad) itu.
Tentang bagaimana proses terjadinya akal
tanpa wujud, akan dijelaskan pada Albaqoroh 17-20. Albaqoroh 1-5 adalah
pembalikan dari Alfatihah 7 yaitu ayat 6, Albaqoroh 6-10 dan 11-15 adalah
pembalikan Alfatihah 6 yaitu ayat 7. Sedangkan Albaqoroh ayat 1-15 adalah
penjelasan dari Alfatihah 5 atau bangsa rasa, dan Albaqoroh 16-20 adalah
bayangan cermin bangsa akal sebagai simpulan dari Alfatihah 1-15.
Keempat. Albaqoroh 136 menyatakan ajaran semua rosul dan nabi
adalah sama, karena ajaran mereka diambil dari pusat alam (cermin-CPT),
lompatan bundel-bundel di cermin-P, dan aturan hukum-hukum ruang (cermin
C-CP-T) yang ditembusnya dalam bentuk amanat-amanat Alloh. Sedangkan Albaqoroh
137 menyatakan, kalau berpaling dari petunjuk para rosul dan nabi tersebut,
manusia akan bermusuh-musuhan.
Kenyataannya, permusuhan di antara
agama-agama dan aliran-aliran agama itu terjadi karena aturan-uu-hukum dan
tatacara ritual penyembahannya berlainan. Karena tidak pernah melakukan
penelitian terhadap hukum-hukum yang diberlakukan Alloh pada alam, yang
dianut mereka bukan hukum Alloh, tetapi hukum ego para pemimpin agama dan
aliran agama masing-masing, sehingga Tuhan penganut agama-agama dan aliran-aliran
agama ialah pemimpin agamanya masing-masing (mayat = jasad penolak akal).
Soalnya aturan-hukum
Alloh itu berlaku pada seluruh alam, termasuk pada alam Fana (ruangwaktu) yang luasnya bergaristengah 30 miliar tahun
cahaya (1 detik cahaya = 300.000 km/detik), sehingga Bumi yang
garistengahnya hanya 12.000 km, tidak lebih dari satu butir debu alam Fana;
dan yang selalu ribut bertengkar-bermusuhan
saling fitnah-bunuh karena perbedaan aturan-hukum yang dianutnya justru hanya manusia
penghuni satu butir debunya alam Fana. Apa itu bukan perilaku aneh dan
sangat tidak masuk akal?.
Ditafsirkan oleh S. Anwar
Effendie/Sandie CS67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar