Sabtu, 09 April 2011

TAFSIR QUR'AN POLA QISOS DISIPLIN ILMU

Al-Fatihah 1-7

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim = Dengan nama Alloh yang Pengasih-Penyayang

Ayat 1.  Puji bagi Alloh pencipta alam. Karena di awal penciptaan telah membangun Tuhan (Hukum) dan menyerahkan kekuasaan atas alam ciptaannya  kepada Tuhan sebagai penguasa semesta alam.
Ayat 2.   Alloh itu Akal bermoral pengasih-penyayang.
Ayat 3  Sedangkan Tuhan Alloh yang dibangunnya ialah Hukum Akal sebagai hukum evolusi sebab-akibat yang membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya. Tetapi di hari akibat, Hukum Akal menguasai seluruh alam ciptaan dan berkuasa melaksanakan peradilan dengan memberi pembalasan setimpal terhadap setiap diri berdasarkan moral perilaku-perbuatan dirinya tanpa pembela dan tanpa penolong.
Ayat 4. Sebagai tanda terimakasih karena diciptakan (diberi kesempatan hadir dan hidup), kami bangsa akal yang menjadi katalisator penciptaan berjanji, hanya kepada Engkau (Hukum Akal) kami akan mengabdikan hidup, dan hanya kepada Engkau (Akal) kami akan meminta pertolongan.
Ayat 5.  Sedangkan kami bangsa rasa sebagai bahan jasad berjanji, setelah jadi makhluk wujud kami akan minta ditunjuki jalan hidup yang lurus kepada bangsa akal penghidup-pembangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan jasad kami.
Ayat 6.  Jalan lurus adalah jalan orang-orang yang beruntung, karena telah menggunakan nikmat akal tinggi yang Engkau (Alloh)  anugerahkan kepada mereka.
Ayat 7.  Bukan jalan mereka (bangsa rasa) yang merugi sebab menolak akal tinggi sehingga dimurkai Alloh, dan bukan pula jalan mereka (bangsa rasa) yang menganut hukum rasa-jasad sehingga tersesat dalam perjalanan hidupnya.


Tanggapan Ma’mun, Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat

Ma’mun : “Saya tertarik pada Qur’an tafsir ilmu di atas. Tetapi ada beberapa pertanyaan yang ingin disampaikan.
                        Pertama, pada terjemahan-terjemahan Qur’an, termasuk dalam Qur’an terjemahan Depag RI, kata bismillaahir rohmaanir rohiim masuk ayat 1, tetapi menurut tafsir Anda, kata itu di luar 7 ayat Alfatihah. Apa alasannya?.
                        Kedua, pada ayat 1 Anda membedakan arti Alloh dengan Tuhan (Hukum). Apa alasannya?
                        Ketiga, pada ayat 2 Anda menafsirkan Alloh adalah Akal yang bermoral pengasih penyayang, apa alasannya?.
                        Keempat, pada ayat 3 Anda menyebutkan, bangsa akal adalah katalisator (zat pemroses yang tidak terpengaruh dan rusak oleh yang diprosesnya). Bukankah itu berarti bahwa pencipta makhluk wujud sebenarnya bukan Alloh tetapi bangsa akal sebagai makhluk  ciptaannya juga seperti dikatakan pada ayat 4?.
                        Kelima, pada ayat 5 diketahui, ternyata kita makhluk wujud adalah bangsa rasa, dan akal bukan milik kita tetapi nikmat Alloh yang dianugerahkan kepada makhluk wujud seperti disebutkan ayat 6-7, sehingga penciptaan jadi rasional. Karena itu saya minta penjelasannya.

Jawaban

Sandie       : “Tafsir Qur’an ini menggunakan sunnah Muhammad. Sunnah Muhammad bukan hadits, tetapi pola qisos (pasangan saling mengekalkan) disiplin ilmu. Dirumuskan Nabi Muhammad dari quantum leap (lompatan bundel di cermin-P), dan dipakai sebagai pola menyusun ayat-ayat Qur’an. cermin-P adalah hukum keseimbangan rasa dan jasad yang berpusing 2 mc2. Pembuktian mesin pemercepat zarah (particle accelerator) fisika nuklir menyatakan, lompatan bundel-bundel terjadi ke 3-arah, yaitu: belakang-ke-depan, sisi-ke-sisi, dan naik-turun.
                        Pertama. Bismillaahir rohmaanir rohiim adalah bundel belakang (moral) membangun bundel depan (hukum) yaitu alfatihah (pembuka hukum induk Qur’an atau moral hukum penciptaan), sehingga tidak bisa tidak harus dipisahkan dari kelompok ayat yang dibangunnya. Anda sendiri bisa melihat pada surat-surat selanjutnya dalam Qur’an, yang selalu dimulai dengan bismillaahir rohmaanir rohiim terpisah dari ayat-ayat dalam suratnya.
                        Kedua. Ayat 1 adalah lompatan belakang-ke-depan. Menjelaskan awal penciptaan, yaitu: Alloh Pencipta (bundel belakang: moral Alloh) membangun Tuhan (bundel depan: Hukum) sebagai penguasa semesta alam. Rosul Muhammad memuji Alloh, karena Dia telah  menyerahkan kekuasaannya (ambisinya) atas alam ciptaan kepada Hukum.
                        Ketiga. Ayat 2 menjelaskan jatidiri Alloh yang menciptakan alam dengan ilmu. Sebab segala sesuatu dalam alam berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda dan dari sebab ke akibat. Bila proses evolusi itu dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, maka seluruh penciptaan akan dapat dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu. Karena alam diciptakan dengan ilmu, maka penciptanya yang oleh Rosul Ibrohim disebut Alloh, pasti Akal. Ternyata dari lompatan bundel diketahui bahwa Akal itu adalah Moral Pengasih-Penyayang. Itu pula alasannya, mengapa bismillaahir rohmaanir rohim harus dipisahkan dari Alfatihah 1-7.
                         Keempat. Ayat 3 menjelaskan hasil penjejakan mundur yang memberitahu. Sebelum penciptaan, Alloh hadir berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Disiplin ilmu menyatakan, untuk menciptakan sesuatu (makhluk = pasangan hidupnya = isterinya), Alloh memerlukan bahan. Artinya, isteri (pasangan hidup) Alloh seperti dikatakan Annisaa’ 1 adalah bahan seluruh makhluk (alam dan segenap isinya). Karena tidak ada bahan, maka Pencipta membuang jasadnya untuk dijadikan bahan makhluk (isteri Alloh) berupa rasa ke permukaan ruang. Setelah jasadnya dibuang, Pencipta lenyap tanpa wujud. Di tempat lenyapnya, muncul thermonuklir raksasa (pelita besar: Annuur 35) yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung. Hasilnya adalah para zathidup yang mengalir kepada bahan (rasa keadaan negatif pusingan jenuh).
                         Itu berarti, Alloh adalah Dzat Mahahidup. Karena Dzat Mahahidup itu Akal, maka para zathidup yang diciptakan dari dirinya sendiri adalah bangsa akal. Dalam Qur’an, tenaga aliran (tenaga-tambahan) bawaan zathidup itu adalah isterinya (quark yang jadi pasangannya = rasa) sebagaimana dirumuskan Peter Higgs dengan sebutan zat-pembawa di medan Higgs. Artinya dalam Qur’an, tenaga-tambahan itu disebut para isteri bangsa akal.
                        Hukum dasar fisika menyatakan, jika Dzat Sempurna menciptakan sesuatu, dia akan melandasi ciptaannya dengan kesempurnaan dirinya. Kesempurnaan diri Alloh terletak pada akalnya. Karena itu Alloh adalah Akal. Pembuangan jasad merupakan pengorbanan Alloh paling besar, sehingga membangun Tuhan Alloh (Hukum Akal). Lalu Alloh menciptakan katalisator dari akalnya sendiri, sehingga dapat dipastikan, katalisator penciptaan itu adalah bangsa akal sebagai zat penghidup bahan, pembangun jasad makhluk, dan pemroses perilaku-perbuatan makhluk. Dengan demikian jadi jelas, karena Dzat Sempurna itu Akal, maka landasan penciptaannya Hukum Akal, dan katalisator penciptaannya bangsa akal.
                        Ketika para zathidup menghidupkan bahan (isteri Alloh), isteri para zathidup (tenagatambahan = lelaki) mencampuri bahan  (menzinahi isteri Alloh = perempuan). Tenagatambahan adalah syarat dari Wolfgang Pauli untuk mempercepat pusingan (proses pemadatan) bahan pusingan jenuh (contoh, pusingan elektron pada orbitnya). Maka berlangsunglah pemadatan bahan melalui percepatan pusingan terus meningkat hingga ruang ke-100 (dera 100 kali, Annuur 2). Lalu terjadi ledakan besar supernova (supernova big bang), bukan hanya big bang (ledakan besar) seperti dirumuskan Allan Guth. Artinya, yang dimaksud lelaki dalam Qur’an adalah akal, sedangkan perempuan adalah rasa, sehingga arti lelaki dan perempuan menjadi nisbi. Kenisbian mendefinisikan, penganut hukum akal adalah lelaki, dan penganut hukum rasa-jasad adalah perempuan meski ujudnya lelaki
                        Ketika ledakan besar supernova terjadi, bagian kulit bahan menghambur ke atas dan berproses cepat membangun 3-dimensi ruang Syurga (alif-laam-shood, P1). Bagian hati bahan mengerut runtuh drastis dan lenyap dalam sekejap menjadi lubang hitam (black hole), karena menumbuk cermin-T (Hukum Akal), dan dilontarkan ke ujud tampak jadi 3-dimensi ruang Fana (alif-laam-roo, P2). Sedangkan ruang kosong yang ditinggalkan bahan, diisi bangsa akal di ruang ke-80 (Albaqoroh 17-18, Annuur 4 = dera 80 kali). Membangun 3 dimensi ruang bayangan cermin (alam Ruh) dalam kesatuan khusus 3 dimensi hukum-akal-rasa (alif-laam-miim, P3), menghasilkan aksioma kedua ruang Haussdorff.  
                        Hukum Akal adalah hukum evolusi sebab-akibat. Dia membebaskan makhluk memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasibnya, sebagaimana diketahui dari lompatan bundel-bundel rasa ke 3-arah di cermin-P, menghasilkan penciptaan alam dan seluruh isinya. Tetapi di alam akibat, Hukum Akal berkuasa mengadili makhluk dan memutuskan perkara dengan memberi pembalasan setimpal menurut moral perilaku-perbuatan yang dilakukan masing-masing diri makhluk, tanpa pembela dan tanpa penolong.
                        Ayat 4-5 adalah lompatan sisi-ke-sisi. Ayat 4 menjelaskan janji para zathidup di alam fitroh (bacaan subuh), ketika mengalir keluar dari keluarganya di Sidrotil Muntaha (pohon teratai = pusat alam) menuju bahan. Para zathidup menyatakan hanya akan mengabdi kepada Tuhan Alloh (Hukum Akal) yang telah mengevolusikan penciptaannya, dengan mendirikan sholat (menegakkan hukum) dari awal penciptaan (matahari tergelinir keluar dari ufuknya di timur) hingga akhir kiamat. (tenggelam di ufuk barat = gelap malam). Sedangkan dalam membangun jasad makhluk dan memproses perilaku-perbuatan makhluk, mereka akan meminta pertolongan hanya kepada Alloh atau Akal (Al-Isroo 78).
                        Ayat 5 adalah janji bangsa rasa (bahan makhluk wujud), juga di alam fitroh. Janji itu disebutkan pada lompatan naik-turun atau ayat 6 dan ayat 7, yaitu akan menggunakan akalnya membuka rahasia-rahasia alam untuk mencari kebenaran ilmu dan hukum-hukum yang benar, agar tidak dimurkai Alloh (Yunus 100). Sebab akal setiap diri makhluk adalah tali penghubung dirinya dengan Alloh. Mereka yang menolak akalnya berarti menolak tali penghubung dengan Alloh, sehingga jadi makhluk yang jalan hidupnya sesat.
                  Dari uraian itu jelas sekali, hukum penciptaan adalah hukum qisos (pasangan saling mengekalkan, kekekalan massa dan tenaga) antara Kholik (Pencipta = Akal, ayat 1-3) dengan makhluk (alam dan segenap isinya = bangsa rasa, ayat 5-7), yang oleh Rosul Muhammad hukum qisos itu disebut hukum pembalasan seimbang.

                 
Ditafsirkan oleh S. Anwar Effendie/Sandie CS67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar